PART 17

24 4 0
                                    

     Matahari saat ini persis diatas kepala, dahi mulai mengeluarkan peluh tanda bahwa suhu mulai terasa panas. Siang ini Vannia ingin sekali refresh pikirannya. Iapun beranjak keluar rumah sembari menikmati kenangan di masa lalu, Ia teringat diwaktu kecil saat bermain dengan teman temannya. Ia pun melangkah lebih jauh lagi untuk mencari tempat yang menjadi tumpukan cerita di masa lalunya untuk sekedar menghibur dirinya karena hari ini ia merasa bahwa semesta bersikap tidak adil, kecewa pada takdir, marah pada diri sendiri, sedih, semua itu tercampur sempurna dan menetap pada hati kecilnya.

     Saat sampai pada tempat yang sejak tadi ia cari-cari, Akhirnya ia menemukannya. Tempat itu kelihatan sama yang ia ingat dimasa lalunya. Pohon besar menjulang tinggi dengan ranting yang bercabang-cabang dan juga masih didapati ayunan, sama sekali tidak ada perubahan.

     Waktu itu, setelah selesai bermain. Pulangnya ia selalu berduaan dengan seorang pria. Sambil bermain kejar-kejaran. Tapi entah kenapa pria itu ingin sekali pamitan? Dengan alasan yang harus pergi tanpa kembali.

     "Cepat janji!" Ajak vannia "besar nanti kamu akan menikah denganku"

     "Gak bisa"

     "Kenapa?"

     "Karena pernikahan itu hanya untuk dua orang dewasa yang saling mencintai"

     "Maka kamu bisa mencintaiku setelah kita menjadi orang dewasa"

     "Baiklah, ayo lakukan"

     "Hihihihi......janji dulu"

     "Aku akan kembali lagi kesini untuk menemui Zamora"

     Vannia bisa tersenyum saat menginjak masa lalunya. Hitungan detik. Vannia kembali pada suasana membeku karena tidak tahan dengan masalah dirinya yang sangat berantakan.

     "Mora!" Panggil seseorang dari belakang tapi ia mengenali suara tersebut.

     Vannia terasa langsung flash back pada masa lalunya saat mendengar suara tadi. "Siapa ya?" Tanya dalam benaknya. Ia pun langsung menoleh pada arah suara tersebut.

     Saat tatapan mulai terlempar pada orang itu. Waktu menjadi hening. Semua alam berhenti beraktivitas, hanya angin yang bisa bergerak bebas tanpa terlihat. Mereka berdua saling menatap dengan berdiri membeku.

     Apakah ini memang sudah ditentukan oleh takdir?

     Atau semata kebetulan?

     Kenyataan ini benar benar terjadi sesuai janji mereka. Janji sebenarnya memang tuhan yang menentukan. Apakah kali ini janji mereka benar benar tertunaikan?.

     "Tapi sekarang, gue sepertinya gak akan buat Lo" ucap Vannia dalam benaknya.

***

     "Maafin mama ya, dari dulu mama memang sengaja membohongi kamu soal wasiat itu"

     "Kenapa gak bilang dari dulu ma?" Bentak Vellyn pada ibunya (luveria).
Luveria merasa sangat bersalah. Iapun memeluknya. Untuk menurunkan rasa amarah Vellyn.

     "Mama benar benar minta maaf ya, mama cuma pengen melihat Vellyn bahagia di masa depan"

     "Bahagia?!" Ucap Vellyn terbata bata karena ia menangis.

     "Mama tahu, cara mama memang salah untuk mengartikan sebuah kebahagiaan, maafin mama ya?"

     "Vellyn merasa kehidupan itu gak ada arti bahagia buat Vellyn"

Lembayung Senja [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang