15. Pekerjaan

15 4 0
                                    

Hari ini Cora memutuskan untuk kembali masuk kerja, dan tentu bukan hari yang mudah. Semua rekan kerjanya tau tentang pembatalan pernikahan, karena tentu mereka juga merupakan tamu undangan. Angel yang membantu Cora untuk menyebarkan berita pembatalan, namun tidak menceritakan secara spesifik. Hanya tentang kecelakaan saja, tidak lebih dari itu.

Banyak rekan kerja yang menghampirinya dengan penuh simpati, tapi juga ada yang menatap dengan sorot kasihan. Tentu pembatalan pernikahan bukan hal lumrah yang bisa dibanggakan, Cora tidak bisa mengharapkan sikap pengertian yang sama dari setiap orang.

"Kau baik-baik saja Cora? Sepertinya berat badanmu berkurang," ujar Angel dari balik kubikel tepat disamping meja kerja Cora, menatap dengan sorot mata cemas.

"Aku senang karena Cici menganggapku kurusan, dan berkat Cici semua pekerjaanku jadi lebih mudah. Terima kasih Ci," ucap Cora sungguh-sungguh, Angel telah membantunya menangani kekacauan yang terjadi belakangan ini. Angel banyak menghubungi tamu-tamu undangan, memberitahu tentang pernikahan yang batal dilangsungkan. Juga menghandle pekerjaannya selama cuti menikah yang sia-sia itu.

Angel menghela napas, mengulurkan tangan dan menepuk lembut punggung tangan Cora. Menatap sungguh-sungguh.

"Bagaimana sekarang? Apa sudah ada kemajuan?" Tanyanya.

"Elang dalam keadaan sehat Ci, dan aku juga baik-baik saja. Paling tidak ini adalah hal yang harus di syukuri," senyum Cora, Angel menatapnya lama untuk kemudian mengangguk.

"Ya, tentu saja. Kalau kau butuh bantuan atau apapun, jangan ragu menghubungiku oke?" Angel menawarkan, dan Cora mengangguk mengerti tanpa lupa kembali menggumamkan terima kasih.

🌻

Sepulang kerja Cora langsung menuju rumah Elang, tapi orang yang pertama di temuinya adalah Gemma Hester yang duduk di kursi teras rumah.

"Kau ada di sini?" Tanya Cora, Gemma yang balas menatapnya dengan dahi berkerut menjawab.

"Tepatnya masih di sini."

"Kau tidak pulang sejak semalam?" Gadis itu menatap heran, Gemma menggeleng.

"Om bekerja dan tidak pulang kemari, Tante mengantar Ezath kembali ke luar kota. Aku tidak bisa meninggalkan tunanganmu sendiri." Terangnya, Cora ber-oh lalu mengangguk mengerti. Gemma menggaruk kepalanya yang tidak gatal, lalu kembali bicara.

"Maaf soal semalam," katanya. Mengerti maksud ucapan Gemma, Cora tersenyum kecil.

"Apa yang terjadi padamu? Itu pertama kalinya aku melihatmu mabuk, aku tidak tau kalau kau suka minum-minum."

"Itu memang pertama kalinya aku minum, mungkin juga yang terakhir. Memalukan." Gemma mengusap wajah, sementara Cora memperhatikannya seksama.

"Terjadi sesuatu?" Cora belum melepaskannya, membuat Gemma mengalihkan pandangan.

"Tidak, kau mau menemui Elang? Sepertinya dia di atas, masuklah." Kata Gemma mengalihkan pembicaraan, Cora menghela napas. Tentu ia tidak akan memaksa kalau Gemma memang tidak mau berbagi cerita.

Gadis itu merogoh tas tangannya lalu mengeluarkan sesuatu yang terbungkus sapu tangan, dan mengulurkannya pada Gemma.

Gemma menautkan dahi, namun meraihnya. Serta merta matanya melebar.

"Ah, kaca-mataku!" Senyum pria itu terkembang, menerimanya dengan suka cita.

"Tentu kau tidak perlu bertanya bagaimana kaca-matamu bisa ada padaku kan?" Cora melipat tangan di depan dada, Gemma terkekeh seraya mengelap-elap kaca-matanya.

"Aku tidak punya wajah untuk pura-pura tidak tau," ia berterus terang, Cora geleng-geleng kepala. Menatap Gemma yang kini kembali memakai kaca-matanya.

"Nah sekarang aku bisa melihatmu dengan jelas, thank you." Gemma mengerdip sok genit, Cora hanya menatap maklum.

Our Lost Memories Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang