"Beri tahu kakakmu. Seseorang harus tahu tentang kita, jangan takut. Jessica sangat menyayangimu"
Ini gila, kurasa Freen juga mulai gila. Kami sudah sepakat bahwa kami tidak akan memberi tahu siapa pun tentang hal ini. Apa yang harus aku lakukan jika Jessica marah lalu memberitahu Ibu? Jessica adalah satu-satunya keluarga yang bersikap baik padaku, aku tidak akan sanggup jika dia ikut membenciku juga.
Kurasa sekarang sudah terlambat jika aku mencoba memberikan penjelasan yang masuk akal mengapa Freen memanggilku Tinkerbell dan menyentuh wajahku seolah aku pacarnya. Jessica sudah mengetahui segalanya tanpa menunggu jawabanku.
Aku menutup mataku dan menarik nafas dalam-dalam sebelum menyerahkan ponselku pada Jessica. Menunjukkan padanya pesan dari Freen.
"Apakah ini pesan dari Freen? Apa maksudnya untuk mengatakan padaku? Katakan apa Becky?"
Terlambat! Semua sudah terlambat, aku harus memberi tahu Jessica. Aku tidak punya pilihan lagi. "Bahwa kita bersama."
Tidak perlu menatapnya, aku sudah tahu seperti apa reaksi Jessica saat mendengar jawaban yang mungkin tidak pernah ingin dia dengar. Aku harus siap menerima segala resiko apapun dari Jessica terhadapku.
"Tapi kenapa di kontakmu namanya hanya berupa emoji pisau?"
Karena dia berbahaya bagiku, dan aku mematikan baginya.
"Ini adalah pengingat bahwa salah satu dari kita atau malah kita berdua akan terbunuh jika ada yang tahu tentang hubungan ini. Kau tidak akan memberi tahu Ibu kan? Paman mungkin akan benar-benar membunuhnya" Aku meraih tangan Jessica yang basah, memohon belas kasihan padanya.
Maafkan aku Jessica, tidak seharusnya aku menempatkan mu dalam posisi yang buruk. Terjebak pilihan sulit diantara aku dan ibu.
Jesicca mengembalikan ponselku, dia mengambil serbet untuk menyeka tangannya. "Freen meninggalkan kita berdua agar kita bisa ngobrol. Jadi, ayo ceritakan padaku bagaimana mulanya"
Jessica membawaku kembali ke ruang makan dan menuangkan segelas anggur merah segar untuk kami berdua, membawanya ke ruang tamu dan duduk bersebelahan di sofa.
"Ceritakan semuanya padaku," kata Jessica.
Aku menarik napas dalam-dalam. Tidak ingin menutup-nutupi apa pun lagi. Aku mulai menceritakan awal mulanya pada Jessica, tentang semua hal yang dilakukan Freen pada minggu pertama dia tinggal bersama aku dan ibu, dan betapa aku membencinya saat itu. Saat aku melanjutkan ceritaku, wajahku semakin melembut begitu pula suaraku. Kuceritakan padanya bagaimana Freen menghajar Kaleb dan Michael karna mengambil fotoku—walaupun aku tidak bilang secara spesifik foto apa dan di mana, karena aku belum siap mengakui pada orang lain—dan saat Freen membelaku di depan Ibu. Aku menceritakan pada Jessica bagaimana Freen membuatku marah sekaligus membuatku tertawa, sampai aku tidak bisa berhenti memikirkannya.
"Bagaimana perasaanmu?"
"Perasaanku?"
Jessica menatapku dengan ekspresi sedih, namun bukan sedih karna ceritaku dengan Freen, ini sesuatu yang lain. "Ya, bagaimana rasanya mengetahui seseorang menyukaimu? Merasakan tatapannya mengikutimu kemanapun kau pergi, dan mengetahui bahwa dia memikirkanmu sepanjang waktu?"
Ini adalah pertanyaan yang harusnya ditanyakan oleh adik perempuan yang tidak berpengalaman pada kakak perempuannya, tapi Jessica lebih tua dariku dan dia sudah menikah. "Kurasa kau tahu bagaimana rasanya. Kau punya Tyler."
Jessica menggelengkan kepalanya dengan sedih. "Tyler tidak pernah melakukan seperti yang Freen lakukan padamu. Dia sudah banyak berubah"
Aku tidak tahu harus berkata apa. Jessica biasanya sangat ceria dan selalu berfikir positif, tapi aku bisa merasakan kerapuhannya akhir-akhir ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
MALEVOLENCE (adaptasi) END
Любовные романыALL CREDITS GOES TO THE ORIGINAL AUTHOR/S. 21+ dark story