10. Kekacauan

62 12 1
                                    

‼️ Mengandung kata-kata kasar ‼️

Di teras, Aluna duduk di temani secangkir teh hangat dan juga cemilan keripik singkong kesukaannya. Matanya menoleh ke arah kiri dan kanan, namun tidak ada tanda-tanda abangnya akan keluar kamar. Sepertinya mereka masih tidur pulas. Seperti kebanyakan cowok, minggu adalah hari yang dimanfaatkan untuk tidur hingga siang.

Aluna sangat menyukai udara disini yang sangat segar dan benar-benar jauh dari polusi. Pemandangan resort yang dikelilingi kebun teh mampu memanjakan mata, menciptakan kesan yang baik untuk liburannya di tempat ini. Sepertinya, suatu saat Aluna akan kembali ke tempat ini. Sejujurnya Aluna belum puas, namun ia harus pulang ke rumah hari ini.

Tidak terasa waktu berlalu begitu cepat. Satu hari namun memberikan kenangan yang indah bagi mereka. Mereka bisa saja memperpanjang waktu liburnya, namun besok Aluna harus kembali ke sekolah.

Suara pintu terbuka mengalihkan perhatian Aluna. Di kamar nomor 4 Davian keluar dengan setelan olahraga. Sepertinya Davian sudah berniat untuk berolahraga disini.

"Good morning, Bang Davi!" sapa Aluna dari tempatnya.

Davian tersenyum, lalu menyusul Aluna. "Morning too, Aluna. Ngeteh gak ngajak-ngajak."

"Abang mau olahraga juga gak ngajak-ngajak," balas Aluna tidak mau kalah.

"Kata siapa? Ayo siap-siap," ajak Davian.

Sekarang masih pukul 6 pagi, rencananya Davian hanya berolahraga selama satu jam saja. Melihat Aluna sudah bangun, lebih baik ia mengajak Aluna olahraga bersama.

"Lima menit, Bang!" Aluna langsung berdiri dengan semangat lalu bergegas masuk ke kamar.

Davian tersenyum tipis, ia memilih duduk menunggu Aluna di teras. "Aluna, teh nya buat abang ya."

"Mau Aluna bikinin yang baru, Bang?" tanya Aluna dari dalam.

"Gak usah, ini aja."

Davian meneguk teh yang masih hangat itu. Suasana pagi ini memang cocok ditemani oleh secangkir teh.

Aluna melapisi kaosnya dengan hoodie, untung saja kemarin ia membawa sepatu dan juga sendal. Aluna kemudian mengikat rambutnya, menyemprotkan sedikit parfum ke hoodienya karena saat bangun ia hanya mencuci muka dan menggosok gigi saja. Setelah selesai, Aluna lalu keluar kamar dan mengunci kamarnya.

"Ayo, Bang," ajak Aluna.

Davian mengangguk, mereka pun melangkah meninggalkan resort. Mereka hanya berjalan-jalan santai saja.

Aluna merentangkan tangannya, memutar tubuhnya menikmati angin segar yang menenangkan pikiran.

Davian tersenyum seraya menggeleng-gelengkan kepalanya. Aluna sangat menggemaskan dengan sikapnya yang apa adanya itu.

"Gimana tidurnya semalam?" tanya Davian.

"Nyenyak, abang gimana?"

"Sama, bahkan Willco abang tinggal tidur."

Mendengar nama Willco membuat senyum Aluna memudar. Teringat dengan seseorang yang semalam menemui Aluna sebelum tidur.

Aluna menoleh pada Davian. "Abang tau gak hari ini hari apa?"

"Minggu?"

Aluna mengangguk, lalu fokus ke jalanan. Suasana menjadi hening beberapa saat. Davian memperhatikan wajah Aluna yang terlihat murung. Harusnya Davian tidak membahas Willco, ia benar-benar lupa.

Davian merangkul Aluna. "Abang tau apa yang kamu pikirin."

Aluna menghela nafas. "Aluna ngerasa ini gak adil buat Bang Willco. Bukan menyalahkan takdir di masalalu, tapi Aluna berharap Bang Willco bisa bangkit dan gak lagi membenci hari lahirnya. Aluna pengen punya momen di hari ulang tahun Bang Willco."

Seraphic Home | XODIACTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang