4. Kembar-kembar nakal

233 26 12
                                    

"Feel good?" Laki-laki berambut petruk  menyeringai dengan seksi.

"Uhm yes. Give me more! Please. Make me come!"

Sementara perempuan itu namanya Eda. Tampak gemetar, menggelinjang rasanya melayang tak karuan.

Suara lenguhan laknat terus menggaung diseluruh ruang hotel, merancu otak. Membangkitkan gelora serta gairah yang semakin memuncak hingga ke awang-awang.

Gerakan jemari lentik laki-laki itu juga semakin cepat saat diminta. Mengobrak-abik lubang hingga basah yang semakin dirasa dibarengi kedutan hebat yang seolah menyedotnya dari dalam. Ini semakin gila. Permainan foreplay hot! Seolah mereka tidak takut pergi neraka.

"Oh fuck! Hunter! Now! Now! Hunter! I'm coming." lalu perempuan itu mengeluarkan juice hangat yang seketika membuat banjir lantai kamarnya.

Laki laki itu mencabut jarinya. "Bagaimana?"

Pakai tanya segala, Eda langsung menggigit bibirnya sambil tersengal.

"Luarbiasa."

"Hahaha! Suck it, slut!"

Tak pelak wajah ayu pelacur itu seperti orang kelaparan. Maka sekarang, Eda beralih ke menu utama. Sebuah pisang raksasa, tapi asin katanya.

Si rambut petruk mengusap Eda di kepala, membantu pelacur itu memompa pisangnya dengan memaju mundurkan kepala. Tidak berlangsung lama, tautan itu lepas, menyisakan lendir erotis yang membuat basah. Eda langsung bangkit, berjalan dengan tubuh polos lalu lagi-lagi menungging. Kali ini di pinggir kasur majesty.

"Hunter, mau berapa ronde malam ini?" Eda menggoyangkan sedikit pantat bulatnya, "Come on. Full me up. Aku pakai kontrasepsi suntik, keluar di dalam tidak masalah." katanya.

Hunter tersenyum, alisnya naik sebelah dengan gerakan sexy. Namun ada dering telepon dadakan yang mengganggu aktivitas sialan Hunter. Laki-laki itu meremas sebentar pantat Eda.

"Hei, maaf. Melihat namanya saja membuatku gagal ereksi." Katanya dongkol. Mengangkat ponsel yang berdengung.

Eda melirik penasaran. "Siapa?"

Tentusaja Hunter tidak menjawab pertanyaan Eda. Bergerak menyingkir dari pelacur itu menuju balkon. Agar perempuan itu tidak menguping.

Hunter berjalan semakin jauh, sempat memungut kolornya,  meletakkan ponsel ditelinga pakai tangan satunya.

"Halo? Ada apa?"

"Ayo bertemu." Rupanya saudara kembarnya yang menelfon.

"Bangsat! Ini jam berapa?!"

"Pukul 2 pagi. Aku tidak peduli. Ke bar sekarang. Jangan katakan apapun pada orang lain tentang pertemuan ini." Suara  di sebrang sana tidak kaget dengan umpatan.

Hunter mendesis, melirik pelacurnya dari jauh yang menatap persis seperti anak kucing.

"Penting?"

"Bodoh! Buat apa aku telfon pagi buta begini kalau tidak penting. Temui aku sekarang." Lalu sambungan di putus sepihak.

Dengan segala keluh kesah dan rapalan umpatan, Laki-laki berbibir sensual itu akhirnya menyambar sisa pakaiannya. Meninggalkan snack makan malamnya, si Eda. Dengan kerlingan manja.

"Besok saja, kita lanjutkan, Eda."

"Ugh! Hunter! Wait!"

"Oh aku lupa membayarmu."

"Tidak. Kali ini aku tidak mau uang. Aku senang bersamamu Hunter." Eda tersenyum. Agaknya kelihatan tulus sekali dan itu jarang terjadi.

Laki-laki itu balik badan, merengkuh kepala Eda kedalam dadanya dengan singkat. Lalu beranjak, memungut sisa pakaiannya.

a Million Dollar Weddding (Spicy-fanfic) Hyunjin YejiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang