3. Rasa Khawatir

76 15 7
                                    

Malam ini di ruang keluarga, Willco, Gezan, dan Shaka sedang menonton film horor. Mereka bertiga belum bisa tidur sampai saat ini. Gezan menantang mereka untuk menonton film horor bersama di jam dua dini hari dengan syarat semua lampu di lantai satu harus dimatikan agar suasananya semakin terasa menyeramkan. Shaka yang tidak ingin harga dirinya jatuh menerima ajakan Gezan meskipun harus melawan rasa takutnya. Sementara Willco itu tidak penakut, tetapi ia suka terkejut ketika ada jumpscare.

Shaka membawa guling dan selimut untuk persiapan nontonnya. Jika ada adegan yang mulai menegangkan nanti, ia akan segera menutup wajahnya dengan guling.

Shaka memilih tempat duduk di sebelah Gezan. Sedangkan Willco ia biarkan sendiri. Tidak ada lampu yang menyala. Hanya ada keheningan dan kegelapan di dalam rumah itu.

"Takut?" tanya Gezan menahan tawanya.

Shaka berdecak, "gue? takut sama setan? Ngaco lo! Yang ada setan tuh yang minder sama ketampanan gue!"

Gezan tertawa melihat wajah takut Shaka yang ditutup-tutupi.

"Film apa?" tanya Willco.

"Yang bisa bikin Shaka ngompol di celana," usul Gezan membuat Shaka melotot.

"Gak bakal! gue udah pipis," ucap Shaka remeh. Ia jamin hal itu tidak akan terjadi.

"Oke." Gezan membuang guling dan selimut Shaka membuat Shaka menghela nafas panjang. Benar-benar menyebalkan!

Gezan lalu memutar filmnya, mereka fokus memperhatikan layar lebar di depannya. Diam-diam Shaka memicing sebelah matanya bergantian saat suasana mulai menegangkan.

Pukul dua dini hari, Aluna terbangun dari tidurnya dan sampai saat ini ia tidak bisa kembali terlelap. Tadinya Aluna tertidur lebih awal dari biasanya. Aluna merasa perutnya terasa lapar, tetapi ia takut untuk turun ke bawah. Mata Aluna melebar tiba-tiba, ia teringat sebelum tidur meminta Liam membelikan martabak untuknya. Pasti martabak itu sekarang berada di kulkas, pikir Aluna. Persetan dengan rasa takut, Aluna dengan cepat menyibak selimutnya lalu melangkah keluar kamar.

Dengan langkah cepat Aluna segera turun menuju dapur. Namun, dari anak tangga paling atas ia melihat keadaan di lantai satu rumahnya sangat gelap. Tidak biasanya lampu rumahnya dimatikan di malam hari. Aluna mengumpulkan keberaniannya dan kembali ke kamar untuk mengambil ponselnya, lalu menghidupkan flash di ponselnya dan tanpa berpikir panjang ia segera turun ke bawah.

Aluna mendengar ada suara yang ia yakini adalah suara dari film yang sedang ditayangkan. Sepertinya ada abangnya yang belum tidur. Aluna mempercepat langkahnya untuk memastikan siapa yang masih terjaga di tengah malam ini.

"AAAAAAAAAAAAAA ...."

"AAAAAAAAAAAAAA ...."

Saat di pertengahan anak tangga, Aluna refleks berteriak kencang dan menutup wajahnya dengan ponsel. Bagaimana tidak, saat matanya mengarah ke layar televisi tiba-tiba ia dihadapkan dengan jumpscare yang mengerikan. Di tengah kegelapan, flash ponsel itu mengenai wajah Aluna membuat Shaka juga refleks berteriak kencang. Shaka terkejut dengan jumpscare, teriakan Aluna dan sosok Aluna yang berdiri dengan flash ponsel yang mengenai wajahnya. Gezan dan Willco juga terkejut melihat Aluna yang seperti hantu dengan rambut panjang yang sedikit berantakan.

"Aluna," panggil Gezan dengan suara sedikit keras.

Aluna membuka tangan yang menutupi wajahnya, wajahnya terlihat berkeringat dingin. Terdengar helaan nafas panjang dari bibirnya. Ia mengusap wajahnya kasar dan menatap ketiga cowok itu datar.

Shaka yang semula berdiri langsung menjatuhkan tubuhnya di sofa. Sedangkan Willco langsung menghidupkan lampu di seluruh ruangan.

Teriakan yang menggema ke seisi rumah itu membuat kelima abangnya yang sudah tidur itu berkumpul. Mereka pikir ada maling atau orang jahat yang masuk ke rumahnya. Bian keluar tergesa-gesa dari kamarnya dengan membawa tongkat baseball di tangannya.

Seraphic Home | XODIACTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang