6

762 70 6
                                    

Derap langkah yang menggema di lorong sunyi begitu terdengar dipenjuru rumah sakit tersebut

Bagaimana tidak seorang gadis 2 tahun yang lalu mengalami koma kini sudah sadar dari lelap nya

"Git gimana?" tanya seorang wanita yang habis berlari tersebut "Aman Shan, tinggal nunggu Eli" ucap Gita menenangkan Shani

Ceklek

Semua mata langsung tertuju pada seseorang yang baru saja keluar dari dalam ruangan tersebut "Sttttt kalian udah boleh masuk tapi Gita aku mau ngomong sebentar" ucap Eli langsung menarik lengan Gita menjauh dari yang lain

Sedangkan Shani dan yang lain langsung masuk ke dalam "Muthe" ucap Shani pelan ketika mendekat ke arah Muthe yang masih terbaring lemah

Muthe yang hanya mampu melihat hanya menatap penasaran kepada orang yang tengah memegang erat tangan nya tersebut "Aku tau kalau kamu bisa selama ini" ucap Shani mengecup punggung tangan Muthe

Semakin membuat gadis tersebut semakin kebingungan dengan sikap Shani 'Aku ga kenal kamu' ucap Muthe dalam hati nya sembari menatap Shani dengan datar

Hingga tak lama Gita masuk dan langsung memeluk Muthe dalam tangis nya, Shani mengelus punggung Gita untuk menenangkan tangisan nya

"Muthe masih terlalu lemah untuk merespon, setelah ini dia harus di rawat terapi untuk membangkitkan saraf-saraf nya yang telah kaku" ucap Eli yang baru datang "Kira-kira berapa lama?" tanya Shani

"Paling cepet 1 bulan lebih, tergantung pasien nya" jawab Eli dan di angguki Shani

"Siscaaa" teriak seseorang yang baru saja masuk ke dalam ruangan, sontak mereka semua menoleh ke arah orang tersebut "Hah hah itu, Feni kemana?" katanya dengan susah payah karena nafas habis setelah berlari

Sisca langsung adu tatapan dengan Ashel "Gatau Gre" ucap Sisca, Gracia langsung berlari keluar membuat semua orang keheranan "Oh iya, mpen dimana?" tanya Shani

"Gatau Shan gatauuuu" kesal Sisca

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Seorang wanita dengan jaket rajut nya duduk di bandara menunggu jam terbang nya yang sebentar lagi

Sambil meminum kopi dan menikmati lagu yang berada di telinganya itu cukup membuat nya tenang sesaat

Hingga waktu nya pun tiba, dengan ragu ia melangkah kan kaki nya ke pembatas pintu masuk "Ayo fen bisa! I love you Gracia" gumam Feni terus melangkah kaki nya

"FENIII"

Sontak Feni langsung menoleh ke belakang, ia terkejut karena orang yang ia hindari berada beberapa meter tepat dibelakang nya "Gracia?!" gumam Feni terkejut

Gracia berlari dan memeluk Feni dengan erat "Aku minta maaf tentang semua nya, tapi jangan pergi please" ucap Gracia di tengah Isak tangis nya

Feni hanya bisa terdiam kaku "Feniiiii" rengek Gracia setelah melepas pelukan nya "Jangan pergiiii" tangis Gracia semakin pecah

"Stttt liat aku, Gracia!! liat aku sayang" ucap tegas Feni "Aku rasa kita emang gabisa bersama-sama, jadi lebih baik aku mundur sekarang" ucap Feni "Tap-" ucapan Gracia terpotong karena pemberitahuan bahwa Penumpang di pesawat yang akan Feni naiki akan segera berangkat

"Aku pamit" ucap Feni mendorong Gracia pelan

Cupp

Gracia malah menyatukan bibir mereka dengan lembut lalu melumat nya tanpa nafsu sedikit pun, Feni mengeluarkan air mata di tengah ciuman tersebut lalu kembali mendorong Gracia

"Even though we're not together, I still love you Shania Gracia Harlan" ucap Feni lalu berbalik badan meninggal kan Gracia yang menatapnya pergi setelah pertemuan sehari mereka

Gracia hanya bisa menatap kepergian orang yang selalu ada untuk nya tersebut, air mata terus jatuh melewati pipi nya dan membasahi kerah baju nya

"Udah, ayo pulang" ucap seseorang dari belakang nya "Shel aku nyesel udah sia-sia in dia" ucap Gracia menatap Ashel yang berdiri di samping nya tersebut

"Penyesalan selalu datang di akhir ci, semua udah terjadi" ujar Ashel menarik lengan Gracia untuk segera pergi

Ashel merasa tidak tenang sedari Feni memutuskan untuk pergi tadi malam, jadi pagi ini dia menyusul ke kediaman Gracia untuk memberitahu semua dan tempe

Eh anu maksud nya, mengajak dia untuk bertemu Feni di bandara

Ada harapan agar Feni mengubah fikiran nya namun semua terlambat, keputusan wanita berambut blode tersebut sudah sangat bulan sebulat bola ping pong

Akhirnya Gracia dan Ashel masuk ke dalam mobil yang sudah ada Sisca di kemudi, Sisca yang ingin membuka suara terhenti dengan isyarat Ashel untuk menyuruh nya diam dan memilih untuk melaju kan mobil

2 hari kemudian

Beralih di rumah sakit, ruang tempat Muthe di rawat sedang ada beberapa orang yang menjenguk Muthe

Kini Muthe ada perkembangan, yaitu bisa merespon omongan orang lain itu cukup membuat yang lain lega

"Kalau Muthe udah mendingan lagi baru kita potong ya rambut nya" ucap Gita mengelus rambut adik nya tersebut

Shani hanya menatap gadis tersebut dari sofa, karena Muthe belum sama sekali mengenal nya "Kakak itu siapa?" tanya Muthe kepada Gita

Gita sontak menoleh ke arah tunjukan Muthe, dia terdiam dan menatap ragu ke arah Muthe "Dia temen kakak" ucap Gita "Muthe ke inget waktu kemarin dia ada ngomong sambil nangis ke Muthe kak" ucap Muthe kembali

"Dia yang udah bantu dan nemenin kamu disini saat kamu koma dek" ucap Gita tersenyum "Jadi, dia temen Muthe?" balas Muthe tersenyun ke Gita lalu beralih ke Shani yang masih setia menatap ke arah nya dan diangguki oleh kakak nya

"Emhh Shan aku pulang dulu ya mau ngambil baju ganti Muthe, kalo ada orang mau ketemu Muthe biarin aja" ucap Gita berdiri mengambil tas nya "Aku nitip nasi kuning ya" pinta Shani "Iyaa, dek sama kak Shani nya dulu ya? Titip Muthe Shan!" Gita langsung keluar ruangan setelah mengucapkan itu

Muthe hanya menatap Shani yang kini tengah membaca sebuah buku "Kakak" Shani sontak mendongakkan kepala nya "Kenapa Muthe?" tanya Shani, Muthe terdiam sebenarnya karena ragu

"Muthe mau jalan-jalan keluar, bosen disini" ucap Muthe, mendengar itu Shani langsung berdiri dan mendekat ke arah nya "Kan kamu belum bisa jalan" balas Shani

"Pakai kursi roda gabisa?" mendengar itu Shani hanya terkekeh "Bentar ya" ucap Shani langsung keluar ruangan dan beberapa saat kembali bersama Eli dan seorang perawat laki-laki

"Maaf" ucap Perawatan laki-laki tersebut langsung mengangkat Muthe menuju kursi roda dan membenarkan selang infus nya

Shani langsung berdiri di belakang Muthe dan mendorong kursi roda tersebut perlahan dengan di ikuti oleh Eli "Soal operasi yang itu" ucap Eli dengan kode di bibir nya "hmmm iya" gumam Shani

"Emhh nanti aja ku chat" lanjut Eli membuat Shani kesal karena nya "Hati-hati ya, byeee" ucap Eli melambaikan tangan nya "Dadah dokter Eliiii" ucap Muthe semangat

"Kakak nama nya Shani kan?" tanya Muthe 'he'emmm' hanya itu di balas oleh Shani "Kenapa setelah malam Muthe bangun kakak gada kesini lagi?" tanya Muthe kembali

"Ada kerja di Jogja, tadi siang baru sampai Jakarta" jawab Shani "Kakak Shani kerja apaa?" tanya Muthe lagi "Panggil Cici Shani yaa'' ucap Shani

"Okeee Cici" mendengar itu Shani tersenyum lebar karena melihat Muthe yang sudah sangat aktif dan mendekat kepadanya 'Kamu milik aku Muthe' ucap Shani dalam hati nya

Takdir (Shani Muthe)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang