7. Perkara Novel

51 13 0
                                    

Zevan memperhatikan chat room nya dengan Aluna. Sudah tiga puluh menit sejak ia mengirim pesan pada Aluna, tetapi pesan itu hanya dibaca oleh gadis itu. Rasanya Zevan ingin mengirim pesan kembali, tetapi ia tidak berani karena takut untuk mengganggu Aluna.

"Apa dia marah aku minta nomornya tanpa izin? Atau dia risih aku chat tiba-tiba?"

Zevan meminta nomor Aluna pada Airen. Alasannya karena Zevan ingin meminta foto yang sangat berharga baginya yang ia selipkan di salah satu halaman novel yang ia pinjamkan pada Aluna. Zevan tidak ingin foto ia dengan sahabat masa kecilnya hilang. Foto itu adalah foto kesukaan mereka. Zevan selalu membawa foto itu kemanapun ia pergi.

Tadinya Zevan ragu untuk menghubungi Aluna, namun ia mengumpulkan keberaniannya karena foto itu adalah foto yang sangat berharga bagi Zevan. Kemanapun Zevan pergi, ia selalu membawa foto itu.

Leon sedang bermain game di ponselnya, kedua tangannya dirangkul oleh Hayden dan Gezan atas permintaan Leon. Ia tidak mengizinkan kedua cowok itu melepaskan tangannya dari Leon. Sebagai orang yang lebih muda beberapa bulan dari mereka, membuat Leon memiliki sifat yang manja hanya kepada orang-orang yang ia sayang. Namun, hal itu sudah dimaklumi oleh mereka semua. Leon hanya menunjukkan sikap manjanya pada orang-orang terdekatnya.

Leon seperti memiliki dua sisi yang berbeda sesuai keadaan. Jika ada yang mengusik dirinya atau orang di sekitarnya, ia tidak akan segan-segan memberikan peringatan.

Gezan sedari tadi hanya pasrah saja, sedangkan Hayden sudah merebahkan kepalanya di bantal sofa yang ia peluk.

"Bentar, Le." Gezan ingin menarik tangannya, tetapi di tahan Leon.

"Mau ngapain?" tanya Leon tanpa mengalihkan pandangannya dari game di ponselnya.

"Mau minum," ucap Gezan melirik minuman di atas meja.

"Oke." Leon melepas tangan Hayden dan Gezan lalu mengeluarkan game di ponselnya.

"Udahan?" tanya Hayden.

"Gue bosan," jawab Leon lalu menyandarkan kepalanya pada bahu Hayden. Hayden pikir ia bisa tenang, ternyata Leon masih dalam mode manjanya.

Gezan meneguk minuman soda, tiba-tiba ia teringat sesuatu. Ia lupa menanyakan pada Aluna saat gadis itu menghampiri mereka beberapa menit yang lalu.

"Jaket yang di ruang laundry punya siapa?"

Ketujuh cowok itu saling lirik satu sama lain. Diantara mereka tidak ada yang merasa mempunyai jaket yang dimaksud Gezan.

"Jaket apa?" sahut Bian.

"Kayak jaket cowok," jawab Gezan. "Apa punya Aluna, ya?"

Leon mengerutkan keningnya, ia mengangkat kepalanya dari bahu Hayden. "Lagi dekat sama cowok tuh bocah?"

"Kayaknya korban novel-novel itu deh, cowok populer di sekolah nabrak Aluna di kantin, trus minumannya jatuh kena baju Aluna, eh, dipinjamin jaket deh."

Bian tertawa kecil mendengar perkataan Gezan.

"Setau gue di sekolah gak ada yang populer selain kita," celetuk Shaka membuat beberapa dari mereka menggelengkan kepala.

Gezan menghela nafas. "Kepedean lo beli dimana sih?"

Shaka mengedikkan bahunya. "Gak tau, udah dari lahir."

Leon menatap Hayden, Gezan, Shaka dan Davian. "Kalian semua harus kenalan sama teman Liam, eh, udah jadi teman gue sih."

"Zevan?" tebak Davian.

Leon menaikkan sebelah alisnya. "Kok lo bisa tau?"

"Tadi Liam yang ngomong."

"Zevan siapa?" tanya Shaka ingin tahu.

Seraphic Home | XODIACTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang