Becky
Jessica berhenti di ambang pintu kamarku. "Wow, kau terlihat sangat cantik"
"Aku tahu," gumamku kesal, menampar pipiku sambil merengut melihat bayanganku sendiri di depan cermin meja rias. "Ini mengerikan."
Saat ini masih sore, aku sedang bersiap untuk menghadiri pesta bodoh yang diadakan Ibu. Aku mengenakan gaun sifon hitam yang Ibu pilihkan untukku. Aku menata rambutku seadanya dan aku nyaris tidak merias wajah sama sekali. Mengingat betapa buruknya tidurku belakangan ini, aku tidak perduli jika penampilanku kali ini terlihat bodoh.
Aku menyingkirkan rambut di sekitar wajahku dengan kasar, tidak ada gunanya aku terlihat cantik saat ini jika untuk menghadiri pesta peringatan tiga bulan pernikahan ibu dan Freen.
"Apakah kau bahagia?"
Aku memberikan tatapan kesal padanya. "Jessica, kumohon."
"Hehe..oke oke"
Alasan lain kenapa aku muak dengan pesta ini adalah perjodohan. Jika pria lajang yang akan dibawa Chandra nanti melamarku didepan semua orang, itu semua salah kekasihku, dan aku tidak akan memaafkan Freen.
Tak berselang lama Freen muncul di belakang Jessica dengan kemeja dan celana hitam, dia benar-benar menolak mengenakan jas meskipun ibu telah memaksanya mengenakan sejak pagi tadi. Jessica menoleh kebelakang, memberinya senyuman penuh pengertian. "Aku akan menunggu kalian di bawah."
Semua keluargaku sudah ada di bawah, hanya aku dan Freen saja yang masih di lantai atas. Dia terlihat tampan dengan pakaian yang dia kenakan, dengan senyum yang tak lepas dari bibirnya dia berjalan perlahan ke arahku.
"Kau terlihat sangat cantik sayang"
"Kau harusnya memahami perasaanku saat ini daripada memujiku"
"Ada apa? Apa kau sakit?"
"Pesta ini membuatku stres. Aku bahkan tidak nafsu makan akhir-akhir ini"
"Kau tidak perlu khawatir sayang, percayakan saja padaku, aku akan menangani semuanya."
"Tapi kau tidak akan bisa menghentikan Ibu menjodohkan aku dengan pria yang dibawa kakakmu nanti"
"Aku akan melakukan yang terbaik untuk kita, kau tidak akan menikah dengan pria manapun selain aku" tangannya menyentuh tulang rusukku dan dia meremas payudaraku. Aku terkesiap kesakitan dan menarik diri darinya.
"Oh maaf sayang, apa ini menyakitkan? Atau kau sedang menstruasi?"
"Sebenarnya aku terlambat datang bulan."
"Benarkah? Sudah berapa hari?"
Aku mengambil lipstik dan memoleskan sedikit pada bibirku, agar terlihat tidak terlalu pucat saja. Seandainya aku bisa memilih aku akan kembali ke kasurku untuk melanjutkan tidur. Kepalaku sungguh pusing, aku harap aku tidak pingsan ditengah pesta. "Entahlah, aku tidak sempat menghitungnya. Kau tidak perlu khawatir wanita manapun bisa terlambat datang bulan karna stres"
Mungkin besok aku harus pergi ke dokter kalau-kalau rasa mual dan pusing ini tidak segera mereda. Aku kira Freen akan memarahiku karena aku tidak menjaga diriku sendiri, tapi entah kenapa dia malah menangkup wajahku dengan kedua tangannya dan menciumku dengan penuh gairah.
"Kenapa kau menciumku?"
Freen merapikan rambutku ke belakang, dia masih berusaha mengatur nafasnya yang sedikit tersengal. "Karena kau cantik sayang. Ayo kita kebawah dan selesaikan pesta bodoh ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
MALEVOLENCE (adaptasi) END
RomansaALL CREDITS GOES TO THE ORIGINAL AUTHOR/S. 21+ dark story