12. Penyesalan dan Air Mata

55 13 2
                                    

Ada yang berbeda saat Liam bangun tidur dari hari-hari biasanya. Tatapan matanya terlihat kosong. Tidak ada energi untuk memulai hari ini kecuali ia kembali bertegur sapa dengan Aluna. Entahlah, Aluna sangat berpengaruh bagi hidup Liam.

Liam sengaja bangun lebih awal, semalam ia hanya tidur selama dua jam saja. Hari ini Liam ingin mengantarkan Aluna ke sekolah. Tapi, Liam tidak tahu apakah Aluna mau atau tidak diantar Liam dalam keadaan mereka sedang tidak baik-baik saja. Liam berharap Aluna tidak menolak permintaannya. Sebelum itu, Liam ingin mendapatkan maaf dari Aluna terlebih dahulu.

Sore nanti Liam akan meninggalkan rumah yang sudah ia tempati beberapa tahun ini. Rasanya Liam tidak rela harus meninggalkan tempat ternyamannya selama ini. Tempat yang menjadi saksi perjalanannya hingga sekarang. Perjalanan hidup yang penuh suka dan duka dengan orang-orang hebat di dalamnya. Bertemu mereka mampu mengubah pandangannya bahwa akan ada hal indah setelah air mata. Liam membuktikan bahwa orang asing bisa lebih dekat dari pada keluarga.

Liam memperhatikan sekeliling kamar yang sudah menemaninya sejak lama. Tak ada senyum yang terbit di bibirnya. "Nanti malam udah gak tidur di kamar ini."

Pandangan Liam beralih pada bunga di atas meja belajarnya. Terbayang saat Aluna memberikan bunga itu dengan senyum yang merekah menyambut kelulusan Liam kala itu.

Maafin gue, Lun. Gue gak bisa janji buat gak ninggalin lo, tapi, gue bakal berusaha selalu ada kapan pun lo butuh, batin Liam.

Liam akan memberi tahu Aluna setelah adiknya pulang sekolah. Kini Liam bingung, bagaimana cara ia memberitahu Aluna nantinya. Liam tidak siap, tapi, ia harus siap dengan respon Aluna.

Setelah mandi nanti, Liam akan memasak nasi goreng untuk sarapan mereka pagi ini. Liam tidak tahu kapan ia bisa seperti ini lagi. Liam tidak sabar menunggu waktu dua tahun yang akan datang. Jika bersama Aluna, ia ingin waktu terhenti. Namun, jika tanpa Aluna, ia ingin waktu cepat berlalu.

Tidak ingin membuang-buang waktu, Liam segera beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Di sisi lain, Aluna diam-diam sudah berangkat sekolah sejak 30 menit yang lalu. Di luar masih gelap, Aluna sengaja berangkat ke sekolah pukul 4 subuh. Tujuannya ingin menghindari semua anggota keluarganya. Aluna bersyukur belum ada anggota keluarganya yang bangun. Aluna tidak ingin memperlihatkan betapa menyedihkan dirinya dengan mata yang bengkak akibat menangis seharian kemarin.

Untuk pertama kalinya Aluna membawa mobil ke sekolah. Aluna membawa mobil tanpa sepengetahuan keluarganya. Nanti ia akan mengabarkan papanya. Mereka semua pasti khawatir jika Aluna tiba-tiba hilang, apalagi abangnya yang tahu Aluna dalam suasana hati yang buruk.

Katakanlah Aluna nekat hari ini, membawa mobil tanpa izin dan tujuannya tidak ke sekolah melainkan ke rumah teman Airen. Aluna ingin ke sekolah Airen dan meminjam seragam gadis itu. Sebenarnya Aluna ingin ke rumah Airen, namun Airen meminta Aluna untuk menunggu di rumah temannya. Entahlah, Aluna tidak tahu apa alasan gadis itu.

Setelah menempuh perjalanan lebih kurang 40 menit, akhirnya Aluna sudah sampai di depan rumah teman Airen sesuai alamat yang diberi tahu Airen semalam. Ia tidak ingin turun, takut mengganggu pemilik rumah. Aluna juga belum mengenal teman Airen itu.

Aluna mengeluarkan ponselnya, kemudian mengabari Airen kalau ia sudah sampai. Aluna juga mengirim pesan pada papanya bahwa ia sudah berangkat dan menggunakan mobil ke sekolah. Aluna merasa berdosa sudah membohongi papanya. Aluna benar-benar tidak semangat untuk ke sekolahnya karena otaknya yang tidak fokus menerima pelajaran hari ini. Setidaknya, bertemu Airen mampu mengalihkan masalahnya untuk sementara.

"Gue gak tau sekosong apa hidup gue tanpa mereka," ucap Aluna lirih.

Semalam Aluna menyusul Liam untuk meminta maaf, namun, ia malah mendengar kabar yang membuat hatinya sangat sesak. Aluna tidak menyangka Liam mengambil keputusan untuk meninggalkan Aluna. Terlepas dari apa pun alasan Liam, kata meninggalkan adalah kata yang paling sakit untuk di dengar. Aluna tidak bisa membayangkan sehampa apa hidupnya tanpa kedelapan abangnya. Aluna kembali kecewa, kali ini benar-benar kecewa atas fakta yang semalam ia dengar.

Seraphic Home | XODIACTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang