Di kamar yang bernuansa biru laut, Aluna berkali-kali memperhatikan pesan yang dikirimkan Shaka sejak dua jam yang lalu. Sedari tadi Aluna mondar mandir seperti orang yang kebingungan.
Shaka
Gue mau healing, kalian gak usah khawatir, gue baik-baik aja dan gak bakal macem-macem. Jangan cari gue, gue pasti balik.Pesan yang dikirimkan Shaka di grup mereka itu membuat Aluna tidak tenang. Sebisa mungkin Aluna menahan untuk tidak menunjukkan bahwa ia khawatir. Aluna tidak ingin merepotkan abang-abangnya.
Dirga juga tidak pulang hari ini, entah apa kesibukan papanya itu sampai dua hari ini tidak tidur di rumah.
Aluna membuka chat room dengan Shaka, kemudian mengetikkan sesuatu yang ingin ia sampaikan. Sejujurnya ia merasa bersalah dengan kejadian tadi sore. Aluna takut Shaka merasa Aluna lebih membela Zevan dibanding abangnya itu.
Bang Shaka
Bang Shaka, Aluna minta maaf kalau perbuatan Aluna bikin abang sedih. Maaf karena Aluna gak dengerin perintah abang. Bang Shaka kalau udah baik-baik aja, langsung pulang ya. Jangan lama-lama perginya. Kita semua nungguin Bang Shaka balik.
Aluna gak tau Bang Shaka sekarang dimana, tolong jaga diri ya, Bang.
Makan yang teratur dan istirahat yang cukup. Good night, Bang Shaka🤍Setelah mengetik pesan itu, Aluna langsung mengirimnya. Berharap Shaka segera membalas pesan itu, setidaknya membaca saja agar Aluna merasa sedikit tenang.
"Bang Shaka tidur dimana ya?" monolog Aluna terdengar khawatir.
Aluna berharap dimana pun Shaka berada, dia tetap baik-baik saja.
Aluna kemudian beranjak dari kasur menuju lemari pakaian. Tangannya meraih jaket milik Zevan. Ia akan mengembalikan jaket itu sekarang. Aluna melangkah ke meja rias dan mengambil parfumnya. Ia kembali menyemprotkan parfum itu pada jaket Zevan.
Sebelum ke kamar Leon, Aluna menghubungi Zevan terlebih dahulu. Memastikan Zevan belum tertidur. Tidak perlu menunggu lama, panggilan langsung terhubung.
"Bang Zevan dimana?"
"Di kamar Leon, Luna."
"Aluna mau ngembaliin jaket Bang Zevan."
"Bang Zevan tunggu di luar."
"Iya, Bang."
Aluna mematikan panggilannya, lalu keluar dari kamarnya dan pergi menuju kamar Leon.
Saat Aluna menutup pintu kamarnya, ternyata Zevan sudah berdiri di luar kamar Leon memperhatikan ke arah Aluna. Dengan langkah cepat Aluna menyusul Zevan disana.
Aluna kemudian memberikan jaket Zevan yang langsung diterima oleh Zevan.
Aluna menatap Zevan dengan senyum tipis. "Makasih udah pinjemin Aluna jaket waktu itu, Bang."
Zevan mengangguk. "Makasih kembali, Aluna."
"Sama-sama, Bang," balas Aluna. "Bang Zevan belum tidur?"
"Belum," jawab Zevan.
Aluna mengangguk. Luka di wajah Zevan mengunci perhatian Aluna. "Lukanya gimana, Bang?"
"Udah mendingan, makasih ya udah diobatin," ucap Zevan tulus.
"Syukurlah." Aluna bernafas lega, berharap lebam itu segera sembuh. "Kalau gitu Aluna balik ke kamar ya."
"Iya, Aluna," balas Zevan.
"Habis ini Bang Zevan langsung istirahat ya, jangan begadang," ucap Aluna yang membuat Zevan terdiam menatapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seraphic Home | XODIAC
Teen FictionTentang delapan anak laki-laki yang mempunyai luka dan trauma karena keluarga. Berusaha menerima takdir yang sama sekali tidak mereka inginkan. Di sebuah panti asuhan, mereka dipertemukan untuk saling menguatkan, bersama-sama menyembuhkan luka dan m...