Bab 2

3.2K 191 14
                                    

Giulia Armstrong (Becky's Mom)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Giulia Armstrong (Becky's Mom)













Freen

Aku menjatuhkan enam botol bir ke konter di antara kotak-kotak kue vegan dan bola protein paleo. Aku hanya ingin minuman dingin untuk mengalihkan pikiranku dari berbagai hal.

Seorang pria muda dengan bintik-bintik kecoklatan diwajahnya melirik ke arah lenganku yang bertato serta celana jins robek yang aku kenakan dengan wajah tidak suka. "Ada lagi?"

Aku melambaikan tangan padanya.

Aku melirik barang-barang yang tersusun rapi di sekitaran kasir. Aku memasukkan bir dan permen karet ke dalam kantong kertas yang dia berikan padaku. "Totalnya dua puluh empat dolar tiga puluh sen"

Dua puluh empat dolar hanya untuk permen karet dan bir? Ya Tuhan, aku benci tinggal di kota ini. Aku memberinya seringai palsu saat aku menyerahkan uang padanya. "Sepertinya ini bukan hari keberuntunganku."

Saat aku berbalik, aku bertemu MILF dengan kulit pucat gelap berambut pirang, eyeliner bersayap, dan banyak perhiasan emas yang dia gunakan. Aku tersenyum padanya. "Atau mungkin memang begitu." 

Mata si pirang melebar, dia membenarkan payudara palsunya, memberiku senyuman genit. Seorang laki-laki yang mengenakan kemeja berwarna pastel, sepatu pantofel, dan sweter yang diikatkan di bahunya melangkah maju seolah hendak melawanku. Kupikir dia adalah kekasihnya. Aku hampir tertawa terbahak-bahak karena keberaniannya, aku bahkan bisa menumbangkan pria kurus ini hanya dengan satu pukulan.

Aku mengangkat tangan untuk berpura-pura menyerah. "Tolong jangan pukul aku Tuan, aku punya anak dan istri" aku tersenyum sambil mengedipkan sebelah mata pada si pirang yang mengigit bibirnya dengan menggoda dibelakang punggung kekasih kurusnya. 

"Berhenti merayu pacarku atau aku akan melaporkanmu ke polisi" bentaknya

Aku merayu pacarnya? Yang benar saja. Orang-orang yang hidup dikota ini terlalu menanggapi sesuatu dengan serius, sama sekali tidak bisa diajak bercanda. Aku menurunkan kacamata hitamku hingga menutupi mataku, mengangkat ibu jari dan telunjukku seperti ponsel, dan mendekatkannya ke telingaku saat aku memandang si pirang untuk terakhir kalinya. "Hubungi aku jika kau menyukai penis yang besar sayang. Sepertinya punya kekasihmu tidak sebesar punyaku. Hahaha" 

Pria kurus itu berteriak ke arahku. "Kau memakai cincin kawin brengsek, ingat istrimu"

Aku menatap tanganku dengan sangat terkejut. Melihat logam melingkar di jari manisku. Aku selalu lupa kalau aku memakainya. Cincin yang Giulia pilih dengan ukiran yang sangat rumit. Sama seperti rumah tangga kami.

"Terima kasih sudah mengingatkan" gumamku sambil berjalan melewati pintu untuk keluar dari toko. Chevrolet Camaro ZL1 hitam milikku, aku parkir sembarangan di antara minivan milik pengunjung lainya. Sebelum aku masuk kedalam mobilku aku mengamati suasana sekitar. Semakin lama aku tinggal disini aku merasa seperti manusia yang baru saja keluar dari gua. Menyebalkan !!

MALEVOLENCE (adaptasi) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang