19. Kompromi

23 3 0
                                    

"Kau mengingat apa yang ku minta kan Gem?" ujar Cora tanpa mengalihkan perhatiannya dari Elang yang tengah menuruni pijakan tanah di kebun belakang vila sementara Bianca mengikutinya, Gemma yang berdiri di dekat Cora menghela napas.

Pagi tadi-tepatnya setelah subuh saat Gemma hendak melanjutkan tidurnya di hari libur-Cora datang bertamu ke rumahnya. Saat matahari bahkan belum terbit, Ibu dan Adiknya sampai bingung, terlebih Gemma yang dipaksa untuk tidak tidur lagi.

"Antar aku ke perkebunan apel." Kata Cora tanpa basa-basi sementara Gemma sudah mau mengulat di tempat tidur.

"Kenapa aku? Kau bisa pesan taksi, apa kau juga tidak melihat waktu? Kau muncul bahkan sebelum ayam jago berkokok."

"Tidak ada yang memelihara ayam di sini." Gadis itu membalas ucapannya dengan ringan.

"Apa kau mau diam saja sekalipun tau Bianca datang ke perkebunan nyaris setiap hari?" lanjut Cora, Gemma tertegun untuk kemudian mendengus.

"Hubungan kami sudah berakhir,"

"Begitu saja? Maka hubunganku juga pasti akan menemukan ujung yang sama sebentar lagi." Cora meradang, Gemma merubah posisinya menjadi duduk dengan wajah kusut.

"Kalau itu benar terjadi, apakah semuanya menjadi kesalahanku sepenuhnya?" tatap Gemma. Cora terkekeh lalu balas menatapnya dalam.

"Aku hanya meminta bantuanmu Gemma, aku tidak tau harus menemui siapa lagi untuk meminta bantuan. Aku sudah menahan diri untuk tidak menemuinya, karena pasti tidak akan nyaman bagi Elang jika orang asing yang sekalipun berstatus tunangannya terus mengikutinya. Kau ada dalam ingatan Elang, kau sahabatnya. Paling tidak jika kau bersamaku, Elang tidak akan merasa terlalu asing."

"Aku ingin mengabaikannya tapi aku tetap tidak bisa membiarkan Elang terus bersama Bianca, aku ingin memperjuangkan hubungan kami sekalipun Elang sudah melupakanku. Aku tidak bisa menyerah dan melepaskannya begitu saja, dan untuk itu aku butuh pertolonganmu." Cora berkata sungguh-sungguh, sementara Gemma merenungi ucapannya.

"Sebenarnya, menurutku Elang akan lebih senang jika kau datang tanpaku."

"Ya, tentu aku ingin berpegang pada pemikiran itu. Tapi sejujurnya aku tidak sepercaya diri itu, aku tidak sekuat itu." Cora berterus terang, Gemma menghela napas menatap kesungguhan dalam mata Cora.

"Jadi apa yang kau inginkan? Kau ingin aku membawa Bianca sejauh mungkin dari Elang?"

"Tidak mungkin." Geleng Cora, tersenyum hambar.

"Lalu?" Gemma menunggu.

"Rebut hatinya kembali, buat dia menyadari bahwa hanya kau yang ada dalam hatinya." Pinta Cora.

Gemma menghela napas untuk kesekian kali, lalu menatap Cora yang tengah memetik batang pohon talas kecil yang tumbuh di pinggiran sungai dengan aliran air kecil yang dangkal dan juga jernih, tepat di halaman belakang vila.

"Aku tidak mengerti kenapa kalian memiliki selera yang sama sampai memacari gadis yang sama juga, salah Elang karena sampai lupa ingatan dan harus bertunangan denganku yang sangat bertolak belakang dengan Bianca." Kata Cora, Gemma menautkan dahi sambil mengamati Cora yang memotong batang talas dengan pisau dan memasukannya ke keranjang bambu.

"Apa yang salah dengan bertunangan denganmu? Kau pikir Elang memilihmu hanya karena lupa ingatan?"

"Memang seperti itu faktanya Gemma, siapa lagi manusia waras yang mau menikahiku?"

"Kalau Elang tidak menemukanmu lebih dulu, mungkin aku juga akan melamarmu?"

"Apa?!" sebuah suara menyahut, dan itu bukan suara Cora. Karena gadis itu juga tampak tidak menyangka akan mendengar Gemma mengucapkan hal semacam itu. Itu Elang, entah sejak kapan pria itu sudah sampai di dekat Gemma, dan Bianca yang juga berdiri tidak jauh dari mereka sama terkejutnya.

Our Lost Memories Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang