Dalam keheningan ruangan yang sunyi, Itachi duduk bersama album foto keluarganya yang kuno. Matanya terpaku pada gambar yang menampilkan ibunya, Mikoto, tersenyum manis sambil memeluk Sasuke yang masih balita, sementara Akashi dan dirinya berdiri di sisinya.
Seperti arus yang menghempas pantai, kenangan lama mengalir ke dalam pikirannya. Itachi teringat bagaimana ibu mereka selalu menyembunyikan kasih sayangnya kepada Akashi dan dirinya, memberikan perlakuan istimewa secara diam-diam. Sementara Sasuke merasakan cahaya sorotan kasih sayang ibu dengan jelas.
Ada hal yang paling membuat Itachi merasa paling bersalah. Sejak kecil, Sasuke harus berjuang melawan penyakit VSD yang mengancam nyawanya, tetapi dia selalu mendapatkan cinta berlimpah dari sang ibu. Sedangkan dulu hingga sekarang, Itachi lebih menonjol dibanding Akashi, ayahnya yang lebih menyayanginya karena hal itu ketimbang Akashi.
Semenjak ibunya meninggal dunia, saat itulah Itachi merasakan kebimbangan yang semakin jelas. Hanya Fugaku, orang tua satu-satunya yang ia dan saudaranya miliki. Namun Fugaku hanya melimpahkan kasih sayang padanya dan mengabaikan Akashi dan Sasuke.
Itachi merasa beban itu menekan dadanya semenjak ibunya tiada. Memenuhinya dengan rasa bersalah dan kekhawatiran yang mendalam terhadap adik-adiknya. Karena itulah ia tidak berani mendekat, entah itu pada Sasuke atau Akashi atau keduanya adiknya akan saling tersakiti nantinya.
Yang bisa Itachi lakukan saat sejak dulu hanyalah mengawasi adik-adiknya dalam diam.
Ia mengingat bagaimana Sasuke, meskipun masih bayi, menerima perhatian dan kasih sayang ibunya secara terang-terangan, sementara Akashi sering kali ditinggalkan di belakang dalam keheningan yang menyakitkan. Ia berpikir tentang betapa sepi dan tidak adanya penghiburan yang dirasakan oleh Akashi tidak seperti Sasuke dan dirinya yang selalu dikelilingi oleh kasih sayang dari Mikoto ataupun Fugaku.
Dengan tatapan yang penuh perasaan, Itachi menggenggam erat foto itu, seolah-olah mencoba menahan kesedihan dan penyesalan yang memenuhi hatinya. Ia bertanya-tanya apakah Akashi benar-benar merasa diterima dan dicintai, atau apakah ia hanya melihat dunia dalam bayangan rasa terlupakan.
Mereka adalah kembar, terkadang Itachi bisa merasakan emosi yang Akashi miliki. Ia tahu betapa irinya Akashi terhadap dirinya dan Sasuke. Sejak kecil, karena dirinya mempunyai Fugaku di belakangnya, ia lebih melampiaskan emosinya pada Sasuke yang tidak tahu apa-apa.
Saat tahu sakit Sasuke semakin parah, dan obsesi Akashi terhadap kasih sayang seseorang, Itachi rasanya ingin melakukan sesuatu.
Rasanya Itachi menyesal sekarang. Andai saja dulu ia berani mendekat dan mengesampingkan perasaan tidak enaknya, mungkin ia bisa menjadi penopang bagi dua adiknya.
Jari panjangnya mengusap pipi wanita yang telah melahirkan ibunya itu. Itachi tersenyum gentir, "Apa yang harus aku lakukan sekarang, Ibu?"
Mau bagaimanapun, Itachi telah gagal menjadi kakak yang baik seperti yang diharapkan mendiang ibunya.
サスケの幸せ
Happiness for SasukeHanya kebahagiaan yang ia harapkan. Akankah ia bisa mendapatkannya?
Sasuke menghentikan langkah begitu mereka berdua sampai di depan pintu gerbang rumah Sakura. Onyxnya memandang rumah itu sejenak, rasanya ia kembali ditarik ke masa lalu.
Rumah Sakura memancarkan aura kemewahan dan keanggunan yang melampaui waktu. Dari luar, bangunan dua lantai itu menonjol dengan keanggunan arsitektur klasik yang megah. Dinding batu bata merah tua yang kokoh dilapisi dengan sentuhan khas zaman dahulu, sementara jendela-jendela besar yang dihiasi dengan gorden berwarna emas menambah kesan mewah pada keseluruhan tampilan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Happiness for Sasuke
Fanfiction[On-going] Uchiha Sasuke hanyalah seorang anak laki-laki yang mengharapkan kebahagiaan. Akankah suatu hari ia akan mendapatkan kebahagiaannya? Disclaimer Masashi Kishimoto Write : NLatifah