1. Ichi

361 40 10
                                    

Sendirian di depan makam sang ibu, dengan air mata yang terus mengalir deras... Sasuke mengungkapkan seluruh isi hatinya. Meskipun udara mulai dingin dan hujan turun deras, di tempat itu Sasuke terus menangis. Mencurahkan segala macam kekecewaannya atas perlakuan orang-orang yang ia sayangi.

*








サスケの幸せ
Happiness for Sasuke

Hanya kebahagiaan yang ia harapkan. Akankah ia bisa mendapatkannya?







*
-

Hujan masih mengguyur bumi dengan derasnya. Disana, tampak seorang anak laki-laki berusia sepuluh tahun sedang membaca buku pelajarannya di depan teras rumah. Ia tampak fokus dengan buku seraya sesekali meminum teh hangat yang tersaji di depannya.

Namun fokusnya tiba-tiba terganggu saat mendengar suara langkah kaki diikuti kecipak air basah. Saat mengangkat kepalanya, matanya sedikit melebar melihat pemandangan di depannya.

Dia basah kuyup.

Itu adalah adik bungsunya, Sasuke.

"Darimana saja kau?" tanyanya penuh penekanan, membuat langkah adiknya itu terhenti.

Diam-diam Sasuke terkejut mendapati perlakuan kakaknya yang biasanya acuh tak acuh tiba-tiba ingin tahu urusannya.

Apa kakaknya khawatir mendapati dirinya basah kuyup begini?

"Bukannya aku penasaran, apalagi khawatir padamu," tanpa Itachi sadari, ucapannya itu membuat senyum kecil Sasuke yang hampir saja melebar itu sirna. "Tolong bereskan dapur, Akashi mengacaukannya." Itachi menyambung ucapannya dan kembali membaca buku pelajarannya.

'Ah, memang mustahil.' Sasuke membatin seraya menundukkan kepalanya. Seharusnya ia tidak boleh berharap perhatiannya begitu saja ketika Itachi tiba-tiba mengucapkan beberapa kata.

Jujur, sebenarnya Sasuke tidak ingin melakukan perintah Itachi. Ia kesal setiap Akashi—kembaran Itachi yang membuat kekacauan namun ia yang harus bertanggung jawab. Hanya saja mau bagaimanapun ia mencintai dapurnya.

Setelah membereskan dapurnya, Sasuke tidak memilih mandi dan mengganti bajunya. Ia masih berkutat dengan alat-alat dapur dan beberapa bahan masakan. Ia membuat roti yang dipadukan dengan teh hijau racikannya dengan telaten.

Ia adalah anak yang dengan gigih mengejar cinta dan kasih sayang ayahnya.

Lamanya ia di dapur membuat pakaian yang tadinya basah berubah menjadi agak kering. Meskipun tidak kering sempurna, namun setidaknya Sasuke sudah tidak merasakan kedinginan lagi.

Langkahnya sedikit tidak stabil saat membawa makanan ke kamar ayahnya. Pintu kamar Fugaku terbuka lebar, karena itulah Sasuke langsung masuk setelah mengetuk pintunya pelan.

"A-ayah... aku membuatnya untukmu," ujarnya terbata-bata. Fugaku menatap wajah putranya yang memerah dan matanya yang sayu seakan dia bisa tumbang kapan saja.

Saat Fugaku bangkit dari kursinya dan melakukan dua langkah saat itulah tubuh Sasuke limbung. Nampan di tangan Sasuke lepas dan piring serta gelas yang ia bawa pecah.

Tubuh anak itu tumbang di depan matanya.

Tangan Fugaku meraih tubuh kecilnya. Menyentuh dahi putranya yang panas, ia menggendong putranya dan meletakannya di atas tempat tidurnya.

"Jika sakit, kau tampak semakin mirip dengannya," gumam Fugaku saat melihat wajah putranya yang merah dengan tubuh mengigil hebat.

*

Happiness for Sasuke Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang