Bab 4

2.2K 173 8
                                    

Becky





"Freen" bisikku sambil mengerang, dengan kepala bersandar ke bantal.

Keringat membasahi tubuhku. Punggungku melengkung dari tempat tidur. Kakiku terbuka lebar saat sensasi panas mengalir dari klitoris ke putingku dan kemudian ke seluruh tubuhku. Kakiku mulai gemetar. Aku bernapas semakin keras, jari-jariku membuat gerakan lebih lagi.

Aku ingat rasanya saat tangan itu ada di tubuhku, di atas tempat tidur bersamaku. Berat badannya yang menindihku serta nada suaranya yang dalam mengeram indah di telingaku. Cara dia yang sangat lambat menyeret lidahnya ke putingku, dorongan pinggulnya yang keras semakin membuatku bernafsu. Hanya saja dalam bayanganku saat ini kami telanjang, dan penis yang hanya aku rasakan melalui pakaiannya terjepit jauh di dalam diriku, dia kesulitan mendorong karena penisnya sangat tebal sedangkan aku sangat ketat dan—

Aku menyeringai saat klimaks mengguncang seluruh tubuhku, disertai rasa sakit yang tiba-tiba mencuat menyadarkanku kembali pada kenyataan.

Kenyataan bahwa Freen saat ini sedang berada di ujung lorong dan di tempat tidur bersama ibuku.

Persetan.

Apa yang baru saja aku lakukan?

Aku menutup kedua kakiku dan mengangkat kepalaku, tiba-tiba aku merasa bersalah karena telah menjadikan bajingan itu sebagai objek seskualku. Aku sungguh malu pada diriku sendiri, menyadari kenyataan bahwa tubuhku telah mengkhianati diriku sendiri.

Aku terjatuh kembali sambil mengerang. Cahaya pagi mengintip dari balik tirai, sudah waktunya aku harus bangun dan berangkat ke sekolah. Terima kasih bintang-bintang malam yang menemani malam panjangku, skorsingku sudah berakhir, akhirnya aku bisa keluar dari rumah ini. Vaginaku masih terasa basah,  jari tengah tangan kananku mulai terasa kebas karena sudah satu jam aku melakukan masturbasi yang membuatku datang enam kali. Menggosok klitorisku saja tidak cukup. Aku ingin lebih, tapi aku tidak tahu bagaimana caranya memberikan kepuasan pada diriku sendiri. Aku membutuhkan jari-jari Freen yang tebal dengan tubuh yang menempel di atas tubuhku, disertai senyuman licik di wajahnya saat dia berhasil membuatku menggeliat tak berdaya di bawah tubuhnya.

Dari ujung lorong aku mendengar suara Ibu, teredam melalui pintu yang tertutup. Mereka berdua ada di kamar tidur utama. Ibu dan Freen. Bagaimana jika mereka bercinta saat aku di sini berharap dia menyeret jari-jarinya kedalam vaginaku yang licin dan memasukkan mulutnya ke dalam putingku?

Pikiran yang lebih buruk muncul di benakku, aku duduk dengan keringat yang membasahi keningku. Bagaimana kalau Freen menceritakan pada Ibu apa yang kita lakukan bersama di mobilnya? Atau saat aku berusaha melepaskan diri dari genggamannya pada malam dia menyusup ke tempat tidurku? Atau seseorang mungkin melihatnya saat menghisap payudaraku di mobilnya beberapa hari yang lalu? Kami memang berada di tepi sungai waktu itu tetapi kami tidak begitu sadar akan lingkungan sekitar kami berhenti.

Aku memegang kedua sisi kepalaku yang berdenyut membayangkan gosip itu telah sampai ketelinga ibu. Sesuatu yang buruk pasti akan menimpaku, bahkan lebih buruk daripada saat pamanku menyeretku keluar dari dalam mobil Connor.

"Lalu kenapa kau masih berfantasi tentang dia?" Aku bergumam pada diriku sendiri.

Tapi aku sungguh tidak bisa menolak pesona Freen yang kelewat seksi. Meskipun dia sangat menjengkelkan dan membuatku ingin meninjunya, mencakarnya, memukulnya, lalu membuatnya meniduriku dengan keras.

"Kuharap dia tidak tahu," erangku, lalu terjatuh kembali ke atas bantal. Freen telah membuat hidupku seperti berada di neraka beberapa hari terakhir ini, dia selalu berhasil membuat sindiran ketika tidak ada orang lain yang bisa mendengarnya. Aku sungguh berharap bisa menjadi orang lain yang tidak terikat hubungan apapun dengannya. 

MALEVOLENCE (adaptasi) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang