3. San

280 44 13
                                    

"Ketahuilah batasanmu, Sasuke. Saat kecil, aku memang selalu bersabar. Namun jika kau mengulangi kejadian masa lalu, aku tidak akan segan-segan padamu."
_







サスケの幸せ
Happiness for Sasuke

Hanya kebahagiaan yang ia harapkan. Akankah ia bisa mendapatkannya?









*
_

Sakura menghela nafas kasar. Ia terus berlari dengan panik seakan tidak ingin membuang waktu walaupun hanya sedetik.

Gara-gara tidur kemalaman akibat belajar untuk mengejar pelajaran Sakura akhirnya bangun kesiangan. Dan sialnya, Sasori pun tidak membangunkannya tadi pagi karena sama-sama kesiangan. Dua bersaudara itu tampak heboh di apartemen sebelum pergi dan bahkan melupakan sarapan.

"TIDAK!" Teriaknya saat melihat satpam menutup pintu gerbang tanpa memperdulikan dirinya yang lari pontang-panting. Sial, Sakura tidak tahu jika satpam di sekolah ini jauh lebih menyebalkan di banding satpam di sekolahnya dulu.

"Paman, tolong bukakan, dong." Sakura memohon seraya menggoyangkan gerbang besi itu. Namun yang di ajak bicara malah tidak menganggapnya ada dan sibuk dengan segelas kopi dan korannya di pos penjaga.

Bersamaan dengan itu, seseorang yang berlari dari arah berlawanan dengannya tiba. Sakura menoleh, menatap Sasuke yang baru saja tiba dengan nafas terengah-engah.

"Terlambat," Sasuke bergumam pelan. Ia masih tetap berusaha mengatur nafasnya meskipun tubuhnya gemetaran saat ini. Hari ini, untuk pertama kalinya ia datang kesiangan. Tadi pagi, karena koki yang biasa bekerja di Mansion Uchiha sedang libur. Mau tak mau ia harus memasak menyiapkan sarapan untuk keluarganya hingga akhirnya terlambat bersiap-siap dan ketinggalan bus.

Mata onyx-nya melirik gadis murid baru yang ia lihat kemarin.

"Bagaimana? Satpam tidak akan membuka gerbangnya meskipun kita memohon sampai sore sekalipun." Sakura bertanya namun tidak ada jawaban apapun dari Sasuke, membuat Sakura menghela nafas dan mengganti pertanyaannya.

"Bisa memanjat pagar?"

Beberapa waktu kemudian...

Sakura menggerutu dalam hati. Double shit, setelah terlambat datang dan gerbang tidak di buka, Sakura pikir dewi Fortuna masih memihak padanya dan Sasuke setelah berhasil memanjat pagar. Sayang sekali mereka di pergoki oleh Kurenai Yui, guru wanita killer di KHS dan berakhir dijemur di lapangan berdua.

Jam pelajaran pertama belum terlewati. Tidak di sangka sama sekali kalau mereka harus berdiri berdua disini selama dua jam dalam keadaan panas dan menghormat pada bendera.

Satu hal yang Sakura sayangkan saat ini. Kalau saja Sasuke adalah Naruto, mungkin Sakura akan bekerja sama dengannya dengan pura-pura pingsan agar bisa diantar ke UKS supaya terhindar dari hukuman—itu hanyalah akal-akalan Sakura dan Naruto setiap mereka dihukum bersama.

Sasuke yang sedari tadi diam berdiri di samping Sakura memejamkan mata. Berusaha bernafas setenang mungkin meskipun ia merasakan sesak teramat sangat di dada. Tubuhnya gemetaran, keringat dingin terus membasahi tubuhnya.

Dalam hati Sasuke menyesal hanya sarapan sedikit karena mengejar waktu tadi pagi.

"Nee, Uchiha-san. Mau mendrama sedikit? Mungkin jika bekerja sama, kita bisa—"

—Bruk!

"Uchiha-san!"

*
*

Uchiha Itachi berjalan menuju ruangan ayahnya dengan map dokumen merah di tangannya. Sesekali ia membaca dan menganalisis kembali data proyek yang sedang ia kerjakan sebelum menyerahkannya pada sang ayah.

Happiness for Sasuke Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang