Bab 14

1.2K 164 5
                                    

Freen

Chan dan Patrick menjegalku saat aku mencoba berlari mengejar Becky yang keluar dari pesta. Ekspresi kakak tertuaku dipenuhi dengan kemarahan, sementara Patrick tampak seperti dia menelan lemon dan beberapa paku berkarat.

"Lepaskan tanganmu," aku menggeram, tapi mereka menyeretku ke ruang samping dan melemparkanku ke sofa, berdiri didepanku dengan tangan terkepal.

"Apakah kau bercanda Sarocha? Kenapa kau menghamili putri tirimu?" murka Chan 

"Kau akan mendapatkan jawaban jika kau melepaskan aku"

Aku mencoba untuk berdiri, tapi Patrick mendorongku agar terduduk kembali. "Kau sungguh luar biasa Sarocha, meniduri putri istrimu sendiri!

"Hei, kau tidak bisa menyalahkanku, aku hanya melakukan apa yang kalian inginkan. Kenapa kalian berdua tidak pernah puas."

Aku sungguh tidak punya waktu untuk berdebat dengan kakak-kakakku. Becky membutuhkanku, jadi aku merunduk di bawah lengan Patrick dan berjalan menuju pintu.

"Mau kemana kau?" Teriak Patrick

"Mencari wanitaku dan memastikan kalau dia benar-benar mengandung anakku"

"Bagaimana dengan istrimu?" Balasan Chan.

"Kau sangat menyukainya bukan? Kau saja yang berbicara dengannya, aku malas menjelaskan pada ular itu. Katakan padanya jika dia ingin bertemu denganku pastikan dia membawa surat cerai"

"Kali ini aku tidak akan membantumu. Bereskan kekacauan yang kau buat sendiri"

"Bagaimana dengan warisanku?"

"Kau bisa mengucapkan selamat tinggal pada warisanmu"

Tanganku mengepal, mempertimbangkan apakah aku harus melayangkan pukulan ke wajah tampan kakakku? Tapi aku memilih menekan semua emosiku, yang terpenting saat ini adalah Becky.

"Ambil semua kalau memang itu maumu, aku sudah tidak perduli dengan warisan itu. Selama aku punya Becky dan bayi kami, tidak ada hal lain yang penting lagi"

Ekspresi Chan menjadi semakin marah bercampur kaget. Dia hanya menatapku tajam saat aku melangkah meninggalkan mereka. Aku tidak akan membiarkan Chan ataupun Patrick atau siapapun itu mengendalikanku lagi. Aku akan menemukan cara untuk mewujudkan ambisiku sendiri.

Semua orang berkerumun di sekitar Giulia yang terisak-isak saat aku melewati para tamu dan keluar dari rumah. Aku tidak sempat berfikir untuk mengambil mobil, jadi aku memilih untuk berjalan kaki. Tujuanku adalah rumah Jessica, aku yakin dia membawa Becky kerumahnya.

Tinggal dua blok lagi maka aku akan sampai ke rumahnya, namun langkahku terhenti saat aku mendengar seseorang di belakangku.

"Hei brengsek."

Aku memutar mataku malas, tanpa perlu repot-repot berbalik aku sudah  mengenali suara Marzio Armstrong. Aku bahkan sudah bisa menebak apa yang dia inginkan. "Jangan sekarang. Lawan aku setelah aku bicara dengan Becky, setelah itu kau bebas jika ingin memukulku"

"Kau sudah dekat dengan kematianmu Sarocha" geram Marzio, dan langkah kaki terdengar semakin mendekat padaku.

Aku berhasil menghindar saat dia berusaha menangkapku. Tapi sebelum aku bisa berlari tangan lain berhasil menghentikan ku. Dia mendorongku ke dalam gang.

Tomaso Armstrong dengan Roberto di belakangnya. Tomaso mengambil sepotong balok yang tidak jauh dari dia berdiri sedangkan Marzio menghalangi jalan keluarku.

Aku melihat tiga bersaudara ini telah mengepungku. Dibelakangku adalah jalan buntu, aku benar-benar tidak bisa bergerak sekarang. Aku harus memikirkan cara agar bisa lepas dari mereka bertiga. Tiga lawan satu, ini sangat tidak adil.

MALEVOLENCE (adaptasi) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang