Ditawan: Part 8 (End)

58 4 1
                                    

FAK!

Aldi sama sekali tidak mengira akan melihat pemandangan di hadapannya.

Haikal bertelanjang dada dengan handuk yang melilit pinggangnya. Dan benar saja perkiraan Aldi, tubuh Haikal makin tampak berisi dan bugar. Massa ototnya bertambah, dengan kadar lemak mungkin sekitar 11 persen, jadi tidak terlalu basah. Seperti diduga juga, bulu-bulu-bulu dari sekitar bawah pusarnya melebat dan merambat naik membelah tepat di tengah belahan otot perut Haikal, naik terus dan menyebar tipis di dada bidangnya. Di sekitar areola putingnya bercokol bulu-bulu halus, membuat Aldi semakin berdesir. Dan yang paling membuat Aldi tersetrum adalah di kedua puting Haikal tersemat sepasang tindik barbel.

Aldi meneguk salivanya. Dia merasakan si Joni sudah mengeras dan menyesakkan celananya.

Haikal menyadari gelagat Aldi. Dia sudah hafal saat Aldi sedang turn on. Dengan tatapan nakal dan senyum jahil dia mendekati Aldi.

"Pasti kamu kangen ya sama ini?" Haikal mengelus tubuh atletisnya. Sekarang Haikal menaiki dipan lalu berlutut di atasnya, tepat di depan muka Aldi.

Pertahanan Aldi jebol. Dia segera bangun lalu secara mengejutkan menarik Haikal yang jelas perawakannya lebih besar dari Aldi, dan medorongnya hingga terlentang di tempat tidur.

"Wow brutal banget sekarang kamu, Di? Bagus,bagus!" Haikal terkejut namun tampak bangga.

"Fungsi ikut karate selain untuk mempertahankan diri adalah untuk menaklukkan orang lain, juga kalau itu di atas ranjang!" Seru Aldi puas. Dia segera merangkak di atas tubuh Haikal, lalu menyosor bibirnya.

Haikal sedikit terkejut, mengira Aldi akan menyosor dengan kasar. Tapi Aldi ternyata bermain dengan kuat namun tetap lembut, sehingga Haikal tetap menikmatinya.

Puas menyesapi bibir Haikal, bibir Aldi turun dan menyisir leher, lalu dadanya. Sekarang tangannya mulai beraksi. Di remasnya dada Haikal, sambil dengan sengaja menggesek-gesek putingnya.

"Ahh, ugh, oh!" Haikal mendesah.

Aldi mengecup kedua puting Haikal bergantian, lalu mencubitnya gemas.

"Ergh!" Haikal meringis merasakan sedikit sakit namun juga geli saat putingnya ditarik.

Aldi terus menggila. Leher, dada, perut dan pinggang Haikal, semua tidak ada yang luput dari gerayangan tangan dan sesapan bibir Aldi.

"Gila juga kalau kamu jadi dom Di, ugh ahh," Haikal terus meracau keenakan.

"Ini balasan karena kamu udah ngehilang tanpa kabar begitu aja. Rasakan, hari ini kamu jadi bottom!" Kata Aldi sambil terus menggeranyangi tubuh Haikal.

Sekarang Aldi meraih handuk yang melilit pinggang Haikal, lalu dengan tidak sabar disingkapnya.

Joni milik Haikal sudah memancang. Dengan sigap mulut Aldi langsung melahapnya.

"AHHH, UHH, LAGI DI TERUS, ENAK PANTEK UAHH!"

Aldi mempercepat kulumannya, membuat tubuh Haikal sampai melengkung sedikit ke atas, nyaris kayang.

Aldi berhenti, lalu menyibakkan kedua paha Haikal. Dia sudah hendak memasukkan joninya ke lubang belakang Haikal, tapi dia teringat belum meminta izin Haikal.

"Kal, boleh nggak?"

"Boleh Di, pelan-pelan tapi. Aku belum pernah dimasukin," Haikal menunjuk ke cermin duduknya. "Pakai lubrican dulu, ambil di laci situ."

Aldi menaati permintaan Haikal. Dia mengambil lubrican lalu mengoleskannya pada Joninya.

Slab!

"Ugh!" Haikal mengerang merasakan sesuatu memasuki lubangnya. Perlahan dia merasakan gesekan di dalam lubangnya. Awalnya sedikit sakit, sampai...

"AHHH!"

Mendengar erangan itu, Aldi berhenti sejenak. Memastikan kalau-kalau Haikal kesakitan. "Sorry Kal, sakit ya?"

"Eceng-enggak Di," Haikal berhenti sejenak, tampak tersipu. "Enak hehe."

Aldi menghela nafasnya. Dia berhasil menekan titik prostat Haikal.

"Huhuhuhuh, apa itu tadi Di?" Haikal bertanya  sambil masih bergidik merasakan sensasi asing tadi.

"Keenakan kan lu," Goda Aldi. "Awas aja sampai ketagihan jadi bottom, malu noh sama brewok!"

"Bodo amat, udah terusin lagi Di," perintah Haikal.

Aldi kembali beraksi. Kini tempo permainannya makin cepat. Haikal terus melenguh keenakan. Sampai...

Crot! Crot! Crot! Crot! Crot!

Haikal menyemprotkan spremanya. Tubuhnya melemas dan pinggulnya kembali mendatar.

"Berhenti Di, bentar," pinta Haikal dengan nafas terengah-engah.

Aldi menghentikan permainannya. Dia mengambil nafas.

"Gila Di. Sepeninggal aku kamu kok jadi dom banget gini?"

Aldi tersenyum. "Ya karena kamu tinggal, aku harus bisa lebih mandiri dan nggak clingy. Mungkin itu juga ngaruh sama role-ku pas having sex."

"Blessing in disguise, dong?" Kata Haikal.

"Matamu! Maksiat kamu sebut blessing?"

Haikal tertawa renyah. Bibirnya merekah menampilkan deretan gigi putih yang tapi. Pemandangan indah yang lama tidak dilihat Aldi.

"Udah Di, boleh mulai lagi," kata Haikal.

"Aku kangen punggungmu." kata Aldi. "Coba sambil berdiri terus aku masukin dari belakang."

Keduanya berdiri dari tempat tidur lalu Aldi meminta Haikal menumpukan tangannya pada tembok dan sedikit menungging. Setelah posisinya sesuai, Aldi memeluk Haikal dari belakang lalu mengecupi punggung Haikal, sambil tangannya menggerayangi tubuh bagian depan Haikal lagi.

"Uhh gagah banget kamu Kal. Tahu nggak? aku berkali-kali mimpi melukin punggungmu sampai basah."

"Iya, karena memang akulah tulang punggungmu. Aku janji nggak akan pergi lagi, Di."

Slab!

Sesuatu yang tebal dan panjang kembali memasuki lubang Haikal. Gesekan demi gesekan terus berulang. bersahut-sahutan dengan lenguhan-lenguhan yang nyaring. Sampai akhirnya...

Crot! Crot! Crot! Crot!

Aldi menyemprotkan spermanya. Tubuhnya mendadak lemas. Awalnya Aldi mengira itu respons yang biasa setelah ejakulasi, tetapi kemudian dia tidak bisa menguasai tubuhnya. Tubuhnya lunglai dan pandangannya menggelap. Detik berikutnya, dia sudah terkapar dan kesadarannya menghilang.

"Di! Kamu kenapa?"

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 5 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Buaian Tubuh PerkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang