Disinilah aku, berbaring di atas kasur dengan layar ponsel menyala yang menunjukkan aplikasi instagram dengan username edgarsyd. Untuk ukuran manusia sebobrok Edgar, username instagramnya memang cukup estetik dan ... normal.
Hanya ada lima postingan yang menggambarkan dengan jelas bagaimana kepribadian Edgar kecuali satu postingan terakhir miliknya.
Bukankah itu gitar putih milikku yang tertinggal di ruang musik bulan lalu?
Oh iya, perihal tadi siang, Edgar setuju. Dia akan menagih jawabanku satu bulan lagi. aku berdoa supaya Edgar lupa, tapi melihat wajah seriusnya, aku jadi meragukan doaku sendiri.
"Nge-stalk siapa lo!" Suara itu mengagetkanku begitu saja, menoleh, ada si setan Haris di sana.
Kalau ada manusia aneh di dunia ini selain Edgar, Haris adalah jawabannya. Aku sampai heran, kenapa Haris ini tidak jadi adiknya si Edgar saja. Kenapa harus jadi adikku?
"Loh, Bang Edgar?" Aku meletot seketika mematikan layar ponselku. Namun sekilas aku sempat melihat tanda hati di salah satu postingan Edgar berubah menjadi warna merah. Waduh gawat, masa iya setelah menggantung perasaannya begitu saja aku langsung ketahuan nge-stalk.
"Bener itu Bang Edgar! Anjir, lo demen sama dia?" Suara Haris entah kenapa terdengar menyebalkan di telingaku.
"Diem lo."
"Udah move on emang lo?" Aku memutar bola mata malas, pertanyaan yang tidak perlu kujawab. "Oh iya, apanya yang mau di move on, orang status aja gak ada."
Haris tertawa kencang sementara aku langsung menendang kakinya.
"Tai! Keluar gak lo dari kamar gue!"
"Tapi serius, ngeri banget lo demen sama Bag Edi, yakin lo?" Sumpah, kalau ada orang yang mau aku buang ke laut merah sekarang, Haris adalah orangnya. "Dia otaknya tinggal setengah loh. Tapi cocok sih sama lo, sama-sama setengah. Jadi satu kesatuan dah tuh."
"Lo kalau gak diem, gitar itu melayang ke pala lo ya, Ris," ujarku sambil menunjuk gitar putih kesanganku.
Baiklah, aku tahu Haris adalah junior basket Edgar, namun tidak serta merta ia dapat menyamakanku dengan Edgar, kan? Maksudnya, aku tidak se-absurd Edgar juga. Tunggu, bukannya aku bisa bertanya sedikit tentang alesan perilaku aneh Edgar tadi siang pada Haris. Tapi ... aku tidak siap dihujat mulut lemes Haris tujuh hari tujuh malam jika sampai Haris mengetahui Edgar menembakku.
"Eh, Kak gue punya tebak-tebakan nih, hewan-hewan apa yang deket sama temen-temennya?" tanya Haris tiba-tiba.
Aku mengerutkan kening. "Lo kenapa sih anjir."
KAMU SEDANG MEMBACA
Stupid In Love
Teen FictionYuana tidak manyangka hari-harinya akan berubah sejak sosok Edgar si cowok absurd itu tiba-tiba menyatakan perasaan padanya. Malah dia nekat menunggu jawaban darinya selama satu bulan. Walau begitu, apakah satu bulan itu benar-benar waktu yang cukup...