***
Malam ini, Elle kembali menginap di rumahku. Ia memang selalu mencari cara melarikan diri dari rumah, dari keluarga barunya. Aku heran, padahal menurutku Tante Marisa─mama baru Elle─itu cukup baik dan ramah, beliau malah sering datang ke rumahku mengantar kue buatannya. Tetapi entah kenapa Elle terlihat tidak begitu menyukainya.
"Heh! Lo apain si Edi tadi." Elle tiba-tiba menendang kakiku membuatku menoleh. "Kalian berantem?"
"Hah?"
Elle mendelik lalu mengangkat ponselnya. "Ini si Chandra ngadu ke gue katanya Edgar gak kayak biasa."
"Lah dari dulu emang dia udah gak biasa kali. Nyalahin gue," protesku tak terima.
"Ih, maksudnya pas main basket bege." Elle bangun seraya melemparkan bonekanya padaku, namun degan cepat aku menghindar membuatnya mendengus kesal. "Gue tadi pas merhatiin dia juga kayak aneh gitu. Beberapa kali dia lost focus sampai diteriakin Chandra. Masa lo gak ngeuh."
Tidak usah ditanya, aku yang selama pertandingan basket dengan tidak sengaja memperhatikan Edgar tentu saja menyadari semuanya. Aku mencoba merasa tidak bersalah dengan mengabaikan perkataannya yang menyatakan kalau dia cemburu padaku dan Arsen. Tidak mungkin hanya gara-gara aku permainannya jadi seburuk itu, kan?
"Ya mana gue tahu. Tanya aja orangnya," sahutku seadanya.
"Udah, katanya Chandra gara-gara lo."
"Kok gue?" Maksudnya, beneran gara-gara aku? Masa sih?
Elle berdecak pelan. "Yaelah gak usah sok bego deh lo. Gue tadi denger semuanya ya. Lo apain si Edgar sampai bisa cemburu gitu."
"Itu cuma salah paham aja." Aku lagi-lagi mencoba meluruskan kesalahpahaman itu.
Ini semua gara-gara Arsen. Kenapa sih dia harus menjadi lawan tanding sekolahku? Lagian kenapa dia bisa ada di Jakarta? Lalu bagaimana dengan sekolahnya di Bandung? Bagaimana dengan Alin?
"Makanya, Na, kata gue lo gak usah sok-sok gantungin perasaan orang kalau aslinya lo juga suka sama dia."
Aku menaikkan sebelah alisku. "Maksud. Siapa yang suka sama siapa?"
"Elo lah anjing! Tinggal nerima aja banyakan mikir tau gak."
"Lo gak tau perasaan gue gimana ya."
"Ada juga lo yang gak tahu perasaan lo sebenernya gimana," ucap Elle terlihat lelah. "Na, kalian sekelas udah hampir dua tahun loh. Lo kenal Edgar, dia kenal lo. Kurang apalagi?"
"Gue akrab sama Edgar aja baru seminggu yang lalu, njir. Gila ya lo."
"Yaelah, orang ketemu satu hari aja bisa langsung dilamar, apalagi ini lo yang setiap hari ketemu selama dua tahun." Elle malah melontarkan pernyataan tak masuk akal yang membuatku bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stupid In Love
Fiksi RemajaYuana tidak manyangka hari-harinya akan berubah sejak sosok Edgar si cowok absurd itu tiba-tiba menyatakan perasaan padanya. Malah dia nekat menunggu jawaban darinya selama satu bulan. Walau begitu, apakah satu bulan itu benar-benar waktu yang cukup...