"Kamu pernah ke Museum Geologi?"
Dara mengerutkan keningnya, "Yang isinya fosil dinosaurus?"
Harris mengangguk. "Iya. Kamu mau ke sana gak?"
Gadis itu, yang bernama Dara, tertegun sejenak. "Emangnya fosil itu asli ya?"
"Asli atau enggak, yang penting kita ke sana. Daripada duduk-duduk di pinggir jalan ga jelas kayak gini," jawab Harris, ia tersenyum tipis ketika seorang wanita tua berjalan melewati keduanya sembari berucap punteun.
"Emang kenapa? Di sini enak kok. Orang-orang juga duduk-duduk di sini."
"Mereka kan belum tentu orang sini."
Hening.
Perbincangan itu tidak berlanjut. Harris justru beranjak dari tempat duduknya, menarik Dara-teman masa kecilnya yang baru tiba di Bandung selama sepekan ini-untuk segera berjalan mengikutinya.
Dara bergerak malas, ia mendesah pasrah ketika Harris menariknya, atau mungkin lebih bisa dikatakan menyeretnya, untuk mengikuti arah langkah kakinya.
"Beneran mau ke Geologi? Gak mau ah, isinya tulang-tulang."
"Ya kamu belum pernah ke sana, mikirnya isinya tulang-tulang. Isinya ada batu kok, terus ada tentang gempa. Ya namanya juga Geologi, hal-hal sejenis itulah pokoknya. Ya kali isinya cuman tulang."
Dara melepaskan genggaman tangannya. "Kamu pasti mau ajak aku debat kayak waktu kecil kan?"
Harris mengerutkan keningnya, "Waktu kecil?"
Gadis itu mengangguk. "Kamu tuh dari kecil ngotot, bilang kalau dinosaurus itu beneran ada, apalagi semenjak kamu main ke museum itu. Ya walau aku belum pernah ke sana, tetep aja aku gak mau. Gak tertarik."
Nyatanya Dara sungguh bersikukuh menolak ajakan Harris. Lelaki itu menghela napas. "Heh, umur kita sekarang udah berapa tahun untuk debat tentang dinosaurus?"
"23?"
"Menurut kamu kita masih pantes buat debat tentang hal itu?"
Dara memandang Harris sejenak, "Kamu udah gak percaya dinosaurus itu ada?"
Helaan napas kemudian terdengar dari arah Harris. Lelaki itu mengusap wajahnya frustrasi, lalu kembali menarik Dara untuk ikut dengannya.
"Diajak jalan aja susah banget, apalagi diajak pacaran-" gerutu Harris pelan, langkahnya cepat menyeret Dara agar ikut melangkah bersamanya. Tanpa lelaki itu sadari, ucapannya yang barusan justru tak sengaja sampai hingga ke pendengaran Dara.
Rona pipi gadis itu memerah dengan cepat. Jantung yang berdegup serta irama napas yang tidak beratur-efek dari deg-degan-membuat Dara merasa salah tingkah dan tidak menentu.
"Kamu mau ajak aku pacaran?" Dara menghentikan langkahnya, langsung bertanya pada Harris.
Lelaki itu mematung seketika, ia menoleh. Netranya sontak membulat ketika melihat bahwa Dara-yang memang adalah teman masa kecilnya, tapi semoga saja sebentar lagi berganti status-kini menatapnya dengan pipi merona.
Jantung Harris sempat lupa untuk berdetak selama sepersekian detik, hal yang patut disyukuri bahwa jantung sungguh tidak berhenti total.
Dengan pasrah, lelaki itu mengangguk pasrah.
Dan keduanya pun diam.
Sama-sama merona.
"Makannya ayo kita ke sana dulu. Siapa tau aku ... nembak di sana ..." Harris bergumam pelan, tetapi terdengar masih sangat jelas di pendengaran Dara.
Dara menggigit bibirnya, "Di depan fosil dinosaurus?"
"Mungkin?"
"Ya udah ... ayo."
-Day 13-
Agak random dan ngasal tapi gpp
Ehehehe, capek banh kemaren nulis auduma, isi kepalaku sedang dipenuhi auduma jadi dwc mulai agak melempem.
Berdoa aj ak gak bolong 🤡🤲
Day 13: Dinosaurus
Oiyh btw ni si harris yg di musikalisasi yh. Yg di seangkatan series
KAMU SEDANG MEMBACA
Are You Healed, Or Just Distracted?
Historia CortaKamu bisa mencari kenyamanan, baik sementara atau lekang selamanya. Tetapi, bagaimana jika yang dicari adalah ketenangan, serupa penerimaan? Apa pula yang tengah dinanti, jika yang dibutuhkan adalah sebuah distraksi? Kehampaan, atau barangkali ... k...