6. Sebuah permintaan maaf

226 13 0
                                    

Cora membuka pintu unit apartemennya dan Angel menghambur masuk memeluknya, seniornya itu memeluknya erat seraya menahan tangis.

Ia langsung datang menemui Cora begitu gadis itu mengabarinya, dan Angel mendapati betapa tenangnya gadis itu sekarang. Ketenangan yang tidak biasa.

Bagaimana hal itu bisa terjadi sementara hanya dalam hitungan hari mereka akan menyambut hari bahagia?

"Aku butuh bantuan Cici untuk menyelesaikan beberapa hal, maaf ya ci aku merepotkan malam-malam begini," Cora mengeluarkan buku berisi beberapa nomor yang harus di hubungi untuk menyelesaikan pembatalan acara, entah itu menghubungi vendor, KUA, ataupun juga para tamu undangan yang sudah terlanjur mendapatkan undangan pernikahan.

Angel menatapnya dalam, melihat bagaimana Cora yang sibuk menyusun beberapa berkas.

"Kita bisa menunggu sampai besok Cora, kau butuh istirahat." Angel menyentuh bahunya, membuat Cora menghentikan gerakannya. Gadis itu menoleh lalu menghela napas.

"Besok juga pasti akan berlanjut Ci, semuanya tentu tidak akan bisa selesai dalam sehari. Jadi menyelesaikannya lebih cepat kurasa akan lebih baik?"

"Kau sedang tidak baik-baik saja Cora,"

"Setidaknya aku menyibukkan diriku Ci, aku tidak bisa membiarkan pikiranku kosong walau hanya sebentar." Akunya, ia tidak akan berpura-pura kalau ia baik-baik saja. Ia butuh pengalihan, ia butuh bantuan. Dan Cora mengungkapkannya secara terbuka, karena itulah ia menghubungi Angel.

"Apa kau sudah menghubungi paman dan bibimu?" Tanya Angel, Cora mengerjap lalu menggeleng.

"Aku akan menghubungi mereka malam ini juga Ci, terima kasih sudah mengingatkan." Cora meraih selembar kertas dan membacanya dengan serius, kalau Angel berada di posisi Cora ia sama sekali tidak yakin akan sekuat itu dan mau mengurus semuanya sendiri. Gadis itu menempatkan semua beban di atas bahunya dengan suka rela, padahal hatinya tentu tengah remuk redam sekarang. Mengahadapi kenyataan yang tidak bisa di hindari.

"Ini pasti berat sekali untukmu Cora," Angel mengulurkan tangan dan menyentuh bahu Cora, gadis itu terdiam untuk kemudian bicara seraya menatap Angel.

"Tentu Ci, tapi yang terpenting bagiku adalah Elang sudah sadar. Dia terbangun, membuka matanya, juga lukanya tidak terlalu serius, dan itu adalah hal yang paling aku syukuri." Terang Cora, tidak ada yang paling ia minta dan syukuri selain kekasihnya lolos dari maut yang nyaris merenggutnya. Dan seluruh kejujuran itu terpancar dari sorot matanya.

Angel menatap lekat dengan sorot haru, mengusap kepala Cora seraya mengangguk mengerti.

Bel pintu apartemen berbunyi, Angel bangkit untuk melihat siapa yang datang. Cora juga ikut menatapnya dengan sorot bertanya. Angel melihat sosok yang berdiri di luar unit apartemen Cora, lalu menoleh menatap Cora yang juga tengah balas menatapnya.

"Gemma," terang Angel. Cora menghela napas lalu tersenyum kecil.

"Biarkan dia masuk Ci,"

🌻

Cora dan Gemma duduk di kursi yang berada di beranda unit apartemen Cora, menatap langit malam dan gemerlap lampu di sejauh mata memandang.

"Aku meminta maaf," ucap Gemma. Cora menautkan dahi, menoleh menatap Gemma dengan tatapan tenang.

"Aku tidak tau kalau kau telah berbuat salah Gem,"

"Kalau aku tidak memintanya datang maka semua itu tidak akan terjadi,"

"Kau juga tidak tau kalau kekasihmu memiliki hubungan dengan Elang,"

"Aku bahkan berniat membawanya ke acara pernikahan kalian," Gemma menggeleng-geleng, Cora menebar pandangan lalu menghela napas lagi.

Our Lost Memories Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang