Day 16: Biarkan Hidup

13 4 1
                                    

Akrar adalah wilayah yang identik dengan salju—meski tidak sebagian, tetapi negeri ini juga memiliki salju abadi sama seperti Negeri Zeadrand.

Yaitu Kota Hvinir, yang berada di wilayah paling utara Akrar, dengan daratan yang berbeda alias pulau tersendiri. Hvinir memiliki gunung berbatu dengan puncaknya yang dipenuhi salju. Wilayah di tempat ini tentu amat dingin, tidak perlu diragukan.

Masyarakat Akrar yang tinggal di tempat ini biasanya masih menjalani kehidupan sederhana, tidak terlalu modern seperti di ibukota.

Selain itu, Hvinir juga dikenal dengan beruangnya. Beruang berwarna putih selayaknya salju, terkadang memangsa hewan sekitar, terkadang juga justru menyerang perumahan.

Kerajaan Akrar beberapa kali kerap memburu beruang itu untuk diambil kulitnya sebagai mantel atau syal yang biasanya digunakan oleh bangsawan, katanya kualitasnya lebih baik daripada kulit serigala.

"Kau sudah dengar itu?" tanya seorang bocah berambut kemerahan, di punggungnya terdapat beberapa kayu bakar yang berhasil ia kumpulkan.

Svein menoleh, ia menggelengkan kepalanya. Tatapan matanya yang malas terkadang tajam itu rupanya beberapa kali membuat bocah di sampingnya itu merasa sedikit terintimidasi.

Tetapi mereka adalah kawan dekat. Kawan sebaya. Sahabat. Apalah itu.

"Katanya di Iara ada sejenis mesin untuk mengirim pesan, jadi tidak usah repot menggunakan surat."

Kening Svein berkerut. "Mesin apa?"

Bocah itu mengedikkan kedua bahunya. "Kudengar namanya telegraf? Kau hanya perlu menekan satu tombol untuk mengirimkan pesan."

Svein menghela napas, apa yang temannya itu sampaikan ternyata sama sekali tidak membuatnya tertarik. Alhasil, ia pun berjalan mendahului si bocah berambut kemerahan itu, dan mereka pun kembali hening.

Matahari sebentar lagi tenggelam, mereka harus segera kembali ke desa sebelum para hewan buas berkeliaran.

"Hey, cepatlah—" Netra Svein membulat sempurna ketika melihat siluet di belakang kawannya itu terlihat jelas tengah berjalan mendekat.

Beruang.

Beruang itu berjalan mendekat.

"Ada apa?" Bocah itu mengerutkan alisnya, ia lalu berniat untuk menoleh ke arah belakang, tetapi cepat-cepat dicegah oleh Svein yang langsung menarik tangan sahabatnya itu untuk berlari dengan cepat.

Bocah itu menoleh di sela derap kakinya, mendapati seekor beruang tengah mendekat ke arah mereka dengan suara gemuruh yang menakutkan. Matanya menyala, menatapnya dan Svein sebagai mangsa yang memungkinkan untuk beruang itu tangkap.

"Svein!" Ia menjerit ketakutan, tak sengaja lalu tersandung oleh bebatuan. Svein menoleh terkejut, ia lalu mendapati beruang itu berlari mendekat.

"Hey, ayo bangun!" Svein menjerit, menghampiri sahabatnya itu hendak membantunya bangkit. Tetapi tidak sempat, beruang itu semakin cepat. Dengan gerakan ganas ia melompat dan menerkam Svein di tempat, terhempas pada tanah yang diselimuti oleh salju.

Svein meringis kesakitan, beruang itu membuka mulutnya lebar hendak memangsanya. Ia memejamkan matanya penuh ketakutan, barangkali mungkin beginilah kematian menjemputnya.

Bagaimanapun, Svein baru saja menjalani hidup selama 10 tahun!

Fjord—bocah berambut kemerahan tersebut—dengan cepat memukul beruang itu dengan kayu bakar terbesar yang ia bawa.

Nampaknya hal itu memberikan pengaruh pada si beruang itu, sehingga Svein masih bisa selamat dari terkaman hewan buas tersebut. Tetapi beruang itu, dengan tatapan nyalangnya langsung menoleh ke arah Fjord.

Are You Healed, Or Just Distracted?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang