Bab 7

2K 163 11
                                    

Freen


Setelah kejadian itu berlalu wajah Becky selalu terlihat memerah setiap kali dia melihatku atau saat ibunya masuk ke kamar. Aku menjadikan ini sebagai misiku untuk sedekat mungkin dengannya karena kesenangan sadis yang aku rasakan saat melihat dia menggeliat sungguh luar biasa.

Suatu pagi sebelum dia berangkat sekolah, aku melihat dia duduk dimeja dapur sedang meminum secangkir teh, saat dia mengangkat cangkir itu ke bibirnya aku bergumam, "Telanlah seperti gadis yang baik."

Becky tersedak dan hampir memuntahkan teh nya. Sambil menyeka bibirnya, dan memastikan tidak ada orang lain yang mendengar dia menatap tajam padaku dan mendesis, "Apa kau tidak malu?"

Malu? Bagaimana aku merasa malu ketika ada kenikmatan yang menggetarkan hati yang bisa didapat dari seorang gadis yang menghisap penisku seolah dia mencoba menelan jiwaku?

Sepertinya aku juga bukan satu-satunya yang merasa demikian. Aku bisa melihat Becky yang diam-diam menatapku. Gadis kecil nakal yang sangat  menggemaskan. Karna tidak ada yang lebih seksi daripada saat seorang gadis melepaskan semua hambatannya demi kamu. Aku ingin membisikkan di telinganya betapa nikmatnya dia saat aku terkubur jauh di dalam dirinya dan merasakan dia memelukku dengan penuh kegembiraan.

***
Suatu sore aku menemukan Becky sedang memakan stroberi, dengan perlahan, satu demi satu, menghisap ujungnya sebelum dia menggigitnya, membiarkan sarinya mengalir ke bibirnya.

Suara Giulia yang terdengar nyaring saat memanggil Becky dari bagian lain rumah semakin memekakkan telinga. Benar-benar membuatku kesal.

"Ibumu memanggilmu" gumamku, tatapanku tertuju pada bibirnya yang berair.

"Becky!" Suara sepatu hak tinggi berbunyi nyaring diatas ubin. Giulia menghambur ke dapur, wajahnya memerah karna marah.

Becky mendongak untuk menoleh ke arah ibunya, dia berkedip berulang kali seolah dia baru bangun dari mimpi. "A-ada apa bu?"

"Demi Tuhan Becky. Apa yang menyumbat telingamu itu?"

Aku menyembunyikan senyumku di balik segelas air yang aku minum. Becky jelas tidak bisa melupakanku, dan aku sangat ingin tahu bagaimana dia membayangkan aku menidurinya. Dan aku pastikan aku akan mewujudkan semuanya secepat mungkin.

"Aku sudah memanggilmu ribuan kali. Cepat antar dan pasang semua dekorasi untuk ruang tamu apartemen Jane"

"Aku akan mengantarnya," selaku, membuat Becky melotot penuh curiga.

"Terimakasih, tapi aku akan pergi sendiri"

"Tidak, Sarocha akan menemanimu" jawab Giulia sambil meraih tas tangannya. "Aku ingin kau menyelesaikannya dengan cepat agar kau bisa segera kembali ke sini dan menyiapkan minuman untuk pesta. Resepnya ada di atas lemari es. Aku akan mengambil makanannya. Ingat, semuanya harus siap sebelum jam tujuh."

Jane akan keluar dari rumah sakit malam ini, dan Giulia akan mengadakan pesta untuk menyambut kedatangannya. Terdengar sangat menjijikkan. 

Becky mengambil kunci apartemen kakaknya dari atas meja, mengambil kotak dekorasi, dan menyeret kakinya mengikutiku menuju mobil.

Saat kami berkendara, dia menatap sedih ke dalam kotak dekorasi. Banyak hiasan warna-warni yang Giulia buat sendiri. Bayinya yang terluka nampaknya telah membuat suasana hatinya kembali menjadi keibuan dan bersahaja. Lalu apakah kalian pikir jika kecelakaan itu menimpa Becky Giulia akan melakukan hal yang demikian? Tentu saja tidak!

"Saat hari ulang tahunku bulan lalu Ibu juga mengadakan pesta makan malam untukku di rumah."

Alisku terangkat karena terkejut. "Pesta? Sangat mengejutkan"

MALEVOLENCE (adaptasi) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang