22. Seakan keberadaanmu mengunci mataku.

131 9 0
                                    

Seperti yang dikatakan Elang, malam ini para pekerja dan tetangga sekitar rumah berkumpul di halaman depan vila untuk acara bakar-bakar jagung. Banyak yang membawa makanan dari rumah, sengaja untuk di berikan pada Elang dan Cora sekaligus makan bersama. Sebagai bentuk rasa terima kasih karena mendapat oleh-oleh pagi tadi, juga sebagai sambutan karena mereka berdua kembali ke sana bersama setelah sekian lama.

Semuanya bersikap hangat dan tampak sudah mengenal Cora, gadis itu juga mengingat nama-nama orang yang menghampirinya. Terlebih Elang menyadari bahwa mereka juga mengetahui bahwa Cora memiliki trauma terhadap api, melihat bagaimana mereka menempatkan Cora di tempat yang cukup jauh dari pembakaran. Mereka menjaga Cora tanpa kentara, seakan para pekerja dan warga sekitar juga menyayangi Cora.

"Berapa lama kita pernah tinggal di sini?" Elang mengulurkan jagung bakar yang tampak menggoda selera dan juga beraroma wangi pada Cora, gadis itu duduk di undakan teras depan vila sambil memperhatikan orang-orang yang tengah saling bercengkrama.

"Mm.... hampir setengah tahun?" Kata Cora sambil meraih jagung bakar. Elang mengangkat alis, lalu ikut duduk di samping Cora sambil menggigit jagung bakar miliknya.

"Lama juga," Elang menatapnya nyaris tidak percaya, Cora tersenyum lalu mulai menyantap jagungnya.

"Hanya aku saja yang sampai setengah tahun, kau tetap mengurus perkebunan sampai nyaris empat tahun tapi pulang pergi dari rumahmu kemari."

"Kita hanya tinggal berdua?" Tatap Elang serius, Cora mengangkat satu alis.

"Mana mungkin," tandasnya. Elang membulatkan mulut, pertanyaan bodoh.

"Mama, Papa, dan Ezath juga tinggal di sini. Ezath bahkan sempat bersekolah di dekat sini, kalian menjadikanku bagian keluarga sekalipun aku bukan siapa-siapa." Terang Cora. Elang diam, memperhatikannya lalu bicara.

"Aku berharap bisa segera mengingat semuanya," ucapnya. Cora tercenung, menoleh menatap Elang yang balas menatap manik matanya.

"Kau tau, raspberry yang tadi kau berikan adalah makanan pertama di tempat ini yang dulu bisa ku telan dan tidak ku muntahkan." Kata Cora tiba-tiba, Elang tampak terkejut mendengarnya.

"Di hari pertamaku di sini, aku melarikan diri dari vila, berlari tidak tentu arah. Lalu kau mengejarku, kau berhasil menyusulku tepat di perkebunan warga. Saat itu kau memetik buah raspberry yang tumbuh liar di sekitar dan memberikannya untukku, menyuapiku yang terduduk kelelahan sementara aku berlumuran tanah." Senyum Cora, gadis itu menghela napas lalu menekuri jagung bakar di tangannya.

"Siapa aku sampai kau memperlakukanku seakan aku penting bagimu, hari itu aku terus bertanya-tanya kenapa kau tidak membiarkanku yang begitu kacau untuk pergi? Tapi pada akhirnya aku tidak berkata apapun, kebaikanmu dan raspberry liar yang terasa manis di mulutku membuatku bersedia untuk ikut kembali pulang bersamamu." Ingatan Cora kembali ke masa-masa yang terasa baru terjadi kemarin, dan pria yang duduk di sampingnya masih pria yang sama yang selalu memikirkan kebaikan baginya.

"Apa kau ingin tinggal di sini lagi?" Tanya Elang, Cora menautkan dahi lalu tersenyum kecil.

"Aku sudah menawarkan diri untuk ikut beberapa waktu lalu, tapi kau memikirkan pekerjaanku. Jadi aku tidak bisa, aku harus tetap bekerja." Jawabnya.

"Jadi kau akan pulang besok?"

"Tentu saja,"

"Tapi kau akan datang kembali minggu depan kan?" Tatap Elang memastikan, Cora menelengkan kepala.

"Jarak dari sini ke rumah tidak terlalu jauh kan? Kenapa kau bersikap seakan-akan kita akan berjauhan dalam jarak tempuh berhari-hari sih, kau kan juga bisa tetap tinggal di rumah sembari mengurus perkebunan. Tidak perlu tinggal di vila." Tatap Cora heran, kembali menggigit jagungnya dengan sudut mata memperhatikan Elang. Pria itu diam lalu mengusap tengkuk.

Our Lost Memories Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang