"Kau tau pernikahan kita tinggal menghitung hari Lang, kenapa harus repot begini?"
"Kenapa? Aku kan juga ingin merayakan hari bahagia calon istriku,"
"Tapi nggak harus membooking seisi restoran kan? Yang hadir juga hanya beberapa orang saja."
"Aku mau acara yang privat, sejujurnya aku mau candle light dinner berdua saja. Tapi aku juga tau kalau kau suka berkumpul dengan banyak keluarga,"
"Kau terlalu memanjakan ku, kau tau?"
"Kau tidak manja, tapi aku sangat senang kalau kau mau bermanja sedikit saja padaku." Elang tersenyum lembut, sementara Cora terkekeh sambil geleng-geleng kepala.
"Tapi buket bunganya besar sekali," Cora merujuk pada sebuket bunga matahari yang bahkan terlalu besar untuk dipeluknya.
"Bunga favoritmu, juga melambangkan hatiku untukmu." Ujar Elang yang membuat Cora menautkan dahi, pria itu tersenyum lalu menatapnya lamat-lamat.
"Karena bunga matahari selalu mengikuti arah matahari, sepertiku yang selalu hanya menatap ke arahmu. Aku hanya melihatmu, bahkan sekalipun kita berjauhan." Tuturnya yang membuat Cora tercenung lalu mengerucutkan hidung.
"Terima kasih Tuan Evandaru," ucap Cora yang membuat Elang terkekeh.
"Dengan senang hati Nyonya Evandaru." Balasnya dengan senyuman lebar.
Mereka tengah berada di sebuah restoran di salah satu hotel bintang lima yang di booking Elang, khusus untuk acara kejutan ulang tahun Cora. Gadis itu hanya tau kalau mereka mau makan malam seperti biasa sepulang kerja, tapi ternyata Elang membawanya ke sana. Menyulap restoran itu penuh dengan dekorasi ulang tahun, juga lengkap dengan ucapan ulang tahun yang terpampang di dinding. Orang tua Elang, Paman dan Bibinya Cora, juga beberapa rekan kerja ternyata ikut hadir. Kekasihnya itu sengaja mengundang semua orang untuk membuat senang Cora di moment spesialnya.
Itu hanya salah satu cara Elang menunjukkan isi hatinya, memastikan seluruh dunia tau bahwa Cora adalah satu-satunya yang begitu ia kasihi. Memastikan gadisnya itu tersenyum bahagia, cukup untuk menyempurnakan setiap harinya. Elang Evandaru adalah sosok yang menyerukan cintanya dengan begitu terbuka, dengan menggebu-gebu dan kadang terkesan terlalu heboh. Tapi siapapun tau, itu hanya caranya menyampaikan bahwa ia seserius itu mencintai Cora Aurianna kekasihnya, belahan jiwanya.
🌻
"Aku iri Cora, tentu saja. Kau beruntung karena memiliki Elang yang mencintaimu seugal-ugalan itu." Ucap Angel, rekan kerja Cora yang juga ikut menghadiri acara ulang tahun. Cora terkekeh sambil memberikan Angel sepotong kue.
"Aku juga tidak mengerti kenapa bisa seberuntung itu, kadang aku takut karena rasanya tidak nyata kalau memiliki kebahagiaan yang terlalu berlebihan Ci," Cora biasa memanggil Angel dengan panggilan Cici, karena rekan kerjanya itu memang berdarah tionghoa. Bahkan semua rekan kerjanya yang lain juga memanggil Angel dengan panggilan yang sama.
"Tidak ada yang berlebihan Cora, karena jelas Elang juga harus bersyukur karena memiliki hatimu. Kamu gadis yang baik dan juga cerdas, bahkan seisi kantor mengakui bahwa kau pegawai yang paling rupawan. Apalagi? Kau mau aku membanggakanmu sebanyak apa lagi?" Angel mengangkat-angkat alis, Cora tergelak mendengarnya. Merangkul Cici-nya itu gemas.
"Sedih sekali karena aku cuti kerja mulai dari hari ini, aku kan ingin terus bersama Cici." Kata Cora.
"Enjoy your time calon pengantin baru, saat bulan madu juga kau akan melupakanku."
"Tidak akan Cici, aku janji!" Cora mengacungkan dua jari, Angel mencibir menatapnya.
"Enyahkan janji palsu mu itu," balas Angel, namun juga ikut terkekeh karena Cora terus menggelayut di lengannya.
"Kalau ada hal yang aku tidak tau saat bulan madu, aku akan menghubungi Cici,"
"Oh Cora, kau mau bertanya padaku yang tengah betah menjomblo ini?"
"Ah Cici," Cora merajuk, Angel menyipitkan mata menatapnya.
"Kau mau membiarkanku makan kue atau tidak? Dari tadi aku tidak jadi menyuap karena kau memegangi tanganku terus." Keluh Angel, tapi Cora hanya terbahak dan malah balas memeluk Angel semakin erat. Ia suka kalau seniornya di kantor itu mulai menggerutu padanya.
🌻
"Kau benar-benar tidak tertolong Lang," ujar seorang pria berkacamata yang menghampiri Elang di satu sisi ruangan, menatap Elang yang tengah memasang ekspresi bodoh serius sekali memperhatikan Cora yang tengah tertawa-tawa di sisi lain restoran bersama rekan kerjanya.
"Aku sudah terjatuh terlalu dalam Gemma, mungkin ini yang dikatakan anak jaman sekarang sebagai bucin akut?" Gemma Hester menatap dengan satu alis terangkat, memperhatikan dengan ganjil rekan kerjanya yang juga sekaligus teman masa SMA-nya itu.
"Anak jaman sekarang? Memang kau pikir seberapa tua usiamu?"
"Tiga puluh, tentu saja aku juga masih sangat remaja." Balas Elang, Gemma menggeleng-geleng menatapnya.
"Kalau kau terus menatapnya, lama-lama wajah Cora akan meleleh."
"Mau bagaimana lagi Gemma? Aku ingin mengalihkan pandangan, tapi mataku selalu mencarinya. Aku juga ingin terus bersamanya, tapi kalau aku menempel terus bukankah aku akan terlihat seperti pasangan yang posesif?"
"Tidak, kau akan terlihat seperti koala yang tidak mau lepas memeluk pohon."
"Ah, perumpamaan yang indah. Aku suka koala." Elang malah sudah tersenyum-senyum, di kejauhan Cora menoleh dan melambai padanya. Dengan semangat menggebu Elang balas melambai heboh, membuat Gemma terkekeh maklum.
Menyadari Gemma menertawakan tingkahnya, Elang kini merangkulnya.
"Hoi, dalam hitungan hari aku akan berganti status menjadi suami orang. Apa kau tidak gatal untuk menyusul? Mana kekasih khayalanmu itu? Kapan mau kau kenalkan padaku?" Tanya Elang, lalu meraih segelas jus dan Gemma menerimanya.
"Kekasih khayalan? Kau pikir aku semiris itu? Aku akan membawanya ke pernikahanmu, lihat saja." Kata Gemma lalu menyesap gelasnya, Elang melebarkan mata namun senyumnya merekah.
"Wah akhirnya, aku menantikannya Gemma. Aku juga bahagia untukmu." Kata Elang sungguh-sungguh, Gemma tersenyum seraya mengangguk.
"Apa aku harus meminangnya di hari pernikahanmu?"
"Sungguh? Itu ide yang sempurna!"
"Tapi itu akan terlalu mencuri perhatian di hari bahagia kalian, aku tidak segila itu."
"Hei, aku tidak keberatan. Aku yakin Cora juga pasti akan sangat senang,"
"Tidak bro, aku hanya bercanda. Aku akan melamarnya secara personal dulu, baru mengundang banyak orang." Kata Gemma, ia tau Elang dan Cora memang sangat berbaik hati.
"Kau memang jenis pria yang seperti itu, tipe diam-diam sebar undangan. Tapi aku berdoa semuanya lancar untukmu dan kekasihmu Gem,"
"Thank you Lang, tentu aku juga berdoa agar pernikahanmu dan Cora berjalan lancar."
Mereka berdua saling merangkul dan terkekeh, dari SMA mereka memang tidak terlalu akrab karena bahkan tidak satu kelas. Mereka hanya pernah sama-sama ikut tim sepakbola sekolah. Tapi begitu kembali bertemu di satu tempat kerja yang sama, Elang dan Gemma menjadi cukup akrab. Teman ngobrol dan makan siang yang menyenangkan, tempat saling berbagi pikiran masalah pekerjaan yang seringkali terlalu berat.
"Oh, Cora sedang sendiri! Aku mau menempel padanya lagi." Elang mesam-mesem lalu melipir meninggalkan Gemma, sementara Gemma yang memperhatikannya geleng-geleng kepala. Bucin akut yang tidak terselamatkan.
🌻
![](https://img.wattpad.com/cover/361616894-288-k678670.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Lost Memories
Romance"Aku tidak tau cintanya atau cintaku yang lebih dalam kepadamu, begitupun aku tidak tau mana yang lebih besar antara cintamu untuknya, atau cintamu untukku." Hari pernikahan Elang dan Cora hanya tinggal menghitung waktu, semuanya sempurna dan bahagi...