***
"Pokoknya peje gue kantin gratis selama satu minggu ya."
Aku mendelik malas, kupingku panas karena mendengar seratu kali kalimat itu keluar dari mulut Elle sejak tadi. Ingin rasanya ku jejali sambal soto ini ke mulutnya. "Enak aja, dikira gue anak Raffi Ahmad kali."
"Lah, kan lo udah jadi Nyonya Rasyad tuh." Elle mecolek lenganku berniat menggoda. "Malah harusnya lo bisa minimal ngasih gue satu hektar tanah di Puncak sih."
Aku kerdecak pelan. "Dikira Edgar ngupil keluar berlian apa."
"Dia mah nafas aja udah jadi emas, Na." Elle menambahkan.
"Ngaco, kemarin gue jalan sama dia beli es teh aja gue yang bayar njir."
Elle malah tertawa kencang, bahkan hingga kedatangan tiba-tiba pacarnya yang duduk di sebelahku tak menyurutkan suara melengking tawa miliknya..
"Woy! Ada yang baru jadian nih." Itu Chandra yang tiba-tiba menepuk pundakku kencang. "Akhirnya kita bisa double date gak si."
Aku hampir muntah mendengar rencana konyol itu.
"Kok lo disini? Edgar mana?" tanyaku sambil melihat sekeliling namun tidak menemukan Edgar sama sekali. Padahal saat bel istirahat tadi Chandra dan Edgar buru-buru keluar bersama entah ada urusan apa.
"Lagi sibuk dia sama pelatih," jawab Chandra sambil menarik jus mangga Elle. "Kenapa? Udah kangen aja lo baru ditinggal tiga puluh menit."
Aku membuang wajah. "Dih, najis. Gue nyariin dia mau nagih ganti duit bensin motor tadi pagi kali," elakku tak terlalu mulus.
Chandra menaikkan sebelah alisnya menatapku seolah berkata 'Jalan Lampung aja lebih mulus daripada acting bohong lo'
"Btw makasih loh, Na." Chandra tiba-tiba bersuara lagi.
Aku mengernyitkan kening. "Makasih buat apa?"
Chandra tersenyum sumringah. "Berkat lo, satu unit Mercedes-Benz besok meluncur langsung ke depan garasi rumah gue," ucapnya seperti orang gila halu.
"Hah?"
"Dari Edgar, emang baik banget sohib gue beliin mobil baru." Aku semakin tak mengerti. "Lo awet-awet, Na, sama dia. Mana tahu anniv setahun nanti gue dapet pulau."
"Seriusan kamu, Yang?" Elle kali ini menyambut dengan tatapan antusias.
"Serius, Sayang. Edgar sendiri yang bilang semalem."
Aku menggelengkan kepala tak habis pikir. "Lo percaya aja sama asbun dia."
Edgar? Membeli mobil Mercedes-Benz? Dia beli bensin motor saja minta split bill.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stupid In Love
Подростковая литератураYuana tidak manyangka hari-harinya akan berubah sejak sosok Edgar si cowok absurd itu tiba-tiba menyatakan perasaan padanya. Malah dia nekat menunggu jawaban darinya selama satu bulan. Walau begitu, apakah satu bulan itu benar-benar waktu yang cukup...