18

471 50 9
                                    

Si Pengganggu
.
.
.
.
.


























Seseorang yang masih fresh diotaknya datang lagi. Kali ini ada di lobby istana. Giri bersungut saat mendapati tamu yang rampung berbincang dengan tuan besar beberapa menit yang lalu. Dan saat ini, orang menyebalkan ini berdiri di depannya. Sekitar semeter lebih dikit. Menghalangi dirinya untuk keluar dari istana.

"Lo cuma pelayan?"

"Bukan."

"Lalu? Baju lo aja mirip pelayan disini."

"Terserah. Mau apa anda sebenarnya? Saya harus segera kembali ke kediaman?"

"Emang boleh jam kerja balik ke rumah?" Giri kesal. Kenapa orang didepannya ini terus bertanya? Berdiri tepat di depan pintu keluar. Dan tidak juga memberinya jalan untuk lewat?

"Anda ini terlalu banyak bertanya."

"Dasar pelayan kurang ajar. Gue tamu disini!"

"Anda bukan tamu saya!"


"PELAYAN HARUSNYA SOPAN!"

"SAYA BUKAN PELAYAN! ANDA BISA MINGGIR? SEBENTAR LAGI TUAN SAYA PULANG!"


"See, lo aja mengakui diri sebagai pelayan tuan kan?"

"Suka-suka anda. Sekarang bisa minggir?"


"Lo nggak penasaran kenapa gue disini?"

"Tidak. Anda bisa minggir nggak hah!" Giri sudah mulai jengah. Orang ini sangat mengganggu.


"Kali ini lo -"


"BOCAH! TERNYATA KAU DISINI!" Giri berjengit kaget mendengar suara menggema tuannya. Bahkan beberapa pelayan pun ikut menghentikan aktifitasnya karena terkejut. Giri melihat, tuannya berjalan angkuh ke arahnya dan terlihat raut tidak enaknya yang membuat dirinya bergidik takut.


"Tuan-



"Kamu Feral kan?" Belum sempat Giri menyapa, orang didepannya sudah memotong ucapannya. Sekarang, siapa yang tak sopan sebenarnya?



"Bocah, ditunggu dari tadi." Giri tersenyum mengejek. Feral berjalan melewati si pengganggu ini begitu saja. Sedikitpun tidak menoleh.

"Iya, ini pulang ihh~ Giri senang dan juga takut. Dia tidak menyambut tuannya pulang dan membantunya berbenah. Tapi bukan salahnya juga kan?



"Tunggu! Feral, kita harus bicara!"


"Apa?" Feral menghempas kasar tangan yang memegang lengannya tanpa ijin lalu mengankat alisnya dengan tatapan bertanya dan risih yang kentara. Dirinya tau siapa tamu ini. Tapi dia berusaha acuh.





"Besok keluargaku akan bertamu kesini. Kita bakalan ngomong hal yang serius. Kamu harus hadir. Aku sudah bicara dengan tuan Mile tadi."


"Lalu?"



Giri dapat melihat kegugupan dan rasa kesal dari si pengganggu sekarang. Melihat tuannya acuh tak acuh membuat senyuman kecil tersemat dibibirnya. "Aku senang besok kita bisa berbicara banyak hal."



"Sudah selesai kan? Gue mau cabut. Lo pergi sana!"


"Feral, aku-


"Sini kau bocah!" Giri terkekeh pelan lalu melangkah ikut menjauh. Tangannya yang ditarik paksa membuat langkahnya sedikit betlari kecil.  "Tuan! Kebiasaan! Bisa pelan saja jalannya!"



"Jangan banyak bicara! Mau diangkut lagi?"


"TIDAK! Digendong seperti itu membuat perutku sakit!"


Aduuhhh
Tuannya yang berhenti tiba-tiba membuatnya menabrak punggung lebat itu cukup keras. Badannya sedikit terhuyung ke belakang.

"TUAN! EEHHHHH.... T-tuuaannn~


"Berhenti teriak!"

Giri menutup mulutnya rapat. Tangannya ia kalungkan ke leher tuannya lalu wajahnya ia benamkan ke bahu. Ia sangat malu. Wajahnya memerah seperti tomat saat ini. Giri melirik ke belakang. Si pengganggu menatapnya dengan nyalang saat ini. Ia terkekeh samar melihatnya. Pasti rasa kesal itu sampai dengan sempurna. Dengan nakalnya ia menjulurkan lidahnya tanda mengejek ke arah orang yang menatapnya sinis sejak tadi. Giri tak dapat menahan tawanya sekarang.

"BOCAH! Kamu bukan aneh lagi, tapi mulai gila ya? Kenapa tiba tiba tertawa huh?"

"Tidak, aku suka digendong ala bridal seperti ini."

"Jangan senang. Hukumanmu nanti saat sampai kediaman."

"Apa? Tuan! Aku- aahhhh... Ini pelecehan seksual! Harus lapor polisi! Eenggghhhhh~"

Giri tidak dapat menahan lenguhannya saat tangan besar itu kembali meremas pantatnya keras. "TUAN!"


Hahahaaa...









Tanpa mereka sadari, sang tuan besar menatap dengan tersenyum cerah dari lantai atas saat ini.














. Tbc 💜

SANG DOMINAN // FOURTHGEMINI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang