Day 09: Kedai Cireng

15 3 1
                                    

Ardian selalu memiliki pikiran yang random. Seperti misalnya malam ini, sebelum tidur, lelaki itu tiba-tiba ingin berjualan cireng.

Itu ide gila, tetapi tidak terlalu gila. Tidak ada yang salah dari menjual cireng, apalagi jika cireng yang ia jual itu adalah inovasi baru, atau cireng yang mungkin disukai banyak orang.

Ah, rasanya ia ingin segera kembali ke Bandung sekarang juga. Ia ingin membuka usaha dengan membuka kedai atau apalah itu untuk berjualan cireng.

Entah mungkin karena beberapa hari yang lalu Ardi sempat melihat postingan reels di Instagram tentang olahan-olahan cireng yang menggiurkan, atau memang ini adalah panggilan hati.

"Anjir hayang jualan cireng* ..." gumam Ardi pelan, semi merengek. Ia pun beralih posisi berbaringnya kini menghadap tembok, dan tanpa sadar mulai terlelap.

Malam itu berlalu begitu saja, hingga Ardi pun mengerjapkan matanya beberapa saat sebelum sadar sepenuhnya. Pagi nyatanya telah tiba, matahari telah menyingsing dengan sorot sinarnya yang mengintip di balik tirai jendela.

Dering telpon lalu memecah keheningan, panggilan dari salah satu kawannya membuat Ardi yang masih mengusap matanya sebab rasa kantuk yang masih lengket pun, mau tak mau meraih ponselnya.

"Di, gue denger lu mau pulang ke Bandung minggu depan kan yah?"

Kening Ardi berkerut, belum mengerti sepenuhnya. Butuh beberapa detik penuh keheningan hingga panggilan kejutan dari seberan sana membuyarkan lamunannya.

"Eh, iya ... mingdep, Man." Jawaban itu akhirnya tersampaikan ke seberang sana, pada kawannya yang bernama Lukman.

"Oke, sip. Ntar gue ikut yakk. Ongkos gue bayarin."

"Anjir, seriusan lu?"

"Serius. Baru bangun ya lu? Buruan mandi anjir, bau jigong lu sampe sini."

"Sial," umpat Ardi lalu dibalas gelak tawa dari seberang sana. Panggilan pun diputuskan segera oleh Ardi, ia lalu beranjak dari tempat tidurnya.

Hari itu pun dimulai, seperti biasanya. Hari-hari yang tidak bisa dikatakan menyenangkan, tetapi untungnya tidak terlalu buruk juga.

Kehidupan di Yogyakarta sangat menyenangkan, memang. Tapi tentu saja tak bisa Ardi pungkiri, Bandung akan selalu menjadi tempatnya berpulang.

Ah, selain cireng, Ardi juga rindu memakan kupat tahu yang berada di dekat rumahnya. Ingatkan lelaki itu agar menyempatkan diri membeli seporsi kupat tahu ketika ia telah tiba di Bandung.

Ketika siang hari, Ardi berpamitan dengan kawan-kawannya. Dalam perjalanan menuju kost, lelaki itu mengerutkan kening, tiba-tiba merasa deja vu. Lelaki itu pun mengedarkan pandangannya ke sekitar.

Sebuah kios yang menjual berbagai macam jajanan khas Bandung ternyata berada di ujung jalan. Hal itu kemudian membuat Ardi langsung teringat bahwa semalam ia sempat memimpikan sesuatu tentang cireng.

Tersenyum dan terkekeh, Ardi pun melangkahkan kakinya untuk mendekati kios tersebut. Nasib baik jika tempat itu menjual cireng, keinginannya bisa terpenuhi.

Benar saja, di sana ternyata menjual beberapa macam cireng. Ardi memandang menu yang tersaji di depan kasir dengan pandangan berbinar.

"Teh, mau cireng kuahnya sama cireng isi ya," ucap Ardi pada seorang perempuan yang menjaga kasir, sekaligus bertugas untuk menerima pesanan. "Eh, sama cibay juga."

Perempuan itu mengangguk, lalu memberitahukan jumlah total dari pesanannya.

Ardi langsung mencari tempat duduk di pojokan, mengeluarkan ponselnya dan membuka aplikasi Instagram. Keberadaan salah satu akun langsung muncul di deretan storygram teman-temannya.

Itu adalah akun Naima.

Lelaki itu tersenyum tipis, story yang dibuat oleh Naima ternyata adalah foto masa kecilnya. Ardi mengetuk layarnya, tampilan pun bergulir pada storygram teman-temannya yang lain.

Dalam hati Ardi, lelaki itu bertanya-tanya bagaimana kabar Naima. Entah perasaannya, atau memang Naima menjauh. Ardi tidak mempermasalahkan hal itu, hanya saja terkadang Naima sempat mendatangi pikirannya di sela-sela waktu luangnya.

Naima adalah temannya ketika SMA. Tak ada hubungan khusus, tapi jelas mereka cukup dekat. Beberapa tahun yang lalu Ardi sempat mendapatkan pengakuan dari Naima bahwa gadis itu menyukainya, dulu. Entah apakah itu benar ataukah tidak, Ardi tidak tahu.

Ia pun akhirnya hanya menjawab seadanya pada pengakuan tersebut.

Hubungannya dengan Naima sedikit aneh sebenarnya. Tapi baru kemarin-kemarin Ardi kemudian sadar bahwa Naima sungguh telah menjauh, sibuk pada hidupnya. Terkadang Ardi merasa bersalah pada dirinya sendiri, tapi tak ada hal yang bisa lelaki itu lakukan.

Selang beberapa menit berselancar di media sosial, Ardi mendongak ketika seorang pelayan menyajikan menu pesanan berbagai macam cireng yang Ardi pesan.

Deja vu lainnya pun datang. Itu adalah ingatan Ardi tentang mimpinya semalam.

Bahwa ia sungguh membuka usaha berjualan cireng. Dengan nama Cikumal—Cireng Kumaha Amal. Sebab kejutan di dalam cireng yang tidak bisa diduga, bergantung pada amal masing-masing.

Itu adalah konsep yang unik, Ardi terkekeh geli ketika ia mengingatnya. Ada banyak sekali menu dari cireng yang Ardi jual di mimpinya itu. Cireng kuah, cireng isi, cibay, cireng kopong, dan lainnya.

Hingga ingatan lainnya pun tiba, ingatan bahwa Ardi menawarkan cireng secara pribadi lewat direct message ke Naima.

Raut wajah lelaki itu pun berubah. Ia memandang cireng yang ia pesan di hadapannya dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Ieu mah kudu jigana jualan cireng.*"














-Day 09-


*= Pengen jualan cireng
*= Ini sih harus kayaknya jualan cireng

OMG SAMBUT KEHADIRAN TUAN ARDIAN BHAGASKARA SETELAH LAMA MERANTAU BERTAHUN-TAHUN DAN TIDAK MUNCUL-MUNCUL, AYO TEPUK TANGAN!!!

Gak tau ya ini random banget wkwkwk Ardi dan cita-cita barunya buat jadi tukang cireng wkwkwk

Day 09: Makanan/Minuman favorit + karakter dengan gender berbeda dari author.

Sebenernya favoritku kupat tahu sih, gapapa nyempil dikit yh, sisanya dikuasai cireng hehehehehe tapi cireng kuah enak kok, ak suka.

Are You Healed, Or Just Distracted?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang