Aku membaringkan tubuku tepat di samping Elle yang sejak tadi sudah menginvasi tempat tidurku. Ia tiba-tiba bangkit kemudian duduk bersila. "Lo beneran dianter si Edgar?" tanyanya serius. "Edgar Rasyad temen seklas kita itu? Si Edi? Beneran?"
Aku menghela nafas, memalingkan wajah. "Gak tau ah! Elo sih pulang duluan!" Aku memang tidak menyalahkan Elle, ia mempunyai Chandra sebagai sosok pacar yang jelas harus dimanfaatkan sebaik mungkin. Menjadi tukang ojek gratis contohnya.
"Ya lagian lo gak ngomong dari awal sih mau pulang bareng," balas Elle ikut tiduran di sampingku. "Eh, tapi kok random banget sih bisa sama Edgar. Lo kesambet apa gimana."
"Ya adanya dia," sungutku malas. "Masa iya gue minta tolong Mang Dadang nganterin."
Aku menerawang lagi. Tak terjadi percakapan apapun selain kata 'terimakasih' dari mulutku. Namun tepat setelah aku selesai mandi tadi, ponselku berbunyi menandakan notifikasi instagram bahwa Edgar telah mem-follow akunku, tak lama setelahnya bahkan semua fotoku juga disukai oleh Edgar.
Aku tidak tahu harus senang atau apa. Tapi satu hal yang pasti, AKU MALU BANGET! ALIAS BISA GAK SIH LO MUSNAH AJA EDGAR RASYAD!
"Eh, ngomong-ngomong lusa temenin gue nonton basket ya." Elle tiba-tiba bersuara.
Aku berbalik. "Basket?"
Elle mengangguk. "Hm, kayak biasa. Katanya Chandra mereka mau tanding sama tim dari luar daerah."
Aku memang selalu menemani Elle dalam setiap kegiatannya menonton basket. Dulu, aku merasa hal itu adalah hal yang menyenangkan karena bisa melihat banyak cowok-cowok tampan seusiaku yangmana itu memenuhi 50 persen kebutuhan hormonalku. Tetapi untuk sekarang?
Aku tidak akan terbiasa jika dalam basket itu harus ada Edgar yang berkeliaran di sana. Aku tidak punya muka untuk menghadapi Edgar. Apalagi aku sudah berniat untuk menolaknya nanti, jangan sampai karena interaksiku dengannya, perasaanku jadi berubah.
Tapi masalahnya, kenapa belakangan ini pesona Edgar itu sulit sekali ditolak ya.
"Gue kayaknya gak bisa deh," ucapku pada Elle dengan raut wajah sok menyesal.
"Gak bisa kenapa dah? Biasanya lo gas aja deh."
"Ada urusan gue."
"Urusan apaan?"
"Kepo deh lo."
"Dih, rugi lo gak nonton basket. Banyak cowok cakep yang bisa dilirik tau. Siapa tau mereka ngelirik lo juga."
Kalau aku bilang sudah ada anak basket yang melirik ku dosa gak sih?
"Gak butuh gue. Sorry, ya," ucapku tanpa sadar. Sedetik kemudian aku mendekatkan tubuhku pada Elle. "Btw, Le, gue mau nanya."
Elle mengernyitkan kening meletakkan ponselnya yang sedari tadi ia genggam. "Apaan deh, tumben lo nanya pake izin dulu."
"Anak basket emang demennya main TOD gitu ya?" tanyaku pura-pura penasara.
"TOD mematikan itu?" sepertinya Elle sudah sangat familiar. "Lah itu mah biasa mereka. Chandra aja pernah kena dare suruh joget sambalado di depan Pak Bambang kan."
Aku mengingat peristiwa itu, kejadiannya di kelas saat Chandra tiba-tiba menyetel lagu Sambalado dengan speaker yang ia bawa sendiri dari rumah kemudian joget di depan kelas tepat saat Pak Bambang masuk untuk mengajar. Semua orang tertawa, dan kejadian itu sukses menjadi trending topic di sekolah selama satu minggu. Hal itu juga yang mendorong Chandra mendapatkan SP pertamanya dari BK.
"Aneh banget, itu kan merugikan orang lain gak sih," ucapku tanpa sadar tidak terima dengan permainan gila itu. Karena aku salah satu korbannya!
"Iya juga sih, tapi kayaknya satu sekolah udah paham sama kelakuan mereka."
KAMU SEDANG MEMBACA
Stupid In Love
Teen FictionYuana tidak manyangka hari-harinya akan berubah sejak sosok Edgar si cowok absurd itu tiba-tiba menyatakan perasaan padanya. Malah dia nekat menunggu jawaban darinya selama satu bulan. Walau begitu, apakah satu bulan itu benar-benar waktu yang cukup...