"Semua hal bisa berakhir berbeda."
Eldar semula mendengar penuturan dari seorang wanita tua yang ia temui di taman dekat sekolahnya itu dengan ekspresi tidak paham. Mau bagaimanapun, kala itu Eldar masih terlalu muda untuk bisa memahami kalimat sesederhana itu.
Saat itu 10 tahun sebelum tsunami kemudian menghanyutkan keseluruhan desa tempatnya tinggal. Masih sangat jauh sebelum Eldar kemudian ditemui oleh sosok bertudung hitam yang bisa lelaki itu kenali sebagai malaikat maut.
Ucapan wanita tua itu nyatanya terus bergema dalam pikiran Eldar seperti mantra sihir. Seiring waktu di mana ia tumbuh dan menjadi remaja, hal itu seolah menjadi kalimat penenang, seperti mantra keberuntungan yang bisa membuat Eldar bisa merasa aman.
Padahal, ucapan itu terdengar begitu menyeramkan ketika Eldar pertama kali mendengarnya.
Siapa juga yang bisa menyangka, bahwa itu adalah peringatan, pemberitahuan secara umum bahwa memang segala hal bisa berakhir berbeda.
Semuanya. Tanpa terkecuali.
Setiap pohon bisa berakhir mati, ditebang atau bahkan menua selama puluhan tahun. Langit pagi bisa diakhiri dengan terik mentari siang, putihnya awan yang menutupi atau gelap diser gemuruh kilat menanti hujan.
Semua hal bisa berakhir berbeda. Makanan yang dicerna, uang yang didapatkan, langkah yang menghasilkan pijak, udara yang dihirup. Tidak semuanya berakhir sama.
Semua hal bisa berakhir berbeda.
Tak terkecuali manusia.
Ketika hidup—ketika Eldar masih hidup—ia meyakini bahwa akhir dari perjalanan manusia berakhir pada pengampunan atau hukuman, surga atau neraka, menghilang atau terlahir kembali.
Tetapi sejatinya tak ada yang bisa memastikan hal tersebut, dari mereka yang telah mati tidak mampu menyampaikannya pada mereka yang masih bernapas.
Maka, tatkala tsunami besar itu melanda desanya, menyapu seluruh dataran dengan gelombang besar mematikannya. Eldar hanyut terbawa arus, paru-parunya tidak mampu bertahan lama sebab air yang terus memasuki rongganya. Matanya oleh air laut yang mengelilinginya.
Eldar tertera dalam daftar korban yang ditarik oleh laut.
Saat itu, Eldar sadar ia tidak lagi bisa hidup. Kematian sudah ditetapkan padanya, dan barangkali akhirat akan menjadi tempat tujuannya setelah ini.
Tapi lelaki itu justru terbangun di sebuah kamar asing yang tidak dikenali. Barangkali puluhan tahun pasca tsunami, sebab Eldar kemudian mengetahui beberapa hari setelahnya, bahwa ia masih berada di desa yang sama.
Eldar persis seperti roh yang kehilangan arah, mengedarkan pandangannya ke sekitar seperti pelancong yang tidak mengenal wilayah. Hingga seorang anak kecil tiba-tiba menarik tangannya.
Seorang anak perempuan.
Ia menarik Eldar untuk turut serta mengikuti langkahnya menuju halaman belakang, di mana terdapat kursi dan meja untuk bersantai, sebuah kolam ikan yang tenang, serta beberapa boneka yang gadis itu letakkan di kursi-kursi sekitar. Di meja itu terdapat beberapa cangkir dan teko, Eldar tidak yakin itu sungguhan, sepertinya hanya mainan.
Beberapa hari Eldar tersadarkan dari 'kematiannya' lelaki itu masih tidak paham apa yang sebenarnya terjadi. Desa tempatnya semula tinggal sudah melalui banyak perbaikan, mungkin sudah berlalu puluhan tahun sejak tsunami yang melandanya, tetapi Eldar sendiri, semua itu terasa seperti kedipan mata sekilas.
"Hari ini kita akan bergossip apa ya?" Gadis kecil itu mengangkat teko dan bertingkah seolah menuangkan sesuatu pada beberapa cangkir. Jelas tak ada hal yang keluar dari teko itu, anggap saja air khayalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Are You Healed, Or Just Distracted?
Historia CortaKamu bisa mencari kenyamanan, baik sementara atau lekang selamanya. Tetapi, bagaimana jika yang dicari adalah ketenangan, serupa penerimaan? Apa pula yang tengah dinanti, jika yang dibutuhkan adalah sebuah distraksi? Kehampaan, atau barangkali ... k...