27. Bukankah ini yang kau mau?

185 8 0
                                    

Setelah hari itu tidak ada yang terjadi, dan Cora meyakinkan diri bahwa apa yang di lontarkan Jeremy hanya gertakan kosong. Hingga beberapa hari setelahnya kabar dari Mama datang. Katanya, mobil yang ditumpangi Elang saat kembali sehabis membeli obat pembasmi hama mengalami rem blong.

Beruntung Elang dan juga salah seorang pekerja yang ikut bersamanya kala itu selamat, karena Elang berhasil mengendalikan mobil dengan menabrakkan kendaraannya ke semak-semak pinggir jalan, mencegah hal yang lebih buruk terjadi. Mereka baik-baik saja, meskipun mobilnya rusak karena terbentur cukup keras ke semak belukar dan pepohonan.

Lalu Jeremy kembali muncul, tersenyum menyeringai seakan mengatakan bahwa seharusnya Cora sudah mengerti apa yang terjadi. Itu semua ulah Jeremy.

"Apa yang kau inginkan?" Cora menatap Jeremy yang kala itu kembali menjemputnya pulang dan membawanya ke rumah lamanya lagi.

"Berlututlah." Jeremy menatapnya sambil berdiri bersidekap dan bersandar ke dinding rumah.

Cora menatapnya dengan tatap tak percaya, menggeleng tak mengerti.

"Apa salahku hingga kau memperlakukanku seperti ini?"

"Bukankah sudah jelas? Aku tidak bisa melihatmu berbahagia di atas penderitaan ku."

"Apa kau tidak bisa menemukan kebahagiaanmu sendiri tanpa harus bersinggungan denganku?"

"Tentu aku akan hidup bahagia setelah kau berada di bawah kakiku." Angguk Jeremy.

Setelah itu Jeremy melangkah dan menggeser sesuatu dari arah dapur, dan Cora menatapnya dalam diam. Ia memperhatikan Jeremy menyiramkan sesuatu pada apa yang dibawanya, lalu mengeluarkan sesuatu dari sakunya. Pemantik api.

Cora tersentak begitu menyadari bahwa itu adalah alat panggangan dan kini dalam sekejap api menyala-nyala dari sana, gadis itu memekik dan jatuh ketakutan di lantai. Jeremy menoleh menatapnya, lalu melangkah mendekati Cora yang terduduk gemetaran di lantai.

"Jangan berisik!" Jeremy menjambak rambutnya dan memaksa Cora untuk menatap kobaran api, tidak berbelas kasih sekalipun merasakan tubuh gadis itu meronta-ronta dan gemetar, kini tangisnya pecah.

"Bukankah mengerikan kehilangan orang-orang yang kau sayangi? Haruskah aku mengulanginya agar kau merasakannya lagi?" tatap Jeremy tajam, Cora menggeleng-geleng cepat sekalipun rambutnya di cengkeram erat. Gadis itu mengabaikan sekalipun kepalanya terasa sakit.

"Bagus, jadi kau akan menurutiku?" tanya Jeremy, dan Cora menganggukkan kepala. Jemarinya terulur menyentuh lengan Jeremy, berusaha menyembunyikan wajahnya dilengan pria itu. Meminta perlindungan, sementara wajahnya sudah basah oleh air mata.

"Pa-padamkan..." ucap Cora serupa bisikan, tubuhnya sudah gemetar hebat dan napasnya tidak beraturan. Jeremy mengendurkan cengkeramannya di rambut Cora, dan tubuh lemah gadis itu roboh ke arah Jeremy. Gadis itu mencari perlindungan darinya sekalipun Jeremy baru saja bersikap kasar dan tidak berperasaan padanya. Cora benar-benar tidak bisa melihat api, gadis itu tidak bisa menghilangkan ketakutannya sekalipun ia mau.

"Kalau kau memegangiku, bagaimana aku bisa memadamkan apinya bodoh?" kata Jeremy sambil menatap Cora yang berbaring dengan kedua tangan yang dilingkarkan di pinggang Jeremy. Pria itu merundukan tubuh untuk akhirnya menyadari bahwa gadis itu sudah kehilangan kesadarannya. Ia mendecak, membaringkannya di lantai untuk kemudian bangkit dan memadamkan api.

🌻

Cora terbangun di atas sofa untuk kemudian menjerit-jerit histeris, Jeremy yang tengah berada di sofa tidak jauh darinya melangkah mendekat dan kemudian merunduk membekap mulut gadis itu seraya menatapnya tajam.

Our Lost Memories Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang