***
Hari ini aku benar-benar terkejut, Edgar benar-benar serius dengan perkataannya waktu itu.
Iya, dia benar-benar membawa mobil untuk menjemputku.
Dan kalau dilihat-lihat, tipe mobil yang Edgar bawa ini benar-benar seperti mobil-mobil konglomerat Jakarta yang sering lewat di sekitaran mall Pasific Place. Aku sampai mengerjap beberapa kali tidak percaya bahwa Edgar yang mengendarai mobil itu.
Ini dia habis maling di dealer mana?
Aku mengikuti saja daat dia membawa kami menuju GOR tempat turnamen basket berlangsung hari ini. Karena memang jadwal tim kami kebetulan bermain di malam hari dan sekolah sudah pasti di tutup.
"Lo duluan masuk aja, sekalian beli makanan sama minum. Gue ada urusan dulu sebentar."
Aku meng-iyakan saja saat dia berkata seperti itu dan meninggalkanku sendiri. Jadi, aku hanya berjalan-jalan melihat stand-stand jajanan yang ada di sana sambil memilih apa yang kira-kira Edgar sukai dan aman untuk dimakan orang yang sedang dalam masa pemulihan dari demam.
Aku memantapkan diri untuk membeli sebuah roti berbentuk ikan hingga mataku tiba-tiba menangkap sosok yang familiar di sana.
"Alin?" gumamku pelan. Kesialan apa lagi yang menimpaku hingga bisa bertemu sosok Alin di sini.
Tidak sampai disitu, namun sepertinya Alin juga melihat ke arahku. Sungguh, aku ingin kabur sekarang begitu melihatnya berjalan menghampiriku dengan tatapan yang tidak santai.
"Nana?" sapanya terkesan jutek. "Lo di sini?"
Aku tidak menjawab memilih melirik sekitar berharap siapapun menolongku dari nenek sihir ini.
"Oh, sekarang gue ngerti kenapa Arsen gak mau bolak-balik Jakarta-Bandung dan milih buat beli apartemen buat menetap di sini." Alin bersidekap menatapku remeh. "Ternyata ada lo ya."
Aku menggaruk tengkukku mencoba bersabar. "Haha, eh, lo apa kabar, Lin?" tanyaku basa-basi.
"Gak usah sok baik sama gue." Alis mendengus kesak. "Lo mau ngerebut Arsen lagi dari gue?" Tuduhnya tiba-tiba.
"Hah?" Aku melotot. Ini dia tidak salah bicara, kan?
"Ngapain lo disini? Lo mau caper lagi sama Arsen? Biar Arsen iba terus kasihan sama lo?"
Aku makin yakin kalau Alin ini beneran mabok.
"Lah? Ngapa sih dateng-dateng marah-marah aja lo." Aku mendelik ikut sedikit terbawa emosi.
"Lo yang bikin gue marah!" Alin meninggikan suara. "Dari dulu Sampai sekarang lo emang gak pernah ngerti kalau Arsen sama lo itu beda, kalian gak cocok."
KAMU SEDANG MEMBACA
Stupid In Love
Teen FictionYuana tidak manyangka hari-harinya akan berubah sejak sosok Edgar si cowok absurd itu tiba-tiba menyatakan perasaan padanya. Malah dia nekat menunggu jawaban darinya selama satu bulan. Walau begitu, apakah satu bulan itu benar-benar waktu yang cukup...