17

559 53 1
                                    

Es Krim vs Tuan Tampan
.
.
.
.
.


























Jalanan cukup macet di sabtu malam. Mobil AMG 63 itu melaju cukup ngadat. Feral duduk diam di kemudi mengabaikan Giri yang sejak tadi mengoceh tanpa henti mengomentari segala hal yang menurutnya menarik saat melintas. Terkadang Feral akan terkekeh geli melihat orang disampingnya yang merajuk karena tidak didengarkan dengan benar.


"Tuan!"

Hmmm


"Nanti beli es krim!"

Alis Feral terangkat satu. Bocah aneh ini kenapa tiba-tiba ingin es krim.

"Tuan, tadi aku lihat ada es krim. Aku ingin. Nanti di resto tempat kita makan ada tidak?"

"Tidak." Feral melirik kesamping dan menahan senyumnya. Giri bagaikan kucing yang tidak diperhatikan. Wajahnya menunduk lesu. "Bocah aneh! Kamu itu pelayan pertama yang minta ini itu pada tuannya."

Wajah Giri semakin menunduk masam. Kalau dipikirkan lagi, dia memang tidak sopan. Sudah dipakaikan pakaian bagus, disupiri, dan diajak jalan-jalan. Tapi siapa peduli.


"Pokoknya beli es krim." Feral hanya bisa menggeleng tidak percaya dan kembali fokus pada kemudi. Mengabaikan Giri yang kembali berceloteh ria disampingnya.






***









Matahari semakin terik di atas kepala. Giri duduk diam di salah satu kursi luar sebuah restoran ternama sambil menyendok es krimnya. Ia harus menunggu tuannya tepat disampingnya namun di bagian dalam. Hanya dinding kaca dan tanaman hias kecil yang membatasi mereka berdua. Awalnya, Giri cukup sebal karena tidak sesuai ekspektasinya. Ia hanya disuruh menunggu dan di sogok se-cup besar eskrim hanya untuk menjadi pengamat tuannya rapat didalam. Entah membicarakan apa, Giri tidak peduli. Tapi memangnya sejak kapan kata-kata tuannya sesuai ekspektasinya? Sepertinya belum pernah. Jika diingat tentang naik kuda waktu itu dan hari ini, Giri tidak akan mudah percaya lagi.

Wajah Giri menekuk bosan. Menyuap sesendok besar eskrim lalu memakannya dengan merengut kesal. Ini menyebalkan. Otaknya tersimpan berbagai umpatan kasar yang ingin ia lontarkan segera pada tuannya.


Satu jam berlalu dan Giri kembali melihat ke arah tuannya saat tersaji beberapa camilan lagi untuk menemaninya. Ia melotot tajam karena sang tuan malah tersenyum seperti mengejek didalam sana. Ia menghela napas lalu mencomot kentang gorengnya dan memakannya asal-asalan. Mau tidak mau dirinya harus menunggu lagi lebih lama.


"Lo pindah dari sini dong! Gue mau duduk disini." Giri segera menengadahkan kepalanya ke atas. Matanya menyipit untuk memfokuskan siapa yang mengajaknya berbicara. Ada beberapa orang yang sudah berdiri disampingnya sekarang.

"Maaf?"

"Lo pindah, gue sama yang lain mau duduk disini."

"Aku duluan disini, kalian kan bisa cari tempat lain."

"Mata lo buta? Lihat sekitar! Penuh!" Giri mengedarkan pandangannya. Memang restoran cukup ramai. Mungkin karena jam makan siang.


SANG DOMINAN // FOURTHGEMINI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang