Day 17: Masa Lalu, Mimpi Buruk

11 4 1
                                    

Malam ini angin terdengar tengah berbisik lembut di antara rumpun bambu yang merunduk di tepi sungai yang mengalir pelan. Tampak di sana Harris dan Dara tengah bersembunyi di antara semak-semak, menatap kegelapan dengan keteguhan yang tidak tergoyahkan meskipun hati mereka dipenuhi oleh ketakutan yang meluap-luap.

Dara, dengan matanya yang bersinar hangat, kini menggenggam erat tangan Harris. Gadis itu memancarkan keberanian dan tekad di antara kekacauan yang menyelimuti desa mereka.

Mereka tiba-tiba terlibat dalam perjuangan untuk melindungi penduduk desa dari serangan tentara Jepang yang kejam.

Ini semua sebenarnya adalah hal yang cukup mengejutkan, Harris merasa ia bermimpi, atau mungkinkah ini adalah isekai?

Harris tidak tahu!

Yang lelaki itu ingat terakhir kali sebelum terbangun di masa ini adalah; ia sibuk membaca buku-buku sejarah untuk mengisi waktunya.

Ya ... Harris memang cukup tertarik tentang sejarah.

Tetapi ia tidak pernah mengira bahwa ketakutan di masa penjajahan bisa terasa senyata ini olehnya.

Saat itu, suasana semakin tegang. Suara langkah kaki tentara Jepang semakin mendekat, seolah membelah keheningan malam. Harris dan Dara yang bersembunyi di balik semak-semak, menahan napas mereka, hati mereka berdegup kencang dalam ketegangan yang tidak terucapkan.

Hal lain pula yang Harris sadari setelah beberapa hari menjalani kehidupan barunya ini adalah, bahwa di masa ini Dara tetap bersamanya. Entah apakah Dara memang turut bersamanya mengarungi waktu ataukah justru—

Ini kehidupan mereka yang sebelumnya.

Ada banyak sekali ketidakpahaman yang Harris rasakan.

Hingga tiba-tiba, suara tembakan menggelegar di udara. Dara, yang berdiri di dekat Harris, tersungkur ke tanah dengan tubuhnya yang lemah. Matanya yang cemerlang memudar, senyumnya yang penuh semangat meredup.

Butuh sepersekian detik bagi Harris yang diliputi ketakutan kemudian menyadari bahwa hal terburuk yang bisa terjadi di masa ini justru tiba-tiba terjadi di hadapannya.

Lelaki memegang tangan Dara dengan gemetar, matanya memancarkan keputusasaan yang dalam. Dara terkena tembakan, dan darahnya pun mengalir dari tempat di mana pelurunya kini bersarang. Harris merasakan denyut jantung Dara yang semakin melemah di telapak tangannya yang dingin.

"Dara," bisik Harris dengan suara serak, tetapi tidak ada jawaban. Dara menatapnya dengan mata yang kian pudar, senyum kecil masih terukir di bibirnya yang pucat.

Ini adalah hal yang buruk. Bahkan jika memang ini adalah mimpi semata, ini adalah mimpi terburuk yang akan Harris hindari mati-matian.

Melihat keadaan di mana Dara meregang nyawa di hadapannya dengan situasi yang membuatnya tidak berdaya adalah hal terburuk yang bisa Harris bayangkan.

Seingatnya ia bahkan baru menjalin hubungan mereka selama dua pekan sejak ia mendatangi Museum Geologi yang berada di Bandung. Apa pula yang kini terjadi di hadapannya?

Masa lalu yang menyeretnya untuk merasakan rasa sakit?

Dalam hembusan terakhirnya, Dara menatap langit yang berbintang, dengan suara lemah, ia berbisik, "Bertahanlah, bertahanlah meski aku mesti pergi. "

Dengan demikian, senyum terakhir Dara memudar di wajahnya yang tenang. Harris merasakan kehilangan yang mendalam merayap ke dalam dirinya, seolah-olah sebagian dari dirinya telah diambil bersama dengan kepergian kekasihnya.

Dara, berpulang di pangkuan Harris dalam ketenangan yang hening di tepi sungai yang sepi, meninggalkan Harris dengan rasa sakit yang menyiksa hati dan tubuhnya. Air mata bahkan tak sempat mengalir, degup jantungnya terasa berat nan sesak.

Ini ...

Ini adalah mimpi buruk yang akan selalu Harris kutuk.







-Day 17-

Aku gak tau aku nulis apa .....

Day 17: Karakter di Day 13 terbangun di Perang Dunia II

Karena mereka latar indo yh jadinya masa penjajahan Jepang kurang lebih

Are You Healed, Or Just Distracted?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang