24. Cincin

10 3 0
                                    

Elang menatap cincin pertunangan yang ada di telapak tangannya, sementara beberapa jauh darinya Mama tengah menangis dan Papa tengah berusaha menenangkannya.

Ia kembali ke rumah dan menerima berita yang tidak pernah Ia sangka akan datang, Cora mengakhiri pertunangan mereka.

Pagi tadi gadis itu datang menemui Mamanya dan mengutarakan niatnya untuk mengakhiri pertunangan antara dirinya dan Elang, dan itu cukup untuk membuat Mama terguncang.

Gadis itu sudah seperti anak sendiri bagi orangtuanya, orang yang tidak tau pasti akan mengira kalau Cora adalah anak kandung orangtuanya. Mengingat bagaimana mereka memperlakukan Cora, betapa mereka sangat menyayangi gadis itu.

Dalam beberapa waktu ini Cora memang semakin jarang membalas pesan yang Elang kirimkan, Elang hanya berpikir mungkin gadis itu sibuk dan mencoba memaklumi. Ia berniat menemuinya hari ini setelah selesai mengurus perkebunan yang belakangan tengah hectic karena terserang hama, dan Ia baru bisa mendapat waktu luang sekarang.

Ia tidak menyangka bahwa kesibukannya membuat Cora menguntai jarak darinya, lepas dari jangkauannya.

"Aku akan menemuinya Ma," ucap Elang, Ia meraih handphone-nya dan menghubungi Gemma. Menanyakan alamat tempat Cora bekerja.

Kalau gadis itu ingin memutuskan ikatan pertunangan, tentu itu harus langsung dengan Elang bukan?

🌻

Elang sudah sampai di perusahaan tempat Cora bekerja, tapi dari resepsionis mengabarkan kalau gadis itu tengah mengikuti meeting dan belum tau kapan akan selesai.

Ia memutuskan untuk menunggu di lobi depan, untuk kemudian seorang pria menghampirinya.

"Kopi?" Pria itu menawarkan dengan senyuman kecil, Elang menoleh menatapnya. Pria itu tampaknya berumur tidak terlalu jauh darinya, bahkan mungkin sedikit lebih muda. Berpakaian rapi, bertubuh jangkung hampir menyamai Elang.

"Tidak, terima kasih." Tolak Elang dengan senyum sopan. Pria itu mengangkat alis namun senyumnya tidak hilang, Ia mengangguk-angguk sambil menyesap cup kopi di tangannya.

Elang menunduk menatap jam tangannya, lalu menghela napas. Ia akan menunggunya.

"Tadi Elang datang kemari, aku melihatnya setelah kembali dari bawah untuk mengambil berkas." Terang Angel pada Cora ketika mereka selesai meeting, Cora tertegun mendengarnya mengerjap menatap Angel.

"Sungguh? Apa Ia masih di bawah?"

"Tidak, mungkin sekitar lima belas menit lalu Ia pergi. Itu yang kudengar dari resepsionis setelah bertanya tadi."

"Ah," Cora mengangguk mengerti, tatapannya meredup.

"Pria yang sering menjemputmu pulang, juga sempat menghampirinya tadi," lanjut Angel yang membuat berkas dalam genggaman Cora lepas dan jatuh berserakan di lantai. Angel terkesiap dan buru-buru memungutinya, sementara Cora masih berdiri mematung.

Angel mendongak, dan baru menyadari kalau tangan gadis itu gemetar.

"Cora?" Angel menautkan dahi, berdiri dengan raut khawatir dan menyentuh lengan Cora. Menyadarkannya.

"Kau baik-baik saja?" Tatap Angel cemas. Cora mengerjap, mengusap kepala lalu mengangguk.

"Ah, ya Ci. Aku baik-baik saja," Cora berlutut dan mulai memunguti berkas, Angel menatapnya penuh tanya dan kekhawatiran. Namun Ia tidak bertanya lebih lanjut dan memilih membantu memunguti berkas.

🌻

Cora baru saja menghubunginya, gadis itu tau kalau Elang mendatangi tempat kerjanya. Dan gadis itu berkata bahwa Ia ingin bertemu dengan Elang.

Our Lost Memories Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang