20

547 56 5
                                    

Tuanku
.
.
.
.
.


























Menatap langit kamarnya adalah hal yang dilakukan Giri tiga malam terakhir. Benar. Dirinya berada dirumahnya sejak hampir dua minggu yang lalu. Diantar Feral dan kemudian ditinggalkan. Hari-harinya diisi dengan belajar dan bertemu teman-temannya bekerja dulu. Dirinya juga terkadang ikut membantu mantan bossnya agar tidak bosan.








"Aku dipulangkan? Setelah lamaran?"

"Tuan, kau meninggalkanku?"

"Teganya, kenapa?"

Feral menatap malas Giri didepannya. Mereka masih diambang pintu rumah Giri sekarang. Rumah yang sudah Feral renovasi sana sini. Dan sekarang penampilannya lebih dari kata layak.


"Aduuuhhh sakiiittttt"

"Ini kekerasan dalam pemulangan calon pendamping hidup dan jug-

Iyaaaa... Ampuuunnnn" hehehe

Tangan Feral berhenti di udara. Ia berencana menggetok kepala Giri sekali lagi namun urung karena sang korban beringsut mundur. Cengiran khas bocah aneh didepannya kembali muncul membuatnya terkekeh pelan.

Usapan tangan tuannya pada pelipisnya membuat Giri cemberut pasrah. Jujur saja, dirinya tidak mau ditinggal.

"Hanya dua minggu. Kenapa lebay sekali kata-katamu? Bocah gila! Kau tidak ditinggalkan. Kau sendiri yang ingin pulang huh!"

Hehehe
"Maaf. Aku cuma mencoba berdrama."

Feral menggeleng pelan. Dirinya mempertanyakan fungsi hati dan otaknya. Bisa-bisanya dia melamar bocah ini kemaren. Tapi kalau dipikir lagi, bisa-bisanya bocah ini begitu berani padanya. Memang sepertinya antara dirinya dan bocah ini tak ada bedanya.

Sama-sama gila.















Tok tok tok~

Ketukan beberapa kali terdengar samar dari kamarnya. Giri menoleh kesamping. Pukul dua pagi. Apakah ada kepentingan sampai bodyguard depan mengetuk pintunya?

Ya!
Giri ditemani entah berapa banyak penjaga di area rumahnya. Mereka tidak mendekat sama sekali. Hanya mengawasi dari jarak entah berapa meter jauhnya. Giri tak pernah memusingkan hal ini karena sama sekali tak terlihat dalam jarak pandangnya. Mereka terkadang hanya akan menghampiri untuk memberikan sesuatu atau apapun info dari tuannya. Sebaliknya, Giri merasa aman yang luar biasa. Dirinya sadar dengan benar bahwa bersama tuan Feral, hidupnya tidak jauh dari kata bahaya.


Giri bangun dengan cepat. Berlari kecil untuk segera sampai ke area depan. Sebelum membuka pintu utama, Giri mengintip dari jendela samping. Berjaga-jaga dan memastikan siapa yang datang mengganggu semalam ini. Setelah yakin, senyuman terbit di ranum merah mudanya. Bergerak cepat membuka seluruh gembok dan memutar handle pintu. Senyuman termanis untuk seseorang yang menatapnya datar, seperti biasanya.

"Tuan!"

Feral menahan senyumnya. Ia melangkah masuk mengabaikan Giri yang sedang menutup pintu. Kakinya melangkah cepat. Tangannya dengan cekatan membuka semua hal yang mengganggu di tubuhnya lalu ia buang sembarangan. Giri yang melihatnya cemberut dan kesal. Tadi, dirinya sudah antusias sekali dan sekarang job desk babunya muncul di jam dua dinihari.

"Aku kenapa di anggurin?" Giri menatap kesal seseorang yang terbaring nyaman di atas kasur besar tempatnya tadi merebah. "Kenapa tuan sudah ada disini?"

"Cerewetnya~ sini tidur!"

Giri tak juga bergerak. Otaknya berpikir cepat tentang maksud suruhan tuannya. "Kenapa menepuk perut? Tuan lapar?"

"Tidak. Tadi aku sudah makan daging rusa. Lezat sekali."

"Lalu?" Gemini mendengus sebal. Dia jadi ingin makan juga.

"Kau tidur disini. Nanti aku peluk sampai pagi." Sekali lagi, Feral menepuk area pertengan dada dan juga perutnya.

"Tapi aku berat?"

"Apanya yang berat? Dosamu? Badanmu seperti lidi begitu."


"Tuan mengajakku berkelahi ya?" Giri kesal, namun dia tetap mendekat. Tangannya dengan pelan ditarik. Ia memposisikan tubuhnya agar nyaman.

"Aku cuma mau peluk."


"Tuan sekalian modus ini. Ngaku!"

"Aku merindukanmu."

Senyuman cerah kembali terbit. Tangannya semakin erat memeluk. Dirinya merasakan elusan lembut di area pinggangnya. "Aku rindu tuan juga."


Feral semakin mengeratkan pelukannya. Dirinya semakin yakin. Dua minggu tidak bersama bocah aneh ini adalah hal seperti neraka. Otaknya tidak bisa lepas oleh bayang-bayang angannya ingin memeluk dan mendekap seperti ini. Maka dari itu. Setelah pekerjaannya rampung, dia segera melesat kemari. Dengan lelah yang kentara matanya mulai terpejam bersama dengan usapan lembuat tangan Giri pada dadanya.

"Tuanku yang tampan. Selamat istirahat."

















. Tbc 💜

SANG DOMINAN // FOURTHGEMINI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang