Day 06: Kembali Menyala

24 6 3
                                    

Alena tersenyum tipis tatkala ibunya tiba-tiba menyinggung usianya yang seharusnya sudah matang untuk menikah; dalam arti lain, pernikahan Alena adalah hal yang sudah dinantikan oleh Sang Ibu.

Sebenarnya, bukan pernikahan hal yang menjadi permasalahan sekaligus topik yang tengah ibunya itu perbincangkan, melainkan bagaimana kehidupan percintaan Alena tidak pernah berakhir baik—boro-boro serius ke jenjang yang lebih serius, Alena justru terus-terusan mendapatkan pria zonk.

"Kalau kata mama sih ya, cowok paling bener yang pernah kamu kenal tuh itu tuh, siapa? Sepupunya si Althaf." Mamanya itu tiba-tiba berceletuk di tengah sesi sarapan yang tengah berlangsung di rumah.

Alena baru pulang ke Indonesia selama sepekan, setelah sebelumnya menyibukkan diri melanjutkan pendidikannya dengan berkuliah di Singapura sekaligus meniti karir sebagai model dari sebuah brand pakaian yang berada di negara tersebut.

Sudah bertahun-tahun berlalu, kalau ingatan Alena tidak salah, mungkin sudah 7 tahun berlalu sejak hubungan Alena dengan lelaki itu berakhir kandas. Alena yang mengakhirinya.

"Dia apa kabar? Mama juga udah lama ga ketemu Althaf. Temen-temen kamu kok pada menghilang gini sih, kalian bubar?"

"Bukan bubar, Ma. Tapi emang udah waktunya aja buat sibuk sama kehidupan masing-masing," jawab Alena, beranjak dari tempat duduknya setelah selesai mengisi perutnya dengan beberapa suap nasi goreng.

"Eh, mau ke mana?"

"Ketemu Zara bentar."

Sorot mata Sang Ibu tiba-tiba bersinar terang, "Wah. Tuh temen kamu masih ada, ternyata. Mama kira beneran bubar."

Mendengar ucapan tersebut, Alena mendecak, "Bukan bubar, Mama. Emang pada sibuk aja—"

"Si Arka masih satu geng sama kamu kan? Boleh dong kamu ajak dia ke sini, Mama kangen."

Mulut Alena bungkam seketika tatkala nama Arka disebut secara jelas oleh ibunya. Gadis itu menghela napas, mengangguk samar kemudian mengambil tas selempangnya.

Hal yang mungkin tidak akan ibunya itu ketahui, bahwa sebenarnya Alena berniat untuk bertemu dengan Arka. Bukan berniat bertemu dengan temannya, Zara.

Sungguh, jangan ada yang bertanya bagaimana bisa Alena tiba-tiba hendak bertemu dengan Arka. Sebab Alena juga tidak tahu kenapa semua bisa berakhir seperti ini.

Semua ini dimulai di bandara. Benar. Bandara. Tempat perpisahan serta pertemuan.

Alena tidak tahu kalau ia satu pesawat dengan Arka ketika kembali dari Singapura—tidak, Alena juga tidak tahu bahwa lelaki itu berada di Singapura selama ini!

Dunia sungguh sempit. Sungguh. Selain sempit, dunia juga terkadang sedikit gila dalam mengatur takdirnya.

Maka, setelah beberapa hari berada di Indonesia, Arka dengan gilanya tiba-tiba mengiriminya pesan untuk bertemu dengannya hari ini.

Lalu Alena pun menyanggupinya dengan begitu mudah. Seolah jemarinya yang mengetik balasan itu memiliki pola pikir dan keinginan pribadi.

Alena tidak tahu, ia tidak paham, ia tidak mengerti. Bertemu dengan Arka adalah hal paling mengejutkan yang terjadi tahun ini.

Lebih mengejutkan bahwa ternyata Sang Ibu masih menunggu Alena untuk kembali—alias balikan—dengan Arka. Dengar penuturannya tadi? Ibunya berkata bahwa Arka adalah lelaki terbaik yang pernah Alena temui!

Are You Healed, Or Just Distracted?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang