16. Drama

15 4 0
                                    

Begitu turun ternyata bukan hanya ada Gemma di bawah, tapi juga Bianca. Entah sejak kapan gadis itu sudah ada di sana, berdiri tidak jauh dari Gemma di ruang makan.

Cora menoleh, menatap Elang yang rupanya ikut turun dibelakangnya. Tatapan Elang juga kini tertuju pada Bianca, dan itu cukup untuk menerbitkan kabut dalam mata Cora.

"Apa selalu seperti ini setiap hari?" Ujar Cora langsung, membuat Elang kini balas menatapnya.

"Apa?" Tanyanya tidak mengerti.

"Kau membawa masuk wanita lain ke rumah, tidak peduli waktu." Cora tidak bisa menyembunyikan raut kekecewaan di wajahnya. Gemma yang berdiri di kejauhan memilih mengisi piring dengan nasi goreng buatannya, bahkan tidak juga memedulikan Bianca.

"Aku bahkan tidak tau kalau Bianca datang?" Elang menjawab dengan kaku.

"Lalu kenapa kau turun? Katanya tidak mau makan, tapi kau mengikutiku. Karena kau tau kekasihmu akan datang bukan?" Cora sama sekali tidak mendengarkan pembelaan Elang, membuat Elang ternganga. Ia ikut turun karena tidak ingin membiarkan Cora dan Gemma berduaan di bawah, apa Elang harus mengatakannya?

"Kalau tidak ada aku dan Gemma, pasti indah sekali bagi kalian ya?" Tatap Cora dengan sorot yang membuat Elang kesal, seakan gadis itu tengah memandang rendah dirinya.

"Aku datang sendiri kemari, tanpa memberitahu Elang." Sergah Bianca yang bahkan membuat gerakan tangan Gemma berhenti, gadis itu balas menatap Cora dengan berani. Dan kini seluruh perhatian Cora tertuju padanya.

"Kita belum sempat bicara bukan? Sekalipun anda pernah menjadi kekasih Elang, saat ini Elang masih tunangan saya. Saya keberatan kalau anda terus datang menemuinya seperti ini." Cora tidak bisa menahan dirinya untuk bicara, namun Bianca juga tidak terlihat terintimidasi.

"Kami belum putus." Ucap Bianca yang membuat Cora tertegun, lalu menatap Gemma yang berdiri merenungi piring nasi goreng. Melihat reaksi Gemma yang tetap diam sekalipun kekasihnya secara tidak langsung memproklamirkan diri sebagai kekasih Elang membuat Cora menyadari sesuatu, ah mungkin seperti itu yang terjadi. Itulah mengapa Gemma sampai mabuk tadi malam.

Cora menyentuh dahinya seraya memejamkan mata, kepalanya terasa mau pecah. Satu tangannya yang mencengkram pegangan tas gemetar, isi kepala dan hatinya semrawut.

Menyadari Cora yang berdiri diam dengan tangan gemetar membuat Elang melangkah mendekat, menyentuh lengan Cora hati-hati.

"Kau baik-baik saja?" Tanya Elang. Cora membuka mata dan menurunkan tangannya dari kepala, menoleh menatap Elang dengan matanya yang memerah.

"Wanita mana yang baik-baik saja mengetahui tunangannya memiliki hubungan dengan wanita lain?" Kata Cora tercekat. Apakah Elang sebodoh itu untuk tidak tau? Rahang Elang mengeras,  pria itu menurunkan tatapannya lalu bicara.

"Aku minta maaf, aku akan menyelesaikannya." Ujarnya, Cora tersenyum miris. Bukan permintaan maaf Elang yang ia inginkan. Pria itu tidak bersalah, semua yang terjadi bukan kehendaknya. Bukan disengaja. Bukan ingin Cora juga memaksa tunangannya itu untuk menyelesaikan kisah masa lalunya. Tapi Cora tidak berkata apapun lagi, ia merasa begitu lelah.

Cora melangkah meninggalkan Elang juga melewati Bianca, menghampiri Gemma yang sedari tadi diam saja seolah jika diam dia akan tembus pandang. Cora menatap sepiring nasi goreng dan sisa nasi goreng di wajan.

"Apa ini untukku?" Tanya Cora sembari meraih sendok, Gemma hanya membalasnya dengan anggukan.

"Kenapa kau jadi pendiam begini? Apa nasi gorengnya cukup untuk tamu juga? " Cora menatapnya, Gemma mendengus namun mengangkat bahu. Sepertinya cukup.

Our Lost Memories Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang