Yuana Hutama
Chan kok edgar ga keliatan?Chandra Kusuma
Di ruang basketTadi sih katanya lagi ngurusin proposal lomba
Awalnya, chat itu hanya sebagai bentuk refleksku ketika tidak mendapati sosok Edgar di kelas hari ini. Namun ketika langkah kakiku berbelok menyusuri lorong hingga sampai di depan ruangan ekskul basket, aku seolah mempertanyakan diriku sendiri.
Sebenarnya ada apa dengan jalan pikiranku? Apa aku mulai tertular virus gila Edgar?
Lebih parahnya lagi, sekarang tanganku malah mengetuk pintu kaca itu kemudian mendorongnya perlahan. Kepalaku mengintip sedikit, menemukan sosok Edgar di ujung ruangan dengan laptop di depannya.
Edgar sedikit terkejut mendapatiku di sini. "Lo ngapain?" tanyanya seolah refleks.
Aku tersenyum ringan. "Gue boleh masuk?"
"Masuk aja," ucap Edgar. "Pintunya tutup lagi."
Aku melangkah masuk, ini pertama kalinya aku berkunjung ke ruangan basket dan aku sedikit terkagum dengan ruangannya yang ternyata cukup luas bahkan hampir menyamai luas studio musik sekolah. Padahal ruangan ini hanya berisi dua papan tulis, beberapa medali yang tergantung di dinding, dan dua etalase yang berisi penuh piala.
Memang biasanya ekskul-ekskul paling berjasa untuk sekolah pasti punya privilege tersendiri. Salah satunya ruangan basket ini.
"Lo sendiri?" tanyaku sambil melihat-lihat piala yang berjejer di sana.
"Hm, seperti yang lo lihat," jawab Edgar singkat.
Aku langsung menoleh begitu mendengar jawaban yang terkesan ketus itu. Dia beneran marah padaku? "Udah makan?" tanyaku lagi.
Edgar menggeleng seraya fokus pada laptopnya tanpa melirikku. "Belum."
"Oh yaudah kalau gitu gue beliin lo makanan bentar."
"Mau lo apa?" tanya Edgar membuat langkahku terhenti.
"Hm? Apa?"
Edgar menghela nafas pelan, menatapku lekat. "Lo dateng ke sini tiba-tiba gak mungkin cuma buat beliin gue makan. Kenapa, Na? Ada masalah apa?" tanyanya dengan suara rendah.
"Gak papa, gue cuma bertanya-tanya aja kenapa lo tadi gak masuk kelas."
"Bentar lagi turnamen, gue sibuk ngurus keperluan tim sekolah," jelasnya.
Aku tahu, tetapi kenapa dia mengurus emuanya sendiri? Memangnya tidak ada sekretaris, bendahara, atau struktur organisasi lain yang bertugas membantu ketua? Bagaimana jika dia keteteran dan jatuh sakit?
"Lo bisa serius juga ya ternyata."
Edgar tersenyum miring seolah mengejek perkataanku barusan. "Hm, tapi masih ada orang yang gak bisa bedain kapan gue serius dan kapan gue bercanda."
Aku berdecak melipat lengan kemudian maju beberapa langkah mendekat ke arah meja Edgar dengan dagu sedikit terangkat. "Lo nyindir gue?"
"Enggak, gue nyindir lampu di atas," ujarnya sambil mengarahkan telunjuk ke atas.
"Lo masih marah tentang masalah kemarin?"
Edgar menaikkan sebelah alisnya. "Marah? Kapan?"
"Ya ini, dari kemarin lo diemin gue. Lo menghindar dari gue. Gue notice semuanya."
"Lo salah paham, gue kemarin emang capek. Dan sekarang gue sibuk," sahut Edgar tenang.
"Bohong aja lo!" balasku tak percaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stupid In Love
Novela JuvenilYuana tidak manyangka hari-harinya akan berubah sejak sosok Edgar si cowok absurd itu tiba-tiba menyatakan perasaan padanya. Malah dia nekat menunggu jawaban darinya selama satu bulan. Walau begitu, apakah satu bulan itu benar-benar waktu yang cukup...