PART 18

26 4 0
                                    

     Sebentar lagi matahari akan berubah warna oranye kekuningan. Suhu panas mulai terasa turun. Burung burung masih beterbangan bebas di udara sepertinya akan segera bersiap siap untuk pulang ke sarang masing-masing. Hamparan kebun teh yang sangat indah tentu menjadi ciri khas desa Eldoria. Dikebun teh itulah Mirna bekerja, rata rata masyarakat desa Eldoria bekerja disana.

     "Ayo kerja yang cepat!!" Perintah juragan Dewangga.

     Padahal keranjang milik Mirna masih belum terpenuhi. Ia segera mencari-cari lebih jauh lagi, menelusuri lorong-lorong tanaman teh yang masih belum dipetik.

     "Waktu udah mulai mau habis" juragan Dewangga memperingatkan lagi.

     Saat Mirna berada di lorong yang tepat. Yang ia cari-cari sejak tadi, ia senang sekali melihat keindahan kuncup daun teh yang masih belum dipetik. Daun yang baru lahir Warnanya merah-kehijauan saat terkena cahaya mentari, tertampak auto mengkilap.

     Kebetulan saja Mirna mendengar percakapan antara juragan Dewangga dengan orang-orang penting lainnya. Adanya rasa penasaran ia semakin mendekat sembari pura-pura mencari kuncup daun teh yang lebih bagus lagi. Suara juragan Dewangga yang sangat pelan, tidak sepenuhnya didengar oleh Mirna.

     "Apa yang mereka bicarakan ya?" Tanya Mirna dalam benaknya.

     Ia semakin diam dan menunduk. Hal yang dicurigakan, karena sebelumnya ia melihat orang-orang asing itu beberapa kali. Saat mereka serius mengobrol, ada beberapa hal yang sempat didengar oleh Mirna.

     "Oooo. Berarti lahan ini masih belum ada.........."ucap Mirna dalam benaknya.

     Hal yang dilakukan oleh Mirna tanpa sengaja disadari oleh juragan Dewangga.

     "Mirna!! ngapain kamu disitu?!"

     "Saya memang berada disini juragan" jawab Mirna terbata-bata karena ia ketakutan. Juragan Dewangga langsung menghampiri dan...........

     PLLAAAKKK!!

     "Apa yang kamu dengar? JAWAB!!!"

     "Gak denger apa-apa juragan"

     "Ouuuu...kalo begitu gak papa tapi jaga putrimu baik-baik ya!.....PERGI!!!"

***

     "Lo tunggu disini ya!" Perintah Vannia.

     "OOO ok"

     Risqi pun menunggunya sembari mengingat cerita di masa lalunya saat main ke rumah Vannia. Apalagi waktu itu Vannia selalu menangis dibelakang rumahnya dengan posisi menghadap kearah dinding. Mungkin waktu itu Vannia sering dimarahi oleh ibunya. Dengan percaya dirinya, Risqi mengejutkan dengan bunyi suara angklung. Vannia yang mendengar bunyi itu, ia segera berlari.

     "Mora!! Kamu mau kemana?"

     Zamora menghentikan langkahnya "eh ternyata kamu derris"

     "Kamu kenapa?"

     "?"

     "Kamu nangis ya?"

     "Nggak"

     "Terus ngapain di situ?"

     "Nggak ngapa-ngapain kok"

     "Ooo gitu.... mending main angklung aja yuk!"

     SSSRRREEEETTTTT

     Pandangan Risqi tertuju pada suara geseran pintu membuat ia terhenti mengenang masa lalu. Pintu tersebut perlahan mulai terbuka, langkah kaki pertama terlihat pelan sekali. Mungkin itu langkah kaki nenek Saraswati (neneknya Vannia). Dengan kondisi fisik yang begitu renta, jadi begini saat orang-orang memasuki usia lansia. Risqi pun membantu nenek Saraswati menuntunnya berjalan dan menyiapkan kursi untuknya.

Lembayung Senja [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang