8

658 60 25
                                    

Cinderella dan Sepatu Kaca?
.
.
.
.
.






"Giri, kamu ikut kan?"

"Ikut! Bayarannya besar hanya untuk kerja dua hari. Walaupun pasti melelahkan nantinya."

"Tidak usah terlalu dipikirkan! Tinggal ikuti saja apa mau orang-orang besar itu. Lumayan satu juta!"

"Iya, tapi aku cuma penasaran aja."

"Iya tau. Nanti aku bantu kamu disana."

Giri hanya mengangguk. Ia kemudian kembali membereskan meja. Lusa, dia harus berangkat ke Bangkok untuk mengambil dana jasa kematian paman dan bibinya. Di hari kedua, ia harus bekerja sebagai pelayan di sebuah pesta perayaan bisnis. Ini adalah kesempatan pertamanya mengenal dunia luar lingkungannya. Antusiasme juga dirasakan beberapa kenalannya yang ikut pergi. Terima kasih kepada bos di cafe miliknya yang membuat dirinya memiliki kesempatan ini.





***




Pesta orang kaya memang berbeda jauh dari yang ia ketahui. Di hari kedua ini, tubuhnya hampir remuk. Apalagi setelah ini selesai, ia harus segera kembali pulang. Giri melihat sekeliling. Baru saja ia mengantarkan minuman ke meja salah satu tamu undangan yang menyebalkan. Apakah menghina adalah salah satu hiburan untuk orang kaya?

Giri melipir ke area luar dekat air mancur. Ia ingin sedikit merilekskan diri dari hiruk pikuk tamu yang sepertinya punya permintaan tiada habisnya. Ia sudah ijin kepada teman juga supervisornya. Lagipula jam kerjanya disini tinggal satu jam lagi.

"Pelayan!"

Giri menengok kesamping. Orang menyebalkan tadi yang sempat berdebat dengan temannya. Mau apa orang sombong ini disini?

"Kau mangkir dari kerjaan hah?"

"Maaf tuan, jam kerja saya telah usai. Saya hanya ingin duduk disini sebentar." Giri berucap sesopan mungkin. Semenyebalkan apapun orang ini, ia tetaplah tamu yang harus ia hormati.

"Penyelenggara ambil babu darimana sih? Tidak becus semua!"

Orang menyebalkan itu berjalan pergi dengan sedikit terhuyung. Giri mengepalkan tangannya kuat. Ia melepaskan sepatu pantofel yang ia pakai lalu melemparnya asal untuk melepaskan rasa amarahnya. Sedetik kemuadian, ia melotot kaget. Sepatu yang ia lempar mendarat tepat di depan seseorang yang cukup dikenalnya.

"Kau kehilangan sepatumu cinderella?"

Giri segera berlari mendekat. Wajah yang tadinya cemberut kini tersenyum cerah. "Tuan tampan!"


"Kenapa lempar - lempar sepatu? Kalau kena orang bagaimana?"

"Maaf." Giri sampai beberapa langkah didepannya. Senyum cerah ia berikan seperti biasa. Ia mengambil sepatunya dan segera memakainya kembali. "Tuan ikut pesta juga?"

"Mungkin."

"Saya bekerja disini dari kemaren. Lumayan uangnya bisa ditabung. Tapi orang disini menyebalkan semua."

"Kau kesini dengan siapa?" Feral tidak menanggapi celotehan Giri. Ia tidak peduli sebenarnya.

"Bersama yang lain naik travel."

SANG DOMINAN // FOURTHGEMINI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang