Di meja makan sudah dihidangkan banyak makanan lezat yang tersusun rapi sebagai menu makan malam hari ini. Setiap waktu makan tiba, selalu seperti acara besar karena ramainya anggota keluarga di rumah itu. Seperti biasanya sepuluh orang sudah berkumpul untuk melaksanakan makan malam bersama. Rumah itu selalu terasa ramai setiap harinya.
Dirga, laki-laki paruh baya yang merupakan ayah dari kesembilan anak yang diantaranya satu orang perempuan dan delapan orang laki-laki. Sebenarnya Dirga hanya memiliki seorang anak perempuan. Sementara kedelapan laki-laki lainnya ia adopsi dari sebuah panti asuhan sejak mereka berusia delapan tahun. Walaupun bukan anak kandung, Dirga tidak pernah membedakan mereka, ia menyayangi anak-anak itu seperti anaknya sendiri.
Aluna, anak perempuan satu-satunya itu melihat seorang abangnya yang hanya menuangkan sedikit nasi ke piringnya.
"Bang Davi, kok makannya dikit banget. Aluna tambahin nasinya ya?" tawar Aluna.
Davian menggelengkan kepala. "Abang lagi diet."
"Besok-besok aja dietnya, Bang," bujuk Aluna.
"Gue kalau makan segitu dua jam lagi udah balik dapur kayaknya," celetuk Hayden memperhatikan makanan di depan Davian.
"Iya gue nambah."
"Gitu dong, Bang. Kan Aluna jadi makin sayang." Aluna menambah satu sendok nasi dan beberapa lauk ke piring Davian.
Davian tersenyum memperhatikan Aluna. Sulit sekali baginya menolak permintaan Aluna. Adiknya itu selalu memberikan perhatian lebih untuk semua abangnya. Aluna sudah seperti seorang ibu bagi mereka.
Melihat itu Leon merasa sedikit cemburu, sepertinya posisinya sedang terancam. Bisa-bisa nanti Aluna tidak sayang lagi padanya.
Leon berdeham, "Bang Leon juga nambah deh, Lun."
Bibir Gezan berkedut menahan tawa, matanya melihat sayur di atas meja yang terlihat mengeluarkan asap. "Tuh sayurnya panas banget ya."
Hayden mencubit tangan Gezan, bermaksud agar tidak menggoda Leon. Padahal Hayden lebih sering menjahili Leon.
Gezan meringis kecil menatap Hayden lalu mengangguk mengerti.
Bian menggeleng-gelengkan kepalanya memperhatikan Leon. Tanpa sadar, Leon sering membuat suasana jadi lebih cair. Bagi mereka, Leon itu lucu tanpa dibuat-buat.
"Ambil sendiri aja, Bang." Aluna pura-pura tidak peka membuat Leon menatapnya tanpa berkedip.
"Dav, besok dietnya bareng-bareng ya," ajak Leon pada Davian membuat mereka semua terkekeh.
Mereka semua paham, perkataan Leon barusan adalah sebuah sindiran. Aluna menggeleng-gelengkan kepalanya melihat Leon. Aluna sudah terbiasa dengan abangnya yang manja dan menggemaskan itu.
"Gue gak jadi diet, biar disayang Aluna terus," ucap Davian melirik Aluna yang tertawa mendengarnya.
Mendengar perkataan Davian membuat Leon semakin memajukan bibir bawahnya kesal. Mereka semua memperhatikan Leon gemas.
"Ambilin, Lun. Adek lo ngambek nih." Perkataan Shaka membuat Leon mengerucutkan bibirnya.
"Sabar-sabar ya, Al," ucap Gezan ikut terkekeh. Diantara semua abangnya, hanya Gezan yang memanggil Aluna dengan sebutan Al.
Aluna tertawa kecil. "Udah makanan sehari-hari, Bang."
Ketujuh laki-laki itu menganggap Leon adalah adiknya Aluna. Walaupun kenyataannya Leon adalah abang Aluna yang kedelapan. Di situasi tertentu, tidak ada yang berani membantah Leon karena anaknya yang suka merajuk dan susah dibujuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seraphic Home | XODIAC
Teen FictionTentang delapan anak laki-laki yang mempunyai luka dan trauma karena keluarga. Berusaha menerima takdir yang sama sekali tidak mereka inginkan. Di sebuah panti asuhan, mereka dipertemukan untuk saling menguatkan, bersama-sama menyembuhkan luka dan m...