Bab 11

2.2K 183 19
                                    

Freen

Aku mengerang saat aku memasukkan penisku ke dalam vagina Becky. Hanya ini yang bisa kupikirkan selama berhari-hari, meniduri gadisku dalam posisi telentang dengan kaki terbuka lebar untukku sementara aku terus melesakkan penisku kedalam lubang basahnya yang ketat. Begitu ketat hingga hanya beberapa inci saja batang panjangku akan hilang didalam dirinya. Becky terengah-engah, dia menekankan tangannya ke perutku, menyuruhku untuk memperlambat gerakanku karena dia tidak bisa mengatasinya.

Aku menenangkan diri untuk bergerak lebih lambat, memberinya kesempatan agar lebih rileks lagi, agar aku bisa masuk lebih dalam. "Gadis yang baik"

Hanya ini yang aku impikan selama berminggu-minggu. Bercinta diatas tempat tidurnya.

Becky merintih, mencengkeram bahuku saat aku bergerak semakin keras dan dalam. Setelah beberapa dorongan aku menariknya keluar, membalikkan tubuhnya hingga dia tengkurap, aku menarik pinggulnya ke atas. Sekarang dia menungging di hadapanku, sungguh menakjubkan pemandangannya. Aku memasukan jari dan terjun kembali ke dalam dirinya.

"Beri aku cengkeraman manismu sayangku" 

Dia membenamkan wajahnya pada bantal, mencoba meredam erangan yang diliputi nafsu. "Jangan mengatakan hal seperti itu saat kita sedang berhubungan seks" bisiknya dengan suara patah-patah 

"Kenapa tidak? Bukankah kau sangat terangsang sekarang? Lihat lengkungan di punggungmu itu, seolah berbicara kalau kau suka aku mendurimu dari belakang"

Sepertinya memang aku harus melakukannya, jangan sia-siakan kesempatan yang ada Freen. Seluruh tubuh Becky memerah saat dia akhirnya datang, wajahnya terkubur sepenuhnya pada bantal dengan tangan mencengkram erat sprai dibawannya.

Aku menganggap itu sebagai isyarat untuk aku menyelesaikannya dengan cepat. Aku mencengkeram bagian pantatnya yang berdaging, menembakkan bebanku jauh ke dalam dirinya.

Aku tersenyum pada diriku sendiri saat aku perlahan mundur untuk melepas tautan kami. "Jika kau tidak suka aku berbicara kotor kepadamu, kau tidak boleh bersikap seperti tadi"

Suara pintu terbuka lalu tertutup lagi terdengar dari lantai bawah. Becky terlihat panik dan segera melompat dari tempat tidur untuk mengambil pakaiannya. "Itu Ibu."

Dia mengenakan kembali pakaiannya dengan tergesa, berlari secepat yang dia bisa menuju kamar mandi. Aku tertawa pelan melihat kepanikannya, setelah selesai mengenakan pakaianku sendiri, aku kembali mengingat pil sialan itu lagi, kenapa Becky harus menyembunyikan nya? Padahal kehamilannya bisa menyelesaikan semua masalah kita. . .

Aku menatap pantulan diriku didepan cermin yang menempel dimeja rias milik Becky. Senyum jahat mengembang di wajahku, merentangkan bekas luka di bibirku. Oh, sekarang aku punya rencana.

Tentu saja, hal ini dapat menimbulkan masalah lain, tapi ini akan menguntungkan bagiku dan juga Becky. Chan memintaku agar aku segera punya anak dengan Giulia, namun mengingat hubunganku dengan Giulia yang tak kunjung akur, maka aku harus mencari cara dengan membuat Becky hamil saja. Memiliki istri serta anak bersama Becky juga bengkel mobil impianku adalah hidup yang patut diperjuangkan.

Pandanganku tertuju pada laci Becky, kemudian pada rak bukunya. Di mana dia menyimpan pilnya? Apa dia menyembunyikannya karna takut pada Giulia? Aku terus berfikir seperti seorang remaja yang mencoba untuk kabur ketika dilarang keluar oleh ibunya.

Aku menyapukan pandanganku ke sekeliling kamar Becky, menerka-nerka dimana kira-kira gadis nakal itu menyembunyikannya. Hingga pandangaku tertuju pada bingkai lukisan yang tergantung didinding di samping meja riasnya. Ada tiga bingkai yang tergantung dengan gambar yang berbeda pula, aku mengangkat satu per satu bingkai itu dan memeriksa kaca dibelakangnya. Tepat pada bingkai ketiga aku menemukan apa yang aku cari, beberapa bungkus pil KB tertempel dibelakang kaca bingkai itu. Dasar gadis licik, kau kira bisa mengelabuhiku?

MALEVOLENCE (adaptasi) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang