3. Gosip panas

215 28 7
                                    

Serenade restaurant, telah dipesan oleh seorang pengacara tamatan. Namanya terkenal, pintar omong, dan flamboyan. Sayangnya penyakit diabetes millitus yang diderita harus membuat Lucien Hwang pensiun pas karirnya terang benderang.

Lucien duduk manis dikursi roda, dengan senyum khas orang tua, disebelah Lucy putri sulungnya, dihadapan River menantunya.

Makan malam bersama ini agenda rutin bulanan, menyempatkan diri bertemu. Jika sewaktu-waktu Lucien meninggal, setidaknya dia bisa bertemu anak-anaknya yang sibuk bukan kepalang.

Lucunya, River tampak tegang, tangannya juga kaku saat memegang garpu. Table Manner sialan itu menghambatnya mencaplok daging wagyu. Memahami itu, Lucy tersenyum tipis, pura-pura bersikap manis. Tentu cuma pencitraan di hadapan ayahnya.

"Ayah, kalau tergugat tidak datang di persidangan bukankah  putusannya verstek?" Lucy menukar piring steak miliknya, yang sudah ia potong, dengan piring suaminya.

Lucien mengangguk sambil mengunyah. "Kalau begitu, persidangannya pasti mudah." 

Lucy tertawa, "Iya, Ayah. Aku jadi cepat pulang dan datang kemari."

'Sial, bicara apasih?' Batin River menggaruk daun telinganya yang mendadak gatal. Dia masa bodoh, tak mengerti perihal apa yang dikatakan kedua orang berpendidikan itu, fasih hukum pula. River pura-pura sibuk menusuk daging, melahapnya, dan menikmatinya sendiri.

"Oiya, River." Lalu Lucien memanggilnya, "Tumben kau diam saja."

River tertohok, "Benarkah?"

Lucien menyodorkan keranjang roti bagguette kearahnya, "Biasanya kau cerewet, kata-katamu konyol dan selalu membuatku tertawa, karena itulah aku restui kau menikahinya." Lucien menunjuk Lucy dengan ujung matanya.

"Saya?" River mengerjap-ngerjap.

Lucien lagi-lagi bicara, "Lucy itu, gengsinya luar biasa. Egonya besar, tidak bisa sembarangan memilih laki-laki untuknya. Kalau suka, dia akan melakukan hal diluar nalar untuk mendapatkannya, kalau benci  Lucy tidak akan segan melakukan apapun buat memangkas sampai akarnya."

Lucy tersenyum, tak kuasa menahan diri karena disanjung. Sementara River menahan diri untuk tak mendecih di meja makan, atau dia akan di cap tidak sopan.

"Ngomong-ngomong. Hussey, adik bungsumu. Kemarin laporan padaku. Kalian habis dari  dokter kandungan kan? Apa ada kabar baik?" Lucien sumringah menautkan tangan tuanya ke tangan Lucy.

"Ah, itu—" lucy melirik River singkat.

Dan suaminya itu malah mendengus, River sudah menduga arah bicara si pensiunan pengacara bakal kesana. Sementara Lucy juga sama, mendengus. Risih membahas hal ini, namun demi bakti, Lucy mengulas senyum manis dan menggenggam tangan sang ayah.

"Kami sedang program—" Lucy menoleh cepat, kalimatnya di potong oleh River.

"Program bayi kembar." Lanjut River bohong. Menutupi tetek bengek bayi tabung dari mertua.

"Kembar? Dua mini Lucy dan River? Rupawan seperti bapaknya dan pintar seperti ibunya. Wah, aku tidak salah pilih menantu." Lucien antusias memeluk sang anak.

Toh. Bayi tabung memang memiliki peluang besar untuk menghasilkan anak kembar.

"A, ah. Iya, yah." Lucy terpaksa mengangguk. Tangannya buru-buru meraih tas, "Ayah, sepertinya sudah larut, sebaiknya kita sudahi saja." Lucy memilih kabur dari desakan, secara halus tentu saja.

Menggeret sang suami, River si bedebah mesum sialan. Lucy melaju memecah angin malam dengan sedan Maseratti, langsung menuju rumah.










a Million Dollar Weddding (Spicy-fanfic) Hyunjin YejiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang