Bab 8

2.2K 167 17
                                    

Becky

Kakiku yang beralaskan sepatu menginjak-injak trotoar yang licin karena hujan. Jauh di ujung jalan, lampu neon klub terlihat berkedip-kedip. Pakaian kerjaku ada di dalam ransel yang tersampirkan di bahuku.

Aku sedang dalam perjalanan untuk menari telanjang di depan orang-orang asing, melakukan aksi untuk menghabiskan uang mereka sedikit demi sedikit. Sementara itu pikiranku masih terngiang-ngiang bayangan Freen dengan kilatan setan di matanya saat dia berkata, "Aku pergi, atau aku akan menidurimu sekarang juga."

Sentuhannya membuatku gila. Lidahnya membuatku kehilangan akal. Aku ingin sekali melingkarkan kakiku di sekitar pinggang ayah tiriku sementara dia mengubur kemaluannya jauh di dalam diriku. Menyerahkan keperawananku kepada orang yang paling buruk yang pernah aku kenal.

Ini benar-benar membuatku gila!

Ketika aku berada hanya beberapa langkah lagi dari gang yang mengarah ke belakang bar ke pintu masuk yang digunakan para penari, orang yang menyita pikiranku keluar dari belakang mobil yang diparkir lalu menghalangi jalanku, terlihat ekspresi suram di wajah tampannya.

"Minggir Freen" kataku pelan.

"Becky, kumohon—"

"Aku Fon malam ini."

Dia menatapku lama sekali, mata coklatnya mencari mataku. "Apakah ada alkohol di dalam tasmu? Bisakah kau melakukan ini dalam keadaan sadar?"

Aku menelan gumpalan ludah di tenggorokanku. Memang ada beberapa botol vodka di dalam tas yang aku ambil dari bar pribadi milik ibu.

"Biarkan aku yang menjaga Fon malam ini, aku mohon padamu." Freen benar-benar berlutut di depanku, tepat di trotoar yang basah.

Aku melirik ke sekitaran jalan, berharap tidak ada yang melihat kami. Kalau terus begini, kita bisa dikenali, sedangkan aku belum memakai wigku. "Freen, hentikan. Bangunlah."

"Tidak mau! sampai kau berjanji untuk pulang bersamaku dan membiarkan aku menjagamu."

Nafasku tersengal-sengal, amarah dan frustasi membuat adrenalinku melonjak. "Aku tidak bisa mengandalkanmu Freen. Ibu bisa mengetahui tentang kita kapan saja dan kau bisa mati karena pamanku akan membunuhmu karena telah mengkhianatinya"

Dia bangkit dan menarikku ke dalam pelukannya. "Kali ini kau harus percaya padaku sayang, kita akan cari jalan keluar bersama-sama"

Freen telah membuat hidupku seribu kali lebih rumit. Aku meronta dalam pelukannya, mencoba menarik diri, tapi dia terlalu kuat untuk aku lawan. Aku merosot dalam pelukannya, terlalu lelah untuk bertarung lagi. "Ini jalan keluar rahasiaku dan kau telah membuat segalanya jauh lebih sulit."

"Ya. Aku tahu" gumamnya. Aku mengerang dan mendorong wajahku semakin dalam ke dadanya. Aku sangat kacau.

"Kau luar biasa Fon" bisiknya. "Tetap cantik dan tak kenal takut. Saat pertama aku melihatmu, aku tidak bisa mengalihkan pandanganku darimu. Tapi tahukah kau siapa yang lebih memesona? Becky lah yang sangat mempesona ketika dia meringkuk di kursi sambil membaca buku, saat dia berenang, saat dia melakukan  semua aktifitas didalam rumah, saat dia begitu asik dengan dunianya. Aku tidak bisa berhenti menatap gadis itu. Dia nyata. Dia tidak harus menjadi orang lain."

Itu hal termanis yang pernah dikatakan orang lain kepadaku, tapi aku butuh Fon. Dialah yang akan membayar kebebasanku.

"Aku akan pulang bersamamu malam ini," kataku pada akhirnya. "Aku akan melewatkan minggu ini. Tapi aku tidak akan berjanji untuk minggu depan."

Freen mengerang lega dan memelukku erat-erat. "Kau tidak akan kehilangan gaji. Aku akan memberimu uang seperti yang kau hasilkan, mungkin bisa lebih"

Bukan itu yang kuinginkan darinya, dia tidak bisa memberikan apa yang sebenarnya kuinginkan, dia tidak akan bisa mengatasi kekacauan yang akan kita alami saat kita memaksa untuk bersama.

MALEVOLENCE (adaptasi) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang