6. Efek samping

227 28 9
                                    

      "Kita gak ngapa-ngapain kan semalam?" Lucy mengacak rambut panjangnya dengan anduk, keluar dari kamar mandi.

       River palsu itu menarik selimut. "Kau, gak merasa aneh pada tubuhmu?" tanyanya hati-hati.

        Si million dollar girl malah menggeleng. "Enggak tuh?"

         River tercenung. 'Terus noda darah di sprei itu apa? dia gak merasa perih? mati rasa apa gimana?' Pikirnya bingung.

         Laki-laki itu itu juga mengangkat selimutnya, mengintip kedalam sana, dan terpampanglah si burung falcon yang tertidur tanpa kandang, alias telanjang. River meneguk saliva.

           Ini benar, kalau burung nakal itu habis tempur semalam. Tapi Lucy saja yang belum sadar.

          Aneh sekali River juga tidak ingat apa-apa. Memorinya lenyap sejak miras ditelan bersama saudara kembarnya. Lalu River limbung tak berdaya, laki-laki itu menatapi Lucy yang melenggang enteng ke luar. Lalu matanya membulat saat sebersit spekulasi gila muncul dikepala.

          River mencicit bergumam, "Lucy gak merkosa aku kan?" lalu menepuk pipinya kanan kiri. "Gila! Mau kiamat apa ya? Itu gak mungkin. Apa aku yang merkosa dia? Kalau iya, kenapa dia gak mengamuk? Sial aku sakit kepala."

         Lucy kembali ke kamar. "Dimana Valery, semua orang tiba-tiba hilang dalam semalam." Dia mengeluh, sebab tidak ada yang membantunya bersiap-siap pagi ini.

           "Oh ya?" River mau bangkit tapi tertahan, sadar kalau telanjang. "Apa kau lapar? kau butuh sesuatu?" tanya River perhatian.

             "Tidak usah. Aku ada sidang hari ini. Rasanya aneh, pas pulang kemarin. Aku ingin marah padamu tapi aku lupa apa masalahnya. Tapi demi tuhan aku mau mencakar wajahmu tapi aku tidak ingat apapun." Jujur Lucy frustasi, namun ngeri jika didengar dari telinga River.

            "Sumpah. Aku juga gak tau apa yang ter—"

Ting!

"Hn?"

           —Ponsel River tiba-tiba berbunyi. Memecah suasana, laki-laki itu berlagak mengambil ponselnya dan mengabaikan kalimat Lucy yang membuatnya merinding.

             Itu dari Valery, sebelumnya ada 29 pesan, 17 panggilan tak terjawab. River tercenung lagi, entah keberapa kali laki-laki itu di buat bingung.

             "Hey, ini dari Valery. Memintaku untuk menemuinya di, eum, entah aku tidak tau apa namanya. Pokoknya aku mau menjemputnya dulu. Dilihat lagi, agaknya dia panik." River menunjukkan layar ponselnya ke Lucy dan perempuan itu mencelos.

            "Ya tuhan, River. Val gak kecelakaan atau gimana kan? cepat susul dia." Lucy langsung khawatir.

         River buru-buru bangkit dengan tubuh dililit selimut, laki-laki itu bersiap dan meluncur ke lokasi begitu Lucy berangkat kerja. Sebenarnya kepala River masih penuh akibat memikirkan kejadian semalam, sekarang Val panik di entah berantah, —entah apa yang terjadi.

         Sampai di lokasi, rupanya cuma sebuah rumah makan kecil-kecilan di pelosok gang. River berjalan menggunakan tungkai panjangnya membelah genangan air dan jalan kecil yang aspalnya rusak. Setelah membuka pintu selasar rumah makan, dan kepalanya menyembul kedalam, Val langsung heboh menemuinya.

        "Tuan River! Tuan River!" panggil Valery.

         River menautkan alis. "Kenapa?"

         " Mari, duduk dulu. Saya mau bicara." Val menggiring si majikan. "Tuan, maafkan saya. Anda baik-baik saja kan? Nyonya Lucy bagaimana?" Raut panik Val membuat River makin penasaran.

a Million Dollar Weddding (Spicy-fanfic) Hyunjin YejiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang