Bab 6

2.1K 163 8
                                    

Becky

"Aku mendengar rumor tentangmu, Nona Becky Armstrong"

Aku merinding ketika mendengar suara mencibir di belakangku. Tidak perlu menoleh untuk mengetahui suara siapa itu, dia adalah Trent Scorsese, salah satu teman mantan pacarku. Sebelum aku mulai berkencan dengan Connor, Trent sudah menunjukkan dengan jelas bahwa dia tertarik padaku, tapi saat aku lebih memilih temannya, dia berubah menjadi pria dingin dan asing.

Aku terus berjalan, berkonsentrasi dengan langkahku. Sekolah baru saja selesai, dan suasana hatiku sedang buruk setelah memikirkan satu hal saja sepanjang hari.

Suami ibuku.

Aku berharap aku bisa merasa benci atas perilaku buruk kami. Tapi sebaliknya, aku malah teringat cara dia menatapku intens di ruang pribadi milik klub tari telanjang, saat kedua tangannya terkepal erat di kursinya sambil mengerang nikmat.

"Sayang, aku sangat ingin menciummu"

"Kubilang aku mendengar rumor tentangmu Becky" ucap Trent lebih keras.

Aku mengayunkan tangan dengan malas padanya, tanpa perlu repot-repot berbalik. "Ya, ya. Kau memang terobsesi denganku Trent."

Dia berlari di depanku, berbalik dan berjalan mundur sehingga aku dapat melihat wajahnya. Dia mengangkat alisnya sarkas. "Sesuatu tentangmu di sebuah klub"

Langkahku terhenti di tengah trotoar. Dia tahu aku penari telanjang? Atau dia tahu tentang aku dan Freen? Bagaimana bisa? Maksudku, Freen memang cukup menarik perhatian semua orang saat dia mencoba menarikku turun dari panggung lalu kemudian dia mengendongku di bahunya saat kami keluar dari klub, tapi menurutku tidak ada seorang pun dari sekolah yang ada di sana saat itu.

Trent memperhatikan ekspresiku membuat wajahnya bersinar. "Jadi, itu benar ya? Aku dengar ada sebuah gambar yang beredar, tapi sayang aku belum sempat melihatnya"

Syukurlah dia hanya baru mendengar beritanya dan belum sempat melihat foto memalukan itu.

"Aku tidak tahu apa yang kau bicarakan."

Trent menyeringai. "Kau yakin? Aku juga mendengar kalau Becky Armstrong pandai menari diatas tiang"

Sebuah mobil hitam berhenti tepat di samping kami, aku tidak tahu dia siapa, hanya terlihat bayangan samar seseorang bertubuh besar dengan tangan bertato serta cincin yang berkilau saat tangannya terkepal pada stir. 

Trent terus mengejekku. "Ayolah, berapa yang harus aku bayar agar kita bisa berdansa?"

Mesin mobil itu mati. Suara pintu yang terbuka lalu ditutup dengan keras membuat kami menoleh. Freen? Dia terlihat sangat marah saat melihat kami, dengan pakaian serba hitam dia terlihat lebih menakutkan. Freen berjalan langsung ke arah Trent, mencengkeram kerah bajunya dan membantingnya ke dinding bata dekat kami berdiri.

Dengan suara yang membara seperti api neraka, Freen berkata, "Apa yang baru saja kau katakan padanya?"

Trent yang terlalu kaget dengan serangan Freen yang tiba-tiba hanya mampu menggeleng. Keringat mengucur dipelipisnya, dia tidak bisa bicara karena Freen mencengkeram tenggorokannya terlalu kuat.

Aku meraih tangan Freen yang lain sebelum dia mengarahkan tinjunya ke wajah Trent. "Freen, sudah cukup. Lepaskan dia."

Tapi Freen tidak mendengarkan ku.

"Dengar bajingan kecil. Jika kau mengatakan itu lagi pada Becky aku bersumpah akan benar-benar mematahkan lehermu. Kau mengerti?"

Dengan wajah yang masih memerah karna tekanan tangan Freen di tenggorokannya Trent mengangguk cepat. Tubuhnya juga gemetar karna ketakutan.

MALEVOLENCE (adaptasi) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang