Ditawan: Part 4

1K 16 0
                                    

Ampun! Jangan!" Keduanya memohon.

Tapi Ni Loroh dan Ni Kurah tidak peduli. Ni Loroh langsung menarik puting kanan Haikal, begitu pula Ni Kurah yang menarik puting kanan Aldi. Kemudian keduanya menusukkan jarum untuk menembusi biji puting keduanya dari samping.

Bles!

"Arghh!" Haikal dan Aldi serentak memekik. Tubuh mereka mengejang, mereaksi rasa sakit. Darah langsung memancar dari tusukan itu. Kerumunan penonton kembali berteriak riuh.

"Ahh bikin sange!"

"Aku nggak sabar mau nyesep puting mereka."

Setelah jarum menembusi puting kanan keduanya, Ni Loroh dan Ni Kurah beralih ke puting kiri Aldi dan Haikal. Mereka mengulang proses yang sama, menjilati hingga biji putingnya melenting, lalu baru menusukkan jarum ke puting kiri mereka dari samping.

Bles!

"ARGGHHH"!

Aldi dan Haikal berteriak lagi, kini makin kencang karena masih menanggung kesakitan dari puting kanan mereka.

Darah mulai memancar dari puting kiri mereka. Tiba-tiba dari kerumunan ada salah satu lelaki kemayu yang memanjat panggung. Ketika tiba di atas, dia langsung memeluk tubuh Haikal, lalu menjilat-jilat tubuhnya. Tak ketinggalan, puting berdarahnya juga ikut dihisapnya.

"Ughh!" Haikal mengerang karena rasa geli dan perih yang menjadi satu.

Pemuda itu baru saja hendak melahap kemaluan Haikal ketika beberapa punggawa kemudian mengamankan penonton itu dan menggiringnya menjauh dari panggung.

Sontak kerumunan penonton geger dan histeris.

"Awas!" Tiba-tiba Nyi Sarpa berseru. "Tetap tunggu perintahku untuk mulai menyerbu kedua orang ini. Tahanlah keinginan kalian sedikit lagi!"

Sekarang Ni Loroh dan Ni Kurah mengambil tindik dari mangkuk tadi. Mereka mendekati Haikal dan Aldi, lalu mulai memasang tindik itu pada pertama-tama pada puting kanan mereka, lalu selanjutnya puting kiri mereka. Jarum yang tadi menusuk puting mereka terdorong keluar digantikan oleh tindik yang masuk, menimbulkan gesekan yang membuat puting mereka terasa perih. Rasa perih bertambah karena tindik yang sekarang masuk lebih tebal dari jarum tadi, membuat lubang bekas tusukan jarum tadi terasa sesak dan gesekan makin kuat.

"Aarghh, shhh, sakit, arghh!" Haikal mengerang.

"Arghh, ampun, arghh, sakit!"  Erang Aldi sambil menangis.

Tindik telah terpasang, mendesak biji puting mereka sehingga tampak lebih melenting. Darah terus memancar dari tempat tindik itu ditusukkan.

Wajah Aldi dan Haikal terus mengernyit. Rintihan-rintihan pilu terus keluar dari mulut mereka. Mereka harus menanggung beberapa rasa sakit sekaligus: sayatan di leher mereka, di dada mereka, dan yang paling perih di puting mereka.

Kerumunan penonton semakin riuh, tampak tidak sabar untuk menggerayangi tubuh Aldi dan Haikal. Namun masih ada satu pertunjukkan lagi yang harus dilakukan pada kedua orang itu.

Ni Loroh dan Ni Kurah kembali mengheningkan cipta dan kemudian menjelma kembali menjadi ular. Kemudian ular jelmaan keduannya itu memanjat kaki Aldi dan Haikal lalu melingkar di pinggang mereka.

Aldi dan Haikal sudah tampak sangat putus asa. Seakan mengisyaratkan kalau mereka sudah ikhlas jika mati saja, dibanding harus menanggung siksaan lagi.

Tiba-tiba ekor kedua ular itu membelit kemaluan keduanya. Aldi dan Haikal membelalak.

"Kami mau diapakan lagi, tolong hentikan, ampun!" Haikal meraung-raung dengan pilu.

"Lebih baik bunuh saja saya daripada harus disiksa begini, saya mohon!" Aldi berseru dengan suara serak akibat terus menangis.

Nyi Sarpa tersenyum. "Kalian pasti suka yang ini. Ni Loroh dan Ni Kurah, ayo lanjutkan!"

Dengan belitan pada kemaluan Haikal dan Aldi, kedua ular itu menggesek-gesekkan tubuhnya pada kemaluan mereka. Tekstur sisik-sisik ular itu menambah rasa geli yang nikmat pada kemaluan mereka. Dengan cepat, kemaluan Aldi dan Haikal mulai tegang. Rasa geli yang teramat sangat membuat mereka melenguh.

"Ahh, uhh, ohh, ahh!"

Kerumunan penonton tidak terkontrol sekarang.

"Suka banget ekspresi mereka yang keenakan!"

"Aku jadi pengen juga!"

"Colekin punyaku dong!"

Gesekan pada kemaluan Aldi dan Haikal semakin kencang, membuat mereka kewalahan. Mereka meracau makin hebat.

"Ahh, uhh, anjing, fuck, ohh!"

"Rakyat ularku," Nyi Sarpa sekarang berseru. "Inilah saatnya bagi kita untuk menikmati hidangan yang sudah tersedia di depan kita. Sesapilah dua manusia ini, reguklah sari-sari kehidupanya yang mengalir dari darahnya, dan sebentar lagi dari maninya."

Semua penonton bersorak.

"Ingat! Bersikap adillah dengan berwujud sebagai ular, agar semua dapat merasakan secara sama rata."

Kerumunan penonton itu kemudian berubah menjadi ular. Dengan melata mereka berbondong-bondong menghampiri Haikal dan Aldi.

Aldi dan Haikal yang menikmati locoan  dari ular jelmaan Ni Loroh dan Ni Kurah dengan mata terpejam tidak menyadari berbagai jenis ular sedang berusaha menyerbu mereka.

"Ahhh, gua mau keluar!" Seru Haikal.

"Gua juga, uhh, ohh!" Timpal Aldi.

Crot! Crot! Crot! Crot!

Saat ejakulasi, tiba-tiba Haikal merasakan kepala penisnya dicaplok dan disesapi. Begitu juga Aldi. Itu menimbulkan rasa nikmat dan kelegaan yang luar biasa.

"Ahh, enak, ohh, uhh!"

"Ohh, yeahh, uhh, ahh!"

Namun detik berikutnya, tubuh Adi dan Haikal di hinggapi berbagai macam ular. Beberapa ular mulai menancapkan taringnya di tattoo yang merupakan jejak sayatan-sayatan dari taring Ni Loroh dan Ni Kurah untuk menghisap darah mereka.

"Arghh, pergi! Ampun!" Haikal meronta-ronta.

"Ughh, sakit, ampun, arghh!" Aldi mengernyitkan mukanya menahan sakit.

Tindik mutiara di puting Aldi dan Haikal kini diperebutkan ular-ular, membuat puting mereka tertarik ke segala arah.

"AHHH SAKIT!" Teriak Haikal saat tindiknya di putingnya ditarik-tarik.

Sementara itu Aldi yang sudah tidak kuat menahan rasa sakit, terkulai tidak sadarkan diri.

Tiba-tiba...

Cek! Cek! Cek!

Buah zakar Haikal ditancapi taring-taring ular yang memagutnya, menimbulkan rasa ngilu yang tak tertahankan.

"AAAAARGHH!"

Dan kemudian pandangan Haikal menjadi gelap.

Bersambung

***

Terima kasih sudah membaca.
Jika berkenan, bagikan juga kritik dan saranmu untuk karya2 saya sejauh ini dengan menambahkan komentar pada kalimat2 di cerita saya atau fitur komentar di bawah.
Saya masih pemula nih, ajarin dong puh sepuh :D

Dukung juga karya ini dan beri semangat bagi penulis dengan memberi vote, ya!

Danke!

Buaian Tubuh PerkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang